Maengki menyebut, pihaknya menemukan dugaan penimbunan BBM Bersubsidi oleh SPBU tersebut.
Ia mengatakan, stok BBM Bersubsidi yang datang pada malam hari untuk SPBU Lagan paginya sudah tidak tersedia atau habis. Sehingga masyarakat yang beraktivitas pada pagi harinya kesulitan mendapatkan BBM Bersubsidi.
“Masyarakat terpaksa mengisi BBM di kedai kecil dan harganya lebih mahal,” bebernya.
Dikatakan, kondisi semacam ini sangat menyulitkan masyarakat. Apalagi bila masyarakat mengisi BBM di kedai atau Pertamini, tentu menambah pengeluaran masyarakat yang kian hari kian sulit.
“Setelah BBM Bersubsidi dibongkar di SPBU sekitar jam 12 malam, sudah banyak jeriken yang antri. Ada sekitar 500 jeriken semalam itu dan ini beberapa hari terjadi. Kami menduga keras mereka itu bukan nelayan melainkan mafia yang menimbun BBM.”
“Larangan kami itu semata-mata untuk membantu masyarakat. Apa yang kami lakukan ini demi masyarakat,”, katanya.
“Perlu kami tegaskan, kami hanya melarang mafia-mafia BBM bersubsidi bukan nelayan. Kepada nelayan sudah kami sampaikan dan nelayan sudah memahaminya” sambungnya.
Terakhir, ia berharap agar pengisian BBM Bersubsidi lebih tepat sasaran. Jangan sampai, katanya, masyarakat yang seharusnya mendapatkan malah kehilangan haknya.
“Intinya kami ingin keadilan di sini. Jika ada yang mengisi jeriken, harus memiliki surat dari dinas terkait dan kesepakatan bersama,” pungkasnya.
Tanggapan SPBU Lagan
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya