BANDASAPULUAH.COM – Sultan Indra Azhir Osman Gelar St. Pesisir Barat lahir pada tanggal 16 September 1952 di Indrapura, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ia merupakan anak dari St. Abdul Razak Gelar Sutan Osman dan Hj. Siti Nurifat.
Daftar Isi
Sang ayah adalah keturunan kedua dari Raja Kesultanan Indrapura, Sultan Muhammad Marah Bakhi bergelar Sultan Firmansyah, yang juga dikenal dengan julukan Tuanku Belindung. Sultan Firmansyah memerintah Kesultanan Indrapura pada periode 1860-1891.
Sementara itu, ibunya, Hj. Siti Nurifat, berasal dari keluarga bangsawan Rumah Gadang Ganting, Kota Padang. H. Sultan Indra Azhir Osman adalah anak keempat dari enam bersaudara, dengan kakak tertua bernama St. Rosman Osman. Saudara lainnya adalah Puti Anizar Osman, Puti Nafiza Osman, serta dua adik perempuan, yaitu Puti Rosita Osman dan Puti Evawati Osman.
Masa Kecil dan Pendidikan Sultan Indra Azhir Osman
H. Sultan Indra Azhir Osman tumbuh dalam lingkungan tradisional Minangkabau yang menjunjung tinggi pendidikan formal dan agama. Masa kecil dan remajanya dihabiskan sebagaimana anak-anak Sumatera Barat pada umumnya, yakni mengikuti pendidikan di sekolah formal pada siang hari dan belajar agama di surau pada malam harinya.
Pendidikan dasar dan menengah di tempuh di Kota Padang. Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, kehidupan mereka sederhana karena prinsip ayahandanya, Sutan Osman, yang mengutamakan tanggung jawab pribadi tanpa bergantung pada harta warisan leluhur. Cobaan hidup pertama yang beliau alami adalah ketika sang ayah wafat pada tahun 1969, saat dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Sultan Indra Azhir Osman memutuskan untuk merantau ke Jakarta pada awal tahun 1970, sebagaimana tradisi anak muda Minangkabau yang mencari ilmu dan pengalaman di tanah rantau.
Sultan Indra Azhir Osman Merantau ke Jakarta
Setibanya di Jakarta, keinginan Sultan Indra Azhir Osman untuk melanjutkan pendidikan tertunda karena terbatasnya biaya. Awalnya, beliau bekerja di perusahaan milik salah satu kerabat. Di sela-sela kesibukannya, ia mengisi waktu dengan berkumpul bersama perantau lain dari Sumatera Barat.
Pada awal tahun 1972, H. Sultan Indra Azhir Osman melamar pekerjaan di sebuah perusahaan milik pengusaha Minang. Setelah melalui seleksi, ia diterima sebagai Junior Auditor di bagian keuangan. Pekerjaan ini menjadi titik awal stabilitas kariernya, yang kemudian mendukung niatnya untuk melanjutkan pendidikan.
Dengan semangat belajar, Sultan Indra Azhir Osman mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi swasta sambil mengambil kursus-kursus tambahan di bidang perpajakan, kepabeanan, dan bahasa Inggris. Berkat kerja keras dan dedikasi, dirinya berhasil membangun dasar yang kokoh untuk karier profesionalnya.
Kehidupan Keluarga Sultan Indra Azhir Osman
Pada 1 Februari 1976, H. Sultan Indra Azhir Osman menikah dengan Norsal Triliyanthi S. Abdullah (Iche). Dari pernikahan ini, ia dikaruniai seorang putri bernama Puti Prully Yandra Osman (Rully). Keluarga ini kemudian menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi perjalanan karier serta kontribusi sosial Sultan Indra Azhir Osman.
Karier Sultan Indra Azhir Osman di Industri Perminyakan
Karier H. Sultan Indra Azhir Osman di industri perminyakan dimulai pada tahun 1981, ketika ia diterima bekerja di Agip Overseas Indonesia Ltd., sebuah perusahaan perminyakan asal Italia. Di perusahaan ini, Sultan Indra Azhir Osman menjabat sebagai Junior Accounting di Departemen Keuangan dan Administrasi. Berkat dedikasi dan kemampuan, dirinya mendapatkan apresiasi berupa kenaikan gaji hingga tiga kali dalam setahun, sebuah pencapaian langka untuk staf lokal.
Disamping itu, Sultan Indra Azhir Osman juga mendapat kesempatan yang diberikan perusahaan untuk menambah ilmu di bidang perminyakan, accounting, auditing baik di dalam maupun luar negeri.
Pada tahun 1984, setelah Agip Overseas Indonesia Ltd. melepaskan konsesi lapangan minyaknya, Sultan Indra Azhir Osman melanjutkan karier di perusahaan minyak asing lainnya, Promet Arafura Pte Ltd.. Di sini, ia menduduki berbagai jabatan strategis, mulai dari Junior Accounting hingga Senior Fin dan Adm Dept.
Sultan Indra Azhir Osman juga dipercaya untuk menangani proses pengalihan kontrak kerja sama perminyakan antara Promet Arafura dan Pertamina, sebuah tanggung jawab yang membuktikan kepercayaan manajemen terhadap integritas dan kompetensinya.
Karier H. Sultan Indra Azhir Osman terus menanjak di berbagai perusahaan minyak, baik nasional maupun internasional, termasuk Mainline Resources Ltd., Sea Union Ltd., Esso (Exxon), Siddhakarya Pilona, hingga Intermega Sabaku/Salawati Pte Ltd. Sultan Indra Azhir Osman berhasil menduduki posisi puncak seperti Finance & Administration Manager, General Manager, Direktur, hingga Komisaris.
Peran Sultan Indra Azhir Osman Sebagai Pengusaha dan Pelestari Budaya
Tekad dan kerja keras yang dilakukan selain berkarier sebagai profesional, H. Sultan Indra Azhir Osman juga menjadi pengusaha sukses di berbagai bidang, termasuk salah satu pemilik beberapa lapangan minyak yang bekerja sama dengan Pertamina. Ia juga memiliki sejumlah perusahaan penunjang industri perminyakan, seperti PT. Satria Badra Lines (Oil Barge), PT. Hijrah Utama (Gas Compressor), PT. Compresindo Utama Mandiri (Production Facilities) dan PT. Ikhtiar Bangun Nusa (Dil Rig Rental).
Sebagai keturunan Kesultanan Indrapura, Sultan Indra Azhir Osman berperan aktif melestarikan warisan budaya dan sejarah. Bersama keturunan Sultan Muhammad Bakhi serta masyarakat Indrapura, dirinya membangun replika Istano Sultan Firmansyah, memelihara Masjid Agung, Makam Kerajaan (Gobah) serta menghidupkan seni budaya seperti Petang Belimau dan memperkenalkan seni tari tradisional/kuliner tradisional.
Pada tahun 2013, Kesultanan Indrapura berpartisipasi dalam Festival Keraton Dunia di Monas, Jakarta. Saat ini, Sultan Indra Azhir Osman menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Majelis Adat Budaya Keraton Nusantara (MADUKARA), yang memiliki visi melestarikan adat dan budaya Nusantara.
Pengakuan dan Gelar Kehormatan
H. Sultan Indra Azhir Osman telah menerima berbagai gelar dan pengakuan, di antaranya:
- Dikukuhkan sebagai Sultan Kesultanan Indrapura dengan gelar Sultan Firmansyah.
- Tokoh Pemersatu oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) Indrapura.
- Dewan Pelindung Ikatan Keluarga Airpura Pancung Soal (IKAPSO).
- Dewan Penasihat Perkumpulan Keluarga Pesisir Selatan (PKPS).
- Dewan Penasehat GEBU MINANG.
Kesimpulan
H. Sultan Indra Azhir Osman adalah sosok pemimpin, pengusaha, dan pelestari budaya yang menginspirasi. Dengan semangat kerja keras, beliau berhasil mencapai kesuksesan profesional dan turut mengangkat kembali marwah Kesultanan Indrapura. Prinsip hidup beliau, yang didasari oleh kejujuran dan tanggung jawab, menjadi teladan bagi generasi muda Minangkabau dan Indonesia secara keseluruhan.
Ahman Nurdin, yang dikenal sebagai tokoh dari Pesisir Selatan dan Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKPS, menyatakan kekagumannya terhadap perjalanan hidup dan kontribusi Sultan Indra Azhir Osman. Menurutnya, Sultan Indra adalah representasi nyata dari semangat Minangkabau, yang mengutamakan pendidikan, kerja keras, dan tanggung jawab dalam menghadapi tantangan hidup.
Ahman juga menyoroti pentingnya peran Sultan Indra dalam melestarikan budaya dan sejarah Kesultanan Indrapura.
“Beliau tidak hanya sukses secara profesional di tingkat nasional dan internasional, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat Pesisir Selatan dan generasi muda Minangkabau dalam menjaga nilai-nilai tradisi serta warisan budaya,” ujar Ahman.
Sebagai bagian dari komunitas Pesisir Selatan, Ahman menambahkan bahwa kontribusi Sultan Indra dalam pengembangan budaya dan penguatan jaringan masyarakat perantau Minang patut diapresiasi.
“Sosok beliau mengingatkan kita akan pentingnya merangkul identitas budaya sembari terus beradaptasi dengan perkembangan zaman,” tutupnya.