Oleh : Yulizal Yunus
Pengembangan kawasan strategis dan unggulan pariwisata secara historis dirintis pada era Bupati Darizal Basir dimulai dari zona utama Mandeh Resort (Kawasan Mandeh). Pengembangan pariwisata itu oleh Darizal Basir (sekarang anggota DPR RI tiga periode berturut-turut), dahulu dikemas dalam kerangka pengembangan ekonomi berbasis budaya dan agama. Bentuknya diarah ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) agro-turism (pariwisata tani nelayan).
DTW zona utama Mandeh Resor berlokasi di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan ini sudah masuk perencanaan prioritas BAPPENAS (Badan Perencanaan Nasional), dituangkan dalam RIPPNAS (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional) Tahun 1988. Kawasan Mandeh Resort (Kawasan Mandeh) di Kecamatan Koto XI Tarusan. Kawasan Mandeh ini satu di antara tiga kawasan prioritas pengembangan pariwisata nasional saat itu, yakni dua lainnya Biak dan Bunaken.
Biak dan Bunaken berkembang dan maju, sedangkan Kawasan Mandeh tertinggal, meskipun infrastruktur berupa jalan dan jembatan sudah mulai dibangun. Sebab ketertinggalannya, dari hasil penelitian disertasi saya untuk thesis di Unand 2009, “Akomodasi Nilai Agama dan Adat dalam Kebijakan Pembangunan Prawisata Pantai Mandeh Resort Pesisir Selatan”, terkesan pada lemahnya “pengorganisasian kawasan”. Sedangkan kawasan Biak dan Bunaken bahwa pengorganisasian kawasan cukup kuat. Prof. Dr. Ir. H. James Hellyward, MS, IPU, ASEAN.Eng Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar (2006-2010) ketika itu dalam proses merumuskan RIPPDA (Rencana Induk pengembangan Pariwisata Daerah) Sumatera Barat oleh tim, yang saya ditunjuk satu di antara tim itu, pernah menyebut demikian, pengorganisasian Kawasan Mandeh masih lemah.
Sebenarnya pengorganisasian kawasan Mandeh itu sudah dirancang seiring dengan penetetapan Kawasan Mandeh ini sebagai Kawasan Utama Utama dari 5 Kawasan Pengembangan Ekonomi dan Budaya serta kehidupan Beragama. Bahkan tahun 2001 setelah memasuki 1 tahun periode ke-2 Bupati Darizal, dikeluarkan buku besar kebijakan operasional dilegalisasi SK Bupati No. 5 Tahun 2001 tentang Master/ Action Plan 5 (Lima) Kawasan Pengembangan Andalan Kabupaten Pesisir Selatan (Tahun 2001-2010). Hal itu sejalan dengan visi misi Bupati. Satu di antara Lima Kawasan Pengembangan (KP) itu adalah, KP-I yakni Mandeh Resort dengan andalan pariwisata dan diarahkan ke strategi operasional pilar ekonomi
Menjelang akhir jabatan Bupati Darizal Basir dan Wakil Nasrul Abit, kebijakan ini diperkuat dengan Perda 05 Tahun 2004 tentang Tiga Pilar Pembangunan Pesisir Selatan (pilar ekonomi, pilar budaya dan pilar agama) diikuti dengan penetapan tiga orang Tim Ahli Bupati, Dr. Yuzirwan Rasyid Tim Ahli Ekonomi, Zaitul Ikhlas Sa’ad Tim Ahli Agama dan Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo Tim Ahli Budaya.
Kebijakan tadi diperkuat dengan Perda No. 06 Tahun 2004 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yang zona utamanya adalah Mandeh Resort. Tahun itu juga dikeluarkan Perda No. 04 Tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Wisata Mandeh (RDTR-KWM) sebagai zona utama, termasuk zonasi pendukung yakni Carocok (serta Langkisau) Painan dan Jembatan Aka (Bayang) bahkan sampai ke Lunang Kawasan Pusaka Mandeh Rubiyah. Gatra wilayah zona utama KP-I ini meliputi 7 desa/ kampung dalam 3 nagari dan 1 nagari penuh, ketika itu dihitung luas seluruhnya 8.632 Ha didukung gatra penduduk 12.717 jiwa. Rincian 7 desa/ kampong yang menjadi Kawasan Mandeh itu adalah: (1) Pulau Karam + Batu Kalang, Nagari Ampang Pulai, (2) Simpang Carocok, Nagari Ampang Pulai, (3) Sungai Nyalo, Nagari Ampang Pulai, (4) Mudik Air, Nagari Duku, (5) Mandeh, Nagari Nanggalo, (6) Sungai Tawa, Nagari Nanggalo, (7) Sungai Pinang, Nagari Sungai Pinang
Keelokan Kawasan Mandeh ini dari awal saya sudah papartuliskan dalam 10-han buku saya tentang Pesisir Selatan dan Kebudayaannya dengan berbagai judul. Khusus tentang Mandeh saya paparkan dalam booklet saya “Kawasan Mandeh dan Kebudayaannya” diterbitkan tahun 1991 pasca mahasiswa saya berkemah 1 minggu di lapangan Mandeh yang pernah didarati helikopter Azwar Anas Gubernur Sembar sebelumnya. Tahun 2000 tahun terakhir periode pertama Bupati Pesisir Selatan Darizal Basir (1995-2000) saya tulis Buku, Objek Wisata Kawasan Mandeh (diterbitkan IAIN-IB Press – Pemda Pesisir Selatan) juga buku saya Geo Wisata Mandeh (2002). Awal kepemimpinan Bupati Darzal Basir tahun 1995 baru diselidiki lebih jauh potensi Mandeh dari citra pandang di darat, di laut dan di udara. Hasilnya diketahui potensi alam dan budayanya kondusif menjadi pariwisata agroturism dan pariwisata desa berkelas dunia, disebut lebih indah dari Honolulu. Juga diketahui salah ada satu pulaunya yakni Pulau Cubak dikontrak investor asing (PT. Bintang Paradiso) milik Mr. Nani dari Italia sebelum Bupati Darizal Basir, disebutkan sejak akhir masa jabatan Bupati Masdar Saisa, tahun 1993. Pulau itu diceritakan adalah pusako randah salah satu suku Melayu di Kawasan itu. Dikembangkan menjadi kawasan eksklusif dan spesifik budaya barat dengan nama Cubadak Paradiso atau Paradiso Village (Kampung Sorga). Mekanisme kontrak dengan Italia sebelumnya diinformasikan, dilakukan dalam internal kaum pemilik ulayat suku Melayu itu.
Kondisi riil Mandeh Resort sampai tahun 2009, infrastruktur sudah disiapkan berupa jalan 33 km, termasuk pengaspalan hodmix ruas jalan Cerocok – Mandeh 12,40 km x 3,50 m, pengaspalan hotmix jalan Simpang Ampang Pulai-Batu Kalang sepanjang 4,50 km x 3,50 km sejak tahun 2003. Ketika itu dalam proses mengerjakan pembukaan jalan Sungai Nyalo – Sungai Pinang (yang masih belum tembus sekitar 9 km lagi) dan di Sungai Nyalo sedang dibangun jembatan. Demikian dari Sei Pinang ke Sei Pisang (Kota Padang) sudah diperbaiki 16,80 km x 3,50 m.
Awal masa pemerintahan Bupati Nasrul Abit dan Wakilnya Syafrizal Dt. Nan Batuah pengembangan kawasan dilanjutkan pembuatan grand design termasuk RTRW dikerjakan perusahaan nasional PT. Jakarta Konsultindo didanai Rp 2 M dana sharing pemerintah (pusat) dan daerah (Provinsi Sumbar dan Pesisir Selatan), meskipun sejak awal pula masih ada suara minor agar pemerintahan Nasrul Abit menghentikan kebijakan pengembangan Mandeh dengan berbagai alasan, “berat” dan “mengingat perspektif efektifitas pembangunan, perspektif lingkungan, perspektif ekonomi kerakyatan”, dsb. Sejak itu era Bupati Nasrul Abit kenyataannya kondisi sampai tahun 2009 itu pembangunan Mandeh Resort agak terhenti. Fenomena ironis itu, dibuktikan hampir tidak ada penganggaran baik APBD maupun APBN tahun 2008 untuk Mandeh ini. Ketika peluang ada, sering disebut Mandeh belum siap, sehingga dana dialihkan kepada objek lain yang mengundang polemik.
Terakhir era Bupati Hendra Joni dan Wakil Bupati Rusma Yul Anwar, Kawasan Mandeh kembali menggeliat bergerak maju. Infrastur perluasan jalan dan juga panjangnya sekaligus jembatan dibangun lanjut, mulus sampai ke Kota Padang melalui Sungai Pisang. Dana ia gaet dari kucuran pusat masa pemerintahan periode pertama Presiden Jokowi dan selanjutnya. Beberapa kawasan di pantai tempat bersantai dan nginap mulai muncul. Kegiatan sosial kemasyarakatan aktif dan dikembangkan di Mandeh, digarda terdepan sangat terbantu oleh aktifnya ibu Lisda Rawdha sebagai Ketua TP PKK. Ia sebagai istri Bupati Hendra Joni (sekarang Anggota DPR RI), kehadirannya dalam menggerakkan sosial masyarakat, Pemda tertolong dalam memfasilitasi menggerakkan masyarakat untuk berbagai aspek kegiatan sosial budaya terutama di Kawasan Mandeh ini. Di sisi lain saling menunjang terlihat geliat kawasan yang digerakan oleh pengasas pertama dan Anggota DPR RI Darizal Basir.
DTW zona utama Kawasan Mandeh sudah diminati. Kalau kurang hati-hati ninik mamak, tidak saja bisa kehilang ulayat, juga kehilangan adat karena berhadapat dengan pengaruh global yang sangat kuat. Demikian Zona pendukungnya, mulai dari Jembatan Aka dan Welkun di Bayang, Carocok dan Bukit Langkisau di Kecamatan IV Jurai, Pantai Taluak Kasai dan Pantai Taluak Tampuruang dan Pantai Tan Sri Dano (Tan Sri Dano Beach) di Kecamatan Batang Kapas. Juga Nyiur Melambai di wilayah dua: Nagari Taluk Kecamatan Batang Kapas dan Nagari Teratak Kecamatan Sultra (Surantih, Taratak dan.Ampiang Parak). Terus ke Selatan dari Kambang dan Lakitan dengan Pasir Putihnya, Ranah Pesisir dengan Pantai Sumedang, Air Haji dengan Kawasan Muaranya, Indrapura dengan benda pusaka serta Makam Para Raja Kesultanan Indrapura dan Lunang di titik Kawasan Rumah Gadang Mandeh Rubiyah dan Komplek Pemakaman Raja-raja Pagaruyung di Lunang termasuk Makam Mandeh Rubiyah, Bundo Kanduang, Puti Bungsu, Dang Tuanku, Cindua Mato, Malak Ibrahim dsb.
Yang paling menonjol perkembangan zona pendukung Kawasan Mandeh adalah Langkisau dengan lokasi para layang internasional serta pantai Carocok Painan yang sudah dimulai era Bupati Darizal, Bupati Nasrul Abit dan dilanjutkan pasangan Bupati Hendra Joni dan Wakil Bupati Rusma Yul Anwar. Secara signifikan perkembanganya sebagai DTW utama di Sumatera Barat, sudah dapat membagi arus padatnya kunjungan wisata domestik dan manca Negara ke Bukittinggi, ke Pantai Padang dan ke Carocok Painan. Demikian kuatnya arus kunjungan wisata ke DTW Carocok Painan ini, membuat sering macet jalan Raya Padang – Mukomuko terutama kawasan batas Kota Padang dan Kawasan Bukit Lampu Padang.
Bupati Hendara Joni dan Wakil Bupati Rusma Yul Anwar berminat setelah Carocok Painan, disusul pengembangan Pantai Tan Sri Dano di Nagari Taluk, Kecamatan Batangkapas, km 101-104 Jalan Raya Padang – Mukomuko dan Kerinci. Minatnya ini diungkapkan ketika ia meresmikan dan penetapan nama yang saya usulkan dan saya sejarahkanTan Sri Dano Beach Taluk ini, 23 Juli 2016. Tentu oleh Bupati terpilih Rusma Yul Anwar sebagai bagian performance prosesnya di eranya wakil Bupati sebelumnya, semua pihak banyak berharap Tan Sri Dano Beach Taluk menjadi agendanya sebagai zona pedukung Kawasan Mandeh itu.***