Selain itu juga ada yang berakar dari ayat Al-Qur’an, menandai jampi-jampi Lagan ini sebagai ilmu white (putih).
Berikut ini di-review kembali secara singkat dalam beberapa fakta jampi-jampi Lagan dalam berbagai penggunaan dan nilai ketauhidan, mistik dan sastra yang direkam penulis buku ini Bakri (dalam Imam Bonjol, Jurnal Penelitian Agama dan kemasyarakatan No.02/ Vol.1, Agustus 1996: 22, seperti juga terdapat dalam inti teks buku).
Nilai tauhid pada jampi-jampi terlihat di awal bacaan sastra lisan mantra, misalnya pada jampi-jampi Dukun Sunar Gindo Sutan di Lagan dalam mengobat penyaki kumbu. Sunar bertahan dalam aliran putih (white). Simaklah mantranya yang dimulai dengan membaca “basmalah” sbb.:
“…Bismillahirrahammirrahim
saring di hulu pinang kubu
di balah sampai kaureknya
si Anu kanai kumbu
siriah sakapua ka ubeknya…”.
Sastra mantra ini bernilai mistik berkekuatan magis, dibaca menyertai obat ramuan campuran sekapur sirih, pinang yang dibelah dua, air satu gelas.
Sirih dan pinang dimasukkan ke dalam air, kemudian diasapi dengan kemenyan dan dipercikkan ke tubuh si sakit, sa’at itulah mantra ini dibaca yang menimbulkan kekuatan magis.
Nilai tauhid juga dijumpai dalam jampi-jampi mengobati malatua (letup atau luka bakar). Mantranya diakhiri dengan kalimat “tahlil” sebagai permintaan keberkatan dan kabul dari Allah swt. Simaklah mantra do’anya sebagai berikut:
“…Dulang-dulang tapi aiae
inggok di tanah tumbuah
tulang tidak latiah
bangkak luluah
palagokan bangkak si Anu
kabua barakat la ilaha illallah…”
Ramuan jampi-jampi ini adalah air satu galuak (timba), daun sidingin, bungo rayo (kembang sepatu), kembang tujuah ragam. Cara pakainya sidingin, bungo rayo, kambang tujuah ragam dimasukkan ke dalam air, lalu dijampi dengan do’a di atas kemudian dioleskan ke kulit yang luka bakar tersebut.
Untuk menahan darah karena luka, jampi-jampinya adalah sebagai berikut:
“Sipipik si puang-puang manda
urek putuih dagiang basambuang
mancicik darah tiok alai bulunyo
kabua
barakat la ilaha illallah…”
Cara pengobatannya, tempat darah mengalir karena luka itu dijampi seraya dipegang dan ditekan pelan-pelan, baru kaji makrifat dan hakikat apa yang kita tuju.
Sunar Gindo Sutan juga mengobati orang kalimpanan (mata dimasuki debu) dengan jampi-jampi sebagai berikut:
“Cantiak muko cantiak
jampi Allah
jampi Muhammad
jampi gindo Rasulullah
aku menyampikan mato si Anu
kabua barakat la ilaha illallah”
Cara pakainya sejalan antara do’a dan menghembus mata yang kalimpanan itu.
Demikian juga Abu Nawas, profesi dukun, ia juga menggunakan jampi-jampi dalam mengantarkan darah atau menimbulkan keberanian. Do’anya sebagai berikut:
“Tagak sarato Allah
langkah Rasulullah aku langkahkan
datang kamudian darah merah
kalau tatantang mati
aku tagak di pangka alam
Allah tagak diujuang alam
kabua barakat la ilaha illallah”
Do’a ini dibaca sebelum akan berjalan atau di waktu berhadapan dengan lawan. Kadang-kadang juga dipakai waktu sendirian.
Untuk mengobati orang yang sakit perut, Abu Nawas menggunakan jampi sebagai berikut:
“Hai galang-galang
ayo galang-galang
pudang galang-galang
duo puluah sambilan galang-galang
kambalilah katampek galang-galangnyo…”
Do’a ini dibaca sebanyak dua kali. Kalau belum juga sehat do’a ini disambung dengan do’a berikutnya sebagai berikut:
“Kateh indak bapucuak
kabawah indak baurek
tangah-tangah digigik kumbang
dimakan al-Qur’an tigo puluah juz
kabua barakat la ilaha illallah…”
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya