Saat surat ini Ibu tulis
Ibu yakin matamu sudah terpejam
Terlelap dalam pagutan malam yang sunyi dan dingin
Tapi sekali lagi Ibu yakin anakku
Meski matamu terpejam dalam lelapmu
Tapi hati, jiwa dan pikiranmu tengah berlari menjelajahi dunia yang luas untuk kau tundukkan.
Anakku, terbayang di pelupuk mata ibu
Wajahmu yang penuh tawa, canda dan ceria
Tapi jauh di relung-relung pikiranmu
Terdapat sejuta cita dan keinginan yang mulia yang ingin segera kau wujudkan.
Ibu tahu anakku
Tak mudah bagimu untuk mencapai semua itu
Jalan yang panjang dan berliku akan membuatmu letih
Onak dan duri yang tajam akan sering melukai hatimu yang bening itu
Dan itu sangat menyakitkan.
Bukan itu saja anakku ada yang lebih mengkhawatirkan Ibumu ini
Yaitu dinding tembok pembatas yang menjulang tinggi, kokoh dan tentunya akan sulit bagimu untuk menerobosnya.
Anakku sayang
Mimpimu adalah impian ibumu jua
Naluri Ibumu inilah yang membimbing Ibu untuk selalu berdoa dan berharap pada Yang Kuasa agar pada suatu masa Ibu akan melihat engkau berdiri di tengah kerumunan orang-orang yang mencintaimu dan membangun negeri ini sesuai dengan harapan dan cita-cita orang banyak.
Suatu hari nanti Ibuakan menyaksikan potretmu berada di setiap sudut kota dengan tangan yang mengacung ke langit
Jari yang mengepal Persis seperti saat kita foto bersama beberapa hari yang lalu.
Anakku sayang
Malam semakin larut jua
Doa ibu senantiasa sehat dan kuat agar bisa bertahajud untuk menyampaikan mimpi-mimpimu itu pada Sang Khalik
Semoga doa ibu dijabahNya, anakku.
Sekian dulu surat dari Ibu.
Lumpo, Januari 2020