Basurah Asal Usul Kaum Kampai ASSP – Bandasapuluah

Minggu, 12 Maret 2023 - 21:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Turunan Dusanak dari Ninik 60 – Aso ke Taluk:

  1. Turun ke Pariaman mendirikan perkampungan – barajo-rajo
  2. Turun ke Taluk, gala sako :
  3. Turunan Kampai: Bendang berubah ke Kampai Nyiur Gading: (a) Sri Dano, (2) Rajo Bagindo, keduanya cucu Susu Ampo “Lereng” (Puti).
  4. Dekat dengan Kampai Tangah (1) Berubah Kampai Sawah Laweh gelar Lambuik Kayo (di ASSP dekat dengan kaum Dt. Mandirikan/ Kampai Tangah), (2) tetap kampai tengah gelar sako dua: (a) Rajo Bandaro (Koto Keduduk, Taluk), (b) Bandaro Itam (Pasar Taluk). Keduanya, di ASSP dekat dengan kaum Dt. Mandirikan/ Kampai Tangah.
  5. Ke Lubuk Kaciak dan Langsano Gadang
  6. Saidano mencancang latiah, membuat taratak
  7. Rajo Alam Nagari dan Rajo Kobo ke Langsano Gadang, lalu menyebarkan (1) ke Lakitan membawa kebesaran Rajo Alam Nagari (2 periode), ke Kambang buka wilayah Dikambang Sedangkan Keturunan Saidano juga membuka daerah di Tampunik dan Lubuak Sariak Laweh dengan membawa gelar kebesaran Saidano di Tmapunik dan Lubuk Sariak, kebesaran Rajo Alam Nagari ( satu periode) dan Bandaro Kambang (dua periode). Setelah itu bangkit di kebesaran Alam Nagari Anja Pansu. Pasia Laweh pernah diduduki SiTatok kemudian kalah perang, maju Pado Basi. Disebut juga setelah perang Pasir Laweh, Saidani ke ASSP dan ia diutus oleh siduano, kemudian para dubalang minta gala mamak ke Saidano
  8. Rajo Kobo dan Rajo Kopa – cancang latiah di Kambang
  9. Bando Putiah, cancang latiah dan susun rumpun Panai dan Melayu.

Jalur Penyeberan Dusanak Saidano ke Banda-10

  1. Jalur garam, orang pertama mengutus pencari garam ialah Inyiak Majo Lelo. Jalurnya 3 :
  2. Palangai: Rombongan dipimpin Alang Palabah melintasi Pematang Bukit Barisan sampai di Bukit Gadang. Di Bukit Gadang dibangun taratak. Dari Bukit Gadang menyebar ke wilayah sekitar. Ada disebut yang mendaki Bukit Musuh dan meniti pematang Bukit Pasikaian. Setelah melalui beberapa perbukitan, mereka mengarahkan jalan arah ke barat, lalu sampailah di Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang dan Kampung Akad selanjutnya Sari Dano ke Lubuk Kaciak.
  3. Kambang: Kampai dari Muaro Labuah ke Koto Pulai ke Koto Baru, mengarah: (1) Lakitan dan (2) Ampiang Parak.
  4. Taluk: Muaro Labuah, Surian ke Bukit Kelambu, Batu Bala ke Tuik dan atau keLanggai ke Kayu Aro dan Ampalu turun ke Taluk. Mamak/ Uncu saya “Sayar” pernah mebawa garam ke Surian sampai ke Muara labuh, diceritakan Rakinis kakaknya, Sayar melalui Kayu Aro, Langgai, mendaki Bukit Kelambu yang dingin, akar sebesar kelingking terlihat sebesar paha karena dingin ditumbuhi lumut, di sana ditemukan banyak tengkorak yang bersandar di kayu-kayu, mungkin pembawa garam banyak mati karena kedinginan. Kampai Taluk cerita Agus Yusuf penulis sejarah Pesisir Selatan, menyebut ada juga jalur Kambang terus ke pantai naik perahu ke Sungai Batangkape terus ke Koto Tuo (Balai Tabun) dipimpin Rajo Bandaro (Kampai Tangah di Taluk dan Batangkape, di Muaro labuah dekat dengan Dt. Mandirikan), terus mudik ke Tuik, mendaki Bukit Selayu (karena indah viewnya, bangun Taratak sementara bersama suku lainnya jaid dusun), lalu turun ke Taluk.
  5. Jalur Perang, bisa jalur Bukit Musuh, Bukit Sikai sengeketa Indrapura dan ke Palangai ke Pasir Laweh memerangi SiTatok. Juga Taluk dari Muaro ke Sunagai Tuak menaklukan Upik/ Rupik/ Rupit bodyguard Potrugis karenanya sering pola disebut Si Patoka pimpinannya dan populer disebut pimpinan SiTatok dan dikenal juga pimpinannya SiTarahan. Taluk simbol kekalahan rupit peristiwa Suangai Tuak. Makamnya banyak ditemukan di Taluk. Peristiwa rupik ini diperkirakan Westenenk antara 1550-1600. Karena tidak ada perempuannya, maka mereka musnah sekitar tahun 1600. Dalam perspektif kepurbakalaan, pernah pakar Belanda menggali kuburan rupik, PJ Kooreman (1901) menyebut mereka penduduk pertama di Pesisir Selatan. Dr. Carthaus menemukan kerangka tulang pinggang rupik setelah menggali kuburannya. Kontroleur van Swieten menemukan kuburan rupik di Sungai (Muaro) Gadang – Air Haji. Tentang informasi ini pernah menjadi content laporan Controleur Bruin di Painan Tahun 1836.
  6. Jalur Ulayat – mencancang latiah pemukiman dan menjadi property komunal dimungkinkan seluruh wilaya Banda-10 termasuk kalang hulu dan tumpuan:
  7. Palangai: dari Muara labuah, Pematang Bukit Barisan, Bukit Musuh, Pematang Bukit Pasikaian, Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang dan Kampung Akad dan Kaum Kampai Bendang Sari Dano (Pucuak Kampai) ke Lubuk Kaciak dan atau Simajo Lelo (Pucuak). Struktur Adat Palangai: (1) Payung sakaki (rajo: Kampai CH.Dt. Somajo Lelo/ Pucuak Kampai Ampek Buah Paruik Keuta/ Pimpinan Ninik Mamak Nagari Palangai (1950-1963, dipindahgantikan dengan kemurahan hatinya kepada Darwis Taunku Rajo Suleman, surat pernyataannya ttd Tuanku Rajo Suleman, 30 Mei 2004); (2) 4 Ikek (a.Pucuak Kampai: Dt. Sari Dano dan Dt. SiMajo Lelo, b. Pucuak Malayu: Dt. Sati dan Dt. Garang, c.Pucuak Panai: Dt.Tan Khairullah dan Dt. Kayo, d. Pucuak 3 Lareh: Dt. Sinaro dan Dt. Rajo nan Basa); (3) Haluan Ninik Mamak 50, (4) Ninik Mamak 50: a. andiko sandi dan b. andiko. Sandi Kampai khususnya: a. Dt. Bandaro Itam/ kampai Bendang?, b. Rajo Mangkuto/ Kampai Sawah Laweh, c. Dt.Rajo Lelo/ Kampai Tangah, d. Dt. Tan Moliec/ Kampai Nyiur Gading). Andiko Kampai 4 buah paruik: Dt. Endah Kayo/ Kampai Bendang?, Dt. Bandaro Kampai/ Kampai Bendang?, Dt.Sampono Batuah/ Kampai Nyiur Gading, Dt. Bandaro Bendang/ kampai Bendang, Dt. Tan maruhum/ kampai Sawah Laweh, Dt. Mandaro Putiah, Dt. Rajo Mangkuto?.
  8. Batangkape (Nagari Koto 8, DAS Batangkape: 4 Koto hilir yakni Koto Tuo, Anakan, Taluk Kasai dan Kalumpang; 4 Koto Mudik yakni: Sungai Nyalo, Tuik, lubuk Nyiur dan Taratak Tan Patieh). Asal dari Muara Labuah, Batu Bala, Tuik, Sungai Nyalo dan menyebar ke wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Batangkape. Kampai pernah 5 Juni 1826, menjadi penghulu pimpinan nagari (muncak) yakni Bagindo Malano.
  9. Taluk, dari Muaro Labuh dua Arah: (1) dari Muaro Labuah, Surian ke Bukit Kelambu, Langgai,  Kayu Aro dan Ampalu turun ke Taluk dan Batu Bala ke Tuik, ke Selayu dan turun ke Taluk, (2) dari Muaro Labuh jalur Palangai menyisir pantai Barat, dan atau melalui Kambang ada yang melalui Surantih terus ke Bukit Sigading Taluk (khusus Bukit Sigading Taratak pertema sudah 70 keturunan, diperkirakan orang tua-tua tahun 1000 yang wilyahnya diukur dari pertambahan pantai Tan Sri Dano Taluk laut menyusut sampai tahu 1962 oleh Agus Yusuf) karena langit masih menyentak naik dan laut menyentak turun. Setelah itu ada tahun 1500-1600 dari Muaro Labuh, Kambang yang langsung menyisir pantai ke mudik utara pantai barat masuk Sungai Batangkape, terus ke Koto Tuo dipimpin Kampai Tangah Dt. Bandaro Itam, mudik sungai di Tuik, mendaki bukit Selayu dan turun ke Taluk. Di Taluk dibentuk Dewan Panghulu Nan Barampek suku nan-4: (1) utusan Kampai Nan Tigo Lambuang (Rajo Bagindo/ Nyiur Gading dimungkin dengan sapihannya Sari Dano/ kampai Bendang, Lambuik Kayo/ Kampai Sawah Laweh, Rajo Bandaro/ Kampai Tangah mekarannya Bandaro Itam). 2) Utusan melayu nan-4 Niniak: Tan Talarangan/ Melayu Durian, Tan Brain/ Melayu Tangah, Bandaro Sati/ Malayu Koto Kaciak. 3) Utusan Malayu Tigo ibu: Makhudum/ Panai Lundang, Rajo Alam/ Panai Tangah, Rajo Batuah/ Panai Tanjung. (4) Utusan Tigo Lareh; Rajo Kayo/ Sikumbang Malin Mansiang, Rajo Malenggang/ Sikumbang Gadang dan Rajo Gamunyang/ Caniago serta Bandaro Sutan. Setelah Nagari dipimpin Muncak fungsi rajo, Muncak ke-1 ialan Muncak Kayo Imam Rajo Gunung Padang dinobatkan 6 Juni 1825, dan muncak terakhir 1917 berbesluit Belanda (Demang). Muncak memerintah meliputi 4 kotonya: (a) Koto Keduduk terdapat kampai tangah, (b) Koto Panjang, (3) Tanjung Kandis dengan kampung suku, terdapat 2 kampung kampai: kampai Nyiur Gading dan Kampai Sawah Laweh, dan (4) Ujung Batu dengan kampung suku. Perubahan adat di Taluk terjadi ketika Belanda mengeluarkan ordonansi adat yakni adat pulang ke nagari tahun 1914, suku di Taluk nagari 4 Suku ditetapkan 14 penghulu. Menandainya sejak awal di Pasar Taluk di Tanam 14 Langsano simbol penghulu nan-14. Periode Muncak habis dan Nagari dipimpin Pangulu Palo.
  10. Taratak  (nagari temuda di Banda-10): dari Muara Labuah (1715) , Surian, Bukit Kelambu, Langgai, Kayu Aro ada melalui Bukit Au (Taluk), dan ada ke Ampalu, melaui Uba, Gunung Sigiriak (Taluk) terus turun ke Taratak. Disebut salah satu pimpinannya Tan Majo Lelo. Karena Nagari sela antara Taluk dan Surantih, sebut Agus Yusuf, orang Langgai banyak turun ke Taluk di kampung Durian Tanjung Kandis tak jauh dari Taluk Dalam lokasi makam Tan Sri Dano tuo.  
  11. Surantih; Dari Muaro Labuh, mendaki Bukit Barisan, ke Bukit Panjang di hulu Kambang. Ada juga jalur Langgai, Batu Bala (Mudik: Kayu Aro, dan Ampalu) dan (Hilir: Kayu Gadang dan Koto Marapak), juga dari Muaro Labuh jalur antara Langai dan Koto Tinggi melalui Bukit Panjang terus ke Sungai Kumbayang bertemu di Kayu Gadang. Suku kampai pada sentra kampung Langang. Kampai mekar menjadi 4: (1) Kampai Bukik/ Dt. Sari Dano, (2) Kampai Sawah Laweh/ Rajo Bagindo (keudanya anak cucu lereng – ninik susu ampo), (3) Kampai Sawah Laweh Bandaro Itam dan (4) Kampai Sutan Rajo Bintang, yang berasalah dari Palak Pisang (kaum Rajo Bagindo) di Tanjung Kandis. Karena Palak Pisang lahan sempit Kampai Rajo Bintang pindah ke Batu Bala mencari lahan baru, malakok ke Bandaro, karena lahan sempit juga pindah lai ke Timbulun (ke hilir), dari Timbulun ke Gunung Malelo.
  12. Ampiang parak, dari Muaro Labuh ke Bukti Barisan turun ke Lagan – Palangai. Balik ke Bukit Barisan berbalik arah menuju Gunung Sintuk, turun ke Tanjung Gadang tidak jauh dari tempat tinggal kaum kampai Ampiang Parak yang datang dari Kambang dipimpin dari Muaro Labuh oleh Sutan Bagindo Basa. Kemudian diadakan rapat membentuk Pangulu Nan Barampek: 1) Rajo Bagindo (Kampai), (2) Rajo Batuah (Panai), 3) Tan Talarangan (Malayu) dan 4) Rajo Kayo (Sikumbang).
  13. Kambang, dari Muara Labuh, ke Bukit Sikai, Bukit Kambuik dan Pematang Panjang. Dari Pematang Panjang mencar, menuju hulu sungai, ada hulu Batang Surantih, ada hulu Sungai Batangkape, bhkan ada yang melalui hulu Batang Bayang. Yang lain menuju Gungun Sintuk terus ke Ngalau Aru turun ke Ampalu Gadang di Hulu Sungai. Wilayahnya Koto Nan-7: 1) Simauang, 2) Batu Ampa, 3) Aia Tanjunang, 4) Kampuang Akek, 5) Cubadak, 6) Gantiang dan… Struktur adatnya 4 Ikek, Payung Sakaki (Rajo didampingi Haluan dan Bandaro), Penghulu Andiko Gadang 14 dan Penghulu Andiko Kaciak 50. Sekarang Rajonya (Kampai) Sutan Bagindo Rajo Bukik dengan struktur: 1) Rajo (Payung Panji), 2) Rajo Syara’ (Kampai), 3) Urang Gadang, 4) Sandi (Pondasi) Rajo, 5) Pucuak/ Ikek, 6) Datuk nan-14, 7) Sandi Ikek, 8) Ninik Mamak.
  14. Lakitan, dari Sungai Pagu (kampai), ke Bukit Pematang Panjang, Gunung Mandeh Rubiah,  turun ke Koto Pulai Kambang, Koto Baru Kambang, terus ke Lakitan. Suku Kampai Bendang/ dpp Lembang Sati, kampai tangah/ dpp Mandaro Itam. Dalam struktur adat terdapat kampai 4 pawik, di samping sutan jo Bagindo, malayu 4 ninik, panai 3 ibu, lareh nan 3, ninik mamak koto nan tigo. Pimpinan berfungsi rajo sebagai pucuak adat sekaligus Ketua KAN.
  15. Sungai Tunu, dari Sungai Pagu mendaki Bukit Barisan, Gunuang Gadang sampai di Lagan (Melayu Bariang), terus ke Sungai Tunu.
  16. Punggasan, dari Muara Labuah dipimpin Alang Palaba, sampai di Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang di Punggasan. Di sini mencar, ada yang ke Sungai Tunu, Punggasan da ada yang terus ke Air Haji.
Baca Juga :  Sejarah Cina di Banda Sapuluah, Pesisir Selatan

Dalam berbagi lahan terjadi perundingan di Ambacang untuk membentuk Penghulu Pucuak, yakni 4 pucuk: 1) di suku Kampai Datuak Sutan Maruhun, 2) di suku Malayu Datuak Sutan Emas, 3) di suku Panai Datuak Sutan Batuah dan 4) di suku Tigo laras nan batigo, dilakukan dengan sistem gadang bagele. Berputar kegadangan suku Jambak Datuak Bandaro Jambak,kegadangan Sikumbang Datuak Maharajo Dirajo, kegadangan Caniago Datuak Bandaro Sati. 4 Pucuk diberi sandi/ panungkek, khusus sandi kampai: 1) Datuak Bagindo Sulaiman/ penungkek Mandaro Hitam, 2).Datuak Mandaro Putiah/ penungkek Lelo Sutan, 3) Datuak Tamangusi/ penungkek Rajo Mudo, 4) Datuak Magek Batuah/ penungkek Datuak Rajo Lelo dan 5) balimo dengan pucuaknya Datuak Sutan Maruhun.

  • Kalang Ulu dan Tumpuan Banda-10: Bungo Pasang dan Air Haji
  • Bungo Pasang, Salido termasuk Bungo Pasang, sudah punya cerita 1000 tahun lalu dengan kerajaan Lumbung Emasnya. Ada asal penduduk dari Muara Labuh. Ada dua jalur, pertama jalur Tuik Patangkape Koto 8 terus ke Painan dan Salido. Ada pula jalur Sungai pagu ke Alahan Panjang, Pancung Taba, Gunung Kambuik, Kp. Baru terus Salido dan Painan. Raja Painan pernah di datangkan raja Pasir Talang Sungai Pagu ialah Marah Johan Dt. Rajo Sampono. Pernah pula Dt. Sinaro Sinaro dan ditambah gelarnya Tuanku Pintu Langik Sinara Ampang Limo asalah dari Muara Labuh, diakui Inderapura sebagai Rajo Salido. Pernah pemimpin Banda 10 datang juga diikuti pimpinan VOC datang ke Salido, menjadi Salido (pintu gerbang, Sancta Aleida) menjadi pelabuhan besar atau bandar (kota pelabuhan) yang besar. Banda 10 dan Salido pengahasil emas terbesar di samping Muaro Labuh. Dikapalkan di sini, karenanya pelabuhan Salido – Pulau Cingkuk dikenal pelabuhan emas. Sejak dukung mendirikan pelabuhan Salido itu Banda 10 Bakalangulu ke Salido di Bungo Pasang.
  • Air Haji, asal Muara Labuh dipimpin Alang Palaba, sampai di Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang di Punggasan. Di sini mencar, ada yang ke Air Haji di samping ke Punggasan dan ke Sungai Tunu. Awal mula Sungai Pagu memberi izin menyusun penghulu pucuk yakni 4 penghulu pucuk: 1) Gagah Dt. Rajo Bilang/ Kampai, 2) Aji Dt. Rajo Lelo/ panai, 3) Dt. Rajo DiMudiak/ tigo lareh, dan 4) Labi Dt. Rajo DiHilie/ Melayu. Untuk mewakili Sungai Pagu rapat di Koto Marapak terpilih Rajo Air Haji Tuanku Aji Sutan Rajo Lelo/ Panai. Setelah diajukan, YDP ASSP menjatuhkan pilihan kepada Datuk Bagindo Kuaso/ panai dengan timbalan Tuanku Aji St. Rajo Lelo. Struktur sekarang 4 ikek (berubah menjadi 7), Payuang Sakaki.   

                                                                                                                                                       Padang, 6 Maret 2023

                                                                                                                                                       Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo


[1]Penobatan Daulat Yang Dipertuan Bagindo Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah ini di depan Daulat Bundo Kandung dan Dang Tuanku Pagaruyung (Yulizal Yunus, Kebudayaan Solok Selatan, 2010) juga disebut Marsadis Dt. St. Mamat,1980.

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya
Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu
Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah
Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik
Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit
Ayah Buya Hamka, Abdul Karim Amrullah Ternyata Pernah Menuntut Ilmu Agama di Pesisir Selatan
Banjir Besar Pesisir Selatan 1915, Ketinggian Air Capai 3 Meter dan Puluhan Orang Meninggal
Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang Wajib Tahu, Inilah Asal Usul Nama Parak Jigarang

Berita Terkait

Senin, 1 Juli 2024 - 10:01 WIB

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya

Jumat, 28 Juni 2024 - 08:49 WIB

Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu

Kamis, 27 Juni 2024 - 11:51 WIB

Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah

Selasa, 14 Mei 2024 - 18:02 WIB

Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik

Minggu, 17 September 2023 - 11:20 WIB

Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit

Berita Terbaru