Basurah Asal Usul Kaum Kampai ASSP – Bandasapuluah

E-Book

Dari Inyiak Majolelo (1292)

Inyiak Majolelo dan Kurang Aso Anam Puluah adalah Founding Father dari kawasan Alam Surambi Sungai Pagu (ASSP). Untuk itu kita coba mengupas kembali perjalanan niniak nan Anam Puluah dimana seperti kita ketahui bahwa nenek moyang orang Sungai Pagu berasal dari beberapa nagari Pariangan dan seputar daerah Pagaruyung. Menurut penelusuran sejarah yang saya coba kumpulkan ada beberapa sumber yang mengatakan antara Pariangan-Sungai Tarab dan Kumanis serta yang berasal dari daerah Sumpur Kudus.

Pada Mulanya Kelompok Niniak nan Anam Puluh beserta pemimpinnya Inyiak Majolelo dengan Dubalangnya Alang Palabah membawa keluar kelompok ini dari daerah Pagaruyung, dari cerita yang didapat sebab keluarnya kelompok Niniak nan Anam Puluh, karena tidak cocoknya dengan sistim Tarik Baleh yang diterapkan oleh Datuak Ketumanggunan.

Disamping itu Kelompok yang di pimpin oleh Inyiak Majolelo (Inyiak Jalelo) dalam melakukan perjalanan meninggalkan daerah Pagaruyung bergabung juga Niniak nan dari Daerah Tanjung Bunga (Perbatasan Agam dan Tanah Datar). Kelompok ini terdiri dari 13 Kelompok. Dan dari situlah dikenal dengan Niniak nan Tujuh puluh tigo dan yang menjadi pemimpin rombongan ini adalah Inyiak Majolelo (Inyiak Jalelo).

Didalam perjalanan ini Niniak nan Tujuh Puluh Tigo berpisah di daerah Lubuk Sikarah yang sekarang bernama Solok Sekarang sebanyak 13 kelompok yang berasal dari Tanjung Bungo. Dan Mereka mendiami daerah Lubuk Sikarah sekitarnya yang sekarang di daerah Solok. Maka rombongan 73 tadi menjadi 60 orang dan masih dipimpin oleh Inyiak Majolelo.

Perjalanan Niniak Anam Puluah berlanjut menuju daerah Selatan yang melalui Niniak yang 60 orang itu melanjutkan perjalanan ke arah selatan menuju Lembah Gumanti (Alahan Panjang). Perjalanan diteruskan ke hulu Sungai Batang Hari. sebuah tempat yang bernama Bukit Tanaman Batu. Di daerah ini salah seorang Niniak (bernama Si Padeh) yang berjumlah 60 orang itu sakit (perut) dan akhirnya meninggal dunia. Setelah dikuburkan, maka Niniak yang tinggal 59 orang, menamakan daerah tempat Niniak yang meninggal dunia itu Bukit Sipadeh, sekarang berada di Kecamatan Lembah Gumanti dan arahnya setentang ke arah timur dari Nagari Titian Paning. Akibat peristiwa itu, setelah Sipadeh meninggal dunia, maka Niniak yang tinggal 59 orang dikenal kemudian di Sungai Pagu Alam Surambi Minangkabau sebagai Niniak Kurang Aso 60, maksudnya kurang satu dari 60.

Sebelum kita mengulas lebih jauh ada baiknya kita mengupas juga beberapa gelombang kedatangan kelompok yang memasuki daerah Sungai Pagu. Daerah Sungai Pagu ini dulunya Bernama Rimbo Anok Kemudian setelah di buat taratak-taratak dan perkembangan manusia kemudian berubah menjadi Dusun dan bernama Banda Lakun dan setelah perkembangan yang pesat menjadi Koto bernama Pasie Talang dan setelah menjadi sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Pagu.

Dari Syamsuddin Siduano

  1. Syamsuddin Siduano (Bagombak Putiah bajanguit Sirah) adalah raja pertama yang diturunkan dari Pagaruyung ke Kerajaan Sungai Pagu dengan gelar kebesaran Sultan Bagindo Basa (th 1500). Siduano/Saidano/Saridano dengan tampatannya Inyiak Jalelo/Majolelo sebagai Urang Tuo yang memimpin Kurang Aso Anam puluh disebut seluruh tambo (Tambo Minangkabau, Tambo 8 Padang Laweh, Tambo Simalanggang lainnya), ialah anak Pagaruyung yang  menjadi rajo di Alam Surambi Sungai Pagu (ASSP). Rajo naik nobat oleh rajo di Pagaruyung.
  2. Syamsudin Siduano adalah raja pertama yang memimpin ASSP generasi pertama, disebut Haris Dt. Saidano (2022, 2023). Syamsudin mengangkat para pembantunya untuk melaksanakan pemerintahannya yaitu Andiko nan 4 Basa nan 5. Andiko Nan 4 (Tuanku) ialah: (1) Bagindo Saripado – Melayu, (2) Tuanku Rajo Bagindo – Kampai, (3) Tuanku Rajo Batuah – Panai, dan Tuanku Rajo Malenggang – Tigo Lareh Nan Bakpanjangan Yang berfungsi Untuk melakukan Pemungutan Bunga Padang (Pajak Tanah), Ditambah dengan 1 Orang Basa Datuak Saidano Yang bertugas Sebagai Panglimo Kerajaan Menurut Keterangan Datuak Panduko Malano (salah satu dari pengulu nan Sapuluh Sumpur Kudus ). Habis generasi I ASSP, Siduano (Syamsuddin) mangkat, lalu Saidano sebagai kapanakannya tidak diangkat.

Beda tajam Rajo Alam Daulat Yang Dipertuan Generasi I ASSP versi Hasmurdi (2000:11-12 banding pula Mudjadid,1999) secara historis urutannya berawal dari:

  1. Sutan Nan Kewi Majo Ano
  2. Duano Gaja Gilo
  3. Sutan Parendangan
  4. Yang Dipertuan Bagindo Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah (YDBSBTRD) Syamsuddin Sadewono (yang dinobatkan sebagai rajo oleh rajo) menjunjung mahkota Kuala Qamar[1].
  • Syamsudin Siduano juga mengangkat Kebasaran pada Kurang Aso Anam Puluh yang terdiri dari 4 Suku Besar yang terdiri :
  • Kampai Nan 24
  • Melayu 4 Ibu

2.1 Melayu (Ampek Niniak)

2.2 Bariang (Ampek Niniak)

2.3 Koto Kaciak ( Ampek Niniak)

2.4 Durian (Lima Ruang)

  • Panai 3 ibu
  • Tigo Lareh

4.1 Sikumbang 4 Ibu

4.2 Jambak nan Balimo

4.3 Caniago nan baranam

Kelompok Dipimpin Oleh Inyiak Majolelo (yang telah mempunyai gelar sejak masih di Pagaruyung) dengan Dubalangnya Alang Palabah.

Pada masa Syamsudi menjadi raja di Sungai Pagu pusat pemerintahan ada di daerah Kampai Dalam daerah Pasir Talang. Beliau membentuk suku menjadi 4 suku (4 Andiko) Yaitu :

  1. Kampai yang Memegang Kendali Adat
  2. Melayu Yang yang memegang kendali Undang undang adat
  3. Panai Yang Memegang Kendali Aturan Syarak
  4. Tigo Lareh Yang merupakan Parik Paga dalam Nagari

Dalam Pada itu juga memberi gelar pada pemimpin kelompok Kaum Kurang Aso Anam puluh Gelar yang di berikan Syamsudin antara lain :

Kampai nan 24                                             

  1. DT Saidano  (Kampai)
  2. DT Rajo Alam Nagari (Kampai)
  3. DT Rajo Kobo (Kampai)
  4. DT Bando Putiah (Kampai)
  5. DT Lembang Bukik (Kampai)
  6. DT Rajo Sa’alam (Kampai)
  7. DT Unggun Dadak Tareh Jilatang (Kampai)
  8. DT Rajo Nagara (Kampai)
  9. DT Rajo Mangkuto (Kampai)
  10. DT Rajo Bintang (Kampai)   
  11. DT Sandi Urang Batuah (Kampai)   
  12. DT Gantar Alam (Kampai)   
  13. DT Sangayo (Kampai)   
  14. DT Rajo paranggi (Kampai)   
  15. DT Ganti Batuah (Kampai)   
  16. DT Timbu Batuah (Kampai)   
  17. DT Patih (Kampai)   
  18. DT Sutan Nangkodo (Kampai)  
  19. DT Rajo Pareso (Kampai)
  20. DT Bagindo Sati (Kampai)
  21. DT Rajo Batampat (Kampai)
  22. DT Rajo Bukik (Kampai)
  23. DT Rajo Mandirikan (Kampai)
  24. DT Rajo Garak Bumi (Kampai)             
  25. DT Bando Sati (Caniago)
  26. DT Malintang Bumi (Caniago)
  27. DT Talalanan Sati (Caniago)
  28. DT Rajo Bandaro (Caniago)
  29. DT Rajo Lingka Bulan (Caniago)
  30. DT Rajo Endah (Caniago)
  31. DT Rajo Bagagar (Jambak)
  32. DT Bando Hitam (Jambak)
  33. DT Sutan Painan (Jambak)
  34. DT Sutan Malenggang (Jambak)
  35. DT Rajo Indo (Jambak)
  36. DT Bando Suku (Sikumbang)
  37. DT Sutan Kayo (Sikumbang)
  38. DT Batuah Nan Sati (Sikumbang)
  39. DT Nan Sati (Sikumbang)
  40. DT Rajo Malako (Melayu)
  41. DT Rajo Adil (Melayu)
  42. DT Sutan Kalifatullah (Melayu)
  43. DT Sutan Ibrahim (Melayu)
  44. DT Rajo Nan Baso (Bariang)
  45. DT Nankodo Alam (Bariang)
  46. DT Sutan Penghulu (Bariang)
  47. DT Sutan Bagampo (Bariang)
  48. DT Tareh Mambangun (Koto Kaciak)
  49. DT Rajo Malin (Koto Kaciak)
  50. DT Rajo Sati (Koto Kaciak)
  51. DT Sutan Bandaro Padang (Koto Kaciak)
  52. DT Rangkayo Majolelo (Durian)
  53. DT Malintang Kayo (Durian)
  54. DT Rajo Katik (Durian)
  55. DT Sutan Dubalang (Durian)
  56. DT Sutan Mamat (Durian)
  57. DT Sati (Panai)
  58. DT Bandaro (Panai)
  59. DT Rangkayo Basa (Panai)
  • Oleh Belanda dari Afdeeling Solok, dikirim dari Cupak – Kubung 13 ke ASSP menjadi Rajo Nan-4. Tidak dinobatkan oleh Rajo Pagaruyung. Justru Bagagarsyah di Betawi setelah diangkat Belanda menjadi Regent. Rajo nan ba-4 menyebut “mambangkit batang tarandam” – “mambangkik gala lamo”, sebenarnya justru strategi Belanda merusak adat dengan anak nagari sendiri. Dari fenomena ini pola oleh Kubung 13 disebut ASSP adalah sapiah balahan yang tidak mengenakan ASSP sendiri.
  • Siduano (kemenakan awalnya di Sungai Tarab), menjadi Rajo di ASSP 1500-san. Kemudin setelah menjadi rajo di ASSP, maka kapanakannya di ASSP Saidano (Kampai Bendang dan rumpun melayu dari ninik Kurang Aso Anam Puluh tahun yang pindah dari Pagaruyung, Sungai Tarab, kumanis dst tahun 1200)

Jalur Perjalanan Ninik 60-aso tahun 1200 melalui Kumanis (disebut juga dalam Ranji Limbago Pagaruyung: Dt Inyiak Cumano/ sampai kini tali sako pimpinan kerapatan Kumanis dibantu Inyiak Tali Pusako Dt. Rky Bongsu. Juga disebut Dt Inyiak Majo Lelo/ Tali Ugamo/ Syara’), juga terus Sumpur Kudus, Pariangan ada dari Balimbing, Sungai Tarab, Limo Kaum Ninik 13 ke Kubung dan Niniak Kurang Aso Anam Puluh ke Rimbo Anok/ Banda Lakun, lewat, Bukit Kanduang, Lubuk Sikarah, Sariak Alahan Tigo Lembah Gumanti, Ulu Suliti, (diam di) Rimbo Anok kemudian menjadi Nagari bernama Banda Lakun dan menjadi Kerajaan ASSP – lalu ketika ASSP (rajo pertama) habis posisi wilayah menjadi dua yakni Pasia Talang dan Koto Baru. Kemudian Datang ninik Rangkayo (Rky) nan-8 melalui Bangko dan  Kerinci yang di pimpin  oleh Nan Kawi majoano yaitu :

Inyiak Nan Kawi Majo Ano

Rapun Sarek,

Ramang Putih,

Ramang Hitam,

Indalan. (dikenal sebagai Niniak orang Melayu),

Candi Aluih (dikenal sebagai Niniak orang Melayu),

Rabaani (dikenal sebagai Niniak orang Durian),

Kumbo (dikenal sebagai Niniak orang Bariang)

Perjalanan Nan Kawi Majoano yang dating melalui Pagaruyung-Darmasraya-Bangko terus ke Kerinci apakah ada pengaruhnya pada struktur masyarakat hukum adat Rencong Kerinci: misal 7 Depati Alam Kerinci dan Depati 8 Helai Kain ?), Perjalanan Rombongan Rangkayo nan Salapan terus ke Sungai Pagu, Sariak Alahan 3 Lembah Gumanti, Ampiang Parak dst, apa terus ke Indopuro, Lunang, karena Lunang awal dari disebut tokoh Puti Rambut Panjang – Siak Lengih, Indo Jalito, juga Mandeh Rubiah disebut Raja Batin, di mana di Kerinci ada etnis suku batin, minangkabau dan jambi). Kemudian datang pula ninik ba-2 nan ba-3 dari Palembang (2 Inyiak: Inyiak Sami’ dan Inyiak Samilu 1 dubalang Sikok Simajolelo). Tahun 1300 yang datang dari Palembang Musi Rawas Muaro Rupiat yang juga rombongan  SiTatok (pimpinan rupit). SiTatok tidak bekecocokan dengan Inyiak ba-2 nan ba-3 masih di era Syamsuddin Siduano. Rangkayo Ninik Nan-8 ialah: (1) Nan Kawi Majo Ano, (2) Baani, (3) Candai, (4) Rapun Sarok, (5) Rambang Putih, (8) Rambang Itam dst tidak diizinkan tinggal di ASSP oleh Inyik Majo Lelo lalu terus ke Sariak Alahan Tigo Lembah Gumanti, terus ke Ampiang Parak (membuat Taratak – Melayu) dan tahun 1300-san menyebar sepanjang pantai sampai ke Indrapura.

  • Siduano (Sang Penakluk, Rajo, dilewakan rajo tadi) dalam perkembangan kaumnya, gelar berubah sebutan dengan mempertahankan suku kata terakhir “ano”. Lalu disebutlah kebesaran kapanakannya Saidano (kamanakan, tidak warisi rajo tapi kebasaran) – Sari Dano (kebesaran penghulu di Palangai) – Sri Dano (panglimo dan kebesaran penghulu bersama kebesaran Rajo Bagindo) di Taluk. Gelar sako Saidano titisan ninik nan basusu ampo (berpayudara hampar – indah – cantik) dari generasi ke-2 anak cucuknya “Lereng” (Puti) disebut wafat di Taluk – Batangkape. Ditemukan dalam ranji Kampai Rajo Bagindo di Taluk “SiRing” apakah nama ini perubahan dari nama “Lereng” (Puti) wallahu a’lam bishshawab! Namun ada disebut Keturuan “Lereng” (puti) di Taluk- Batangkape ada dua memakai gelar pusako, yakni : (1) Tan Sri Dano dan (2) Rajo Bagindo.

Mahkamah Nan Salapan (MNS-8) dalam 4 suku:

  1. Kampai                                                                          2
  2. Melayu                                                                         2
  3. Panai                                                                             2
  4. Lareh nan bakapanjangan         2

Dalam MNS-8 itu ada 4 Balai:

  1. Balai nan Panjang         – Dt. Rajo Alam Nagari
  2. Balai Nan-8 – Hakim      – Dt. Rajo Malako
  3. Balai Panglimo              – Dt. Saidano (Bajanjang Naik) – kata tidak boleh bajawab (rajo)
  4. Balai Nan Saruang        – Inyiak Majo Lelo (Batanggo Turun) – kato tidak dapek disanggah (rajo)

Susunan Kampai di ASSP:

  1. Kampai 24 ibu, bukan 20 – 4 ibu (20 penghulu dan 4 ibu). Inyiak 60- aso : 24 ibu kampai, dominan kampai dalam 60-aso. Tidak mengenal “pucuk” tetapi “kebesaran”.
  2. 7 Luak di ASSP dominan kampai:
  3. Luak Sungai Cangkar – Inyiak Majo Lelo (suku kampai), 
  4. Luak Sipotu – suku campura ninik mamak nan-8
  5. Mudik Laweh – Dt. Rajo Alam Nagari (kampai)
  6. Sungai Talu – Dt Saidano dan Dt. Rajo Kobo (kampai)
  7. Sawah Siluak – Dt. Saidano (kampai)
  8. Sungai Durian – suku campura ninik mamak nan-8
  9. Mudiak Lolo – suku campura ninik mamak nan-8

                  *** Catatan: Istana Tuanku Rajo Malenggang pun berada di Luak Mudiak Laweh – ulayat Dt. Rajo Alam nagari. Jadi sekarang disebut tidak ada satu pun rajo yang menguasai seluruh luak sejak habis periode pertama raja kerajaan ASSP Siduano. Dimungkinkan kebesaran di suku masing-masing dan dimungkin mengklaim organizing 4 raja pasa periode perama, tetapi masing-masing pimpinan luak keberatan.

Penyebaran Kamanakan Siduano dari ASSP dan Anak Cucu Susu Ampo

  • Saidano (kamanakan Siduano di ASSP dari Ninik 60-aso dari Sungai Tarab, Kumanis) disebut juga Dt. Mandirikan (Kamanakan Siduano di Sungai Tarab, Kumanis ). Saidano generasi pertama adalah Haji Muhammad Nur. Menyebar dari Sungai Pagu ke Pinang Sinawa, Bidar Alam dan Banda-10. Turun ke Banda-10 generasi ke-2. Di Bandar-10 kebesaran ASSP diantarkan ke Pelangai (juga termasuk kawasan Lagan) dan diserahkan ke Taluk-Batangkapas (Banda-10), disisikan ke Air Haji (tumpuan Banda-10). Keturunan dan kebesarannya (diagiah gelar) tadi disebut masih kukuh di Palangai dan Taluk-Batangkape. Ke Taluk seiiring dengan penyebaran dari Pangai ke Lakitan/ Kambang (Sariak Laweh dan Tampunyiak. Di Kambang ada gelar Rajo Bangindo dan Bagindo Rajo, disebut gelar kesayangan dari Saidano), Sungai Tunu dan Pungasan (Banda-10) dan ke Air Haji (tumpaun Banda-10).
  • Penyebaran kamanakan Siduano dari ASSP, wilayahnya di Banda-10 ibarat komposisi Jalo: (1) Lakitan – Kambang Pusek Jalo, (2) Palangai Tali Jalo, (3) Jalo Kambang ke Banda-10 (wilayahnya: Batangkape, Taluk, Taratak, Surantih, Ampiang Parak, Kambang, lakitan, palangai, Sungai Tunu dan Punggasan) sampai ke kalang ulu Banda 10 Bungo Pasang dan Tumpuan Banda-10 Air Haji.
  • Saidano Sumber riwayat Haris Dt. Saidano (Generasi 10) langsung dari Ande Jusneli dari ibu Ande Ayek Rabita (105 tahun 2000-an) dari Siti Sarah dari Gadih Gando dari Ayek Sabalat dst ke atas dalam ranji Sadidano terus ke Ninik Susu Ampo.
  • Ninik Susu Ampo (payu dara indah – cantik) beranak 16. Di antara anak cucunya keturunan “Lereng” diteruskan keturunan Saidano Kampai Bendang (Kampai 24 ibu) Muaro Labuah, ke Sari Dano Palangai, ke Sri Dano di Taluk – Batangkape. Sebarannya di Palangai Tan Mulie di Lubuak Cubadak, Tan Maruhum, Sampono Batuah dst ke Palangai Gadang Bandaro Putiah, Bandaro Kampai, Bandaro Bendang, Jo Mangkuto dst. Penyebaran ke Sungai Liku Dt. Endah Kayu, Sungai Tunu, Punggasan dan Air Haji.

Turunan Dusanak dari Ninik 60 – Aso ke Taluk:

  1. Turun ke Pariaman mendirikan perkampungan – barajo-rajo
  2. Turun ke Taluk, gala sako :
  3. Turunan Kampai: Bendang berubah ke Kampai Nyiur Gading: (a) Sri Dano, (2) Rajo Bagindo, keduanya cucu Susu Ampo “Lereng” (Puti).
  4. Dekat dengan Kampai Tangah (1) Berubah Kampai Sawah Laweh gelar Lambuik Kayo (di ASSP dekat dengan kaum Dt. Mandirikan/ Kampai Tangah), (2) tetap kampai tengah gelar sako dua: (a) Rajo Bandaro (Koto Keduduk, Taluk), (b) Bandaro Itam (Pasar Taluk). Keduanya, di ASSP dekat dengan kaum Dt. Mandirikan/ Kampai Tangah.
  5. Ke Lubuk Kaciak dan Langsano Gadang
  6. Saidano mencancang latiah, membuat taratak
  7. Rajo Alam Nagari dan Rajo Kobo ke Langsano Gadang, lalu menyebarkan (1) ke Lakitan membawa kebesaran Rajo Alam Nagari (2 periode), ke Kambang buka wilayah Dikambang Sedangkan Keturunan Saidano juga membuka daerah di Tampunik dan Lubuak Sariak Laweh dengan membawa gelar kebesaran Saidano di Tmapunik dan Lubuk Sariak, kebesaran Rajo Alam Nagari ( satu periode) dan Bandaro Kambang (dua periode). Setelah itu bangkit di kebesaran Alam Nagari Anja Pansu. Pasia Laweh pernah diduduki SiTatok kemudian kalah perang, maju Pado Basi. Disebut juga setelah perang Pasir Laweh, Saidani ke ASSP dan ia diutus oleh siduano, kemudian para dubalang minta gala mamak ke Saidano
  8. Rajo Kobo dan Rajo Kopa – cancang latiah di Kambang
  9. Bando Putiah, cancang latiah dan susun rumpun Panai dan Melayu.

Jalur Penyeberan Dusanak Saidano ke Banda-10

  1. Jalur garam, orang pertama mengutus pencari garam ialah Inyiak Majo Lelo. Jalurnya 3 :
  2. Palangai: Rombongan dipimpin Alang Palabah melintasi Pematang Bukit Barisan sampai di Bukit Gadang. Di Bukit Gadang dibangun taratak. Dari Bukit Gadang menyebar ke wilayah sekitar. Ada disebut yang mendaki Bukit Musuh dan meniti pematang Bukit Pasikaian. Setelah melalui beberapa perbukitan, mereka mengarahkan jalan arah ke barat, lalu sampailah di Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang dan Kampung Akad selanjutnya Sari Dano ke Lubuk Kaciak.
  3. Kambang: Kampai dari Muaro Labuah ke Koto Pulai ke Koto Baru, mengarah: (1) Lakitan dan (2) Ampiang Parak.
  4. Taluk: Muaro Labuah, Surian ke Bukit Kelambu, Batu Bala ke Tuik dan atau keLanggai ke Kayu Aro dan Ampalu turun ke Taluk. Mamak/ Uncu saya “Sayar” pernah mebawa garam ke Surian sampai ke Muara labuh, diceritakan Rakinis kakaknya, Sayar melalui Kayu Aro, Langgai, mendaki Bukit Kelambu yang dingin, akar sebesar kelingking terlihat sebesar paha karena dingin ditumbuhi lumut, di sana ditemukan banyak tengkorak yang bersandar di kayu-kayu, mungkin pembawa garam banyak mati karena kedinginan. Kampai Taluk cerita Agus Yusuf penulis sejarah Pesisir Selatan, menyebut ada juga jalur Kambang terus ke pantai naik perahu ke Sungai Batangkape terus ke Koto Tuo (Balai Tabun) dipimpin Rajo Bandaro (Kampai Tangah di Taluk dan Batangkape, di Muaro labuah dekat dengan Dt. Mandirikan), terus mudik ke Tuik, mendaki Bukit Selayu (karena indah viewnya, bangun Taratak sementara bersama suku lainnya jaid dusun), lalu turun ke Taluk.
  5. Jalur Perang, bisa jalur Bukit Musuh, Bukit Sikai sengeketa Indrapura dan ke Palangai ke Pasir Laweh memerangi SiTatok. Juga Taluk dari Muaro ke Sunagai Tuak menaklukan Upik/ Rupik/ Rupit bodyguard Potrugis karenanya sering pola disebut Si Patoka pimpinannya dan populer disebut pimpinan SiTatok dan dikenal juga pimpinannya SiTarahan. Taluk simbol kekalahan rupit peristiwa Suangai Tuak. Makamnya banyak ditemukan di Taluk. Peristiwa rupik ini diperkirakan Westenenk antara 1550-1600. Karena tidak ada perempuannya, maka mereka musnah sekitar tahun 1600. Dalam perspektif kepurbakalaan, pernah pakar Belanda menggali kuburan rupik, PJ Kooreman (1901) menyebut mereka penduduk pertama di Pesisir Selatan. Dr. Carthaus menemukan kerangka tulang pinggang rupik setelah menggali kuburannya. Kontroleur van Swieten menemukan kuburan rupik di Sungai (Muaro) Gadang – Air Haji. Tentang informasi ini pernah menjadi content laporan Controleur Bruin di Painan Tahun 1836.
  6. Jalur Ulayat – mencancang latiah pemukiman dan menjadi property komunal dimungkinkan seluruh wilaya Banda-10 termasuk kalang hulu dan tumpuan:
  7. Palangai: dari Muara labuah, Pematang Bukit Barisan, Bukit Musuh, Pematang Bukit Pasikaian, Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang dan Kampung Akad dan Kaum Kampai Bendang Sari Dano (Pucuak Kampai) ke Lubuk Kaciak dan atau Simajo Lelo (Pucuak). Struktur Adat Palangai: (1) Payung sakaki (rajo: Kampai CH.Dt. Somajo Lelo/ Pucuak Kampai Ampek Buah Paruik Keuta/ Pimpinan Ninik Mamak Nagari Palangai (1950-1963, dipindahgantikan dengan kemurahan hatinya kepada Darwis Taunku Rajo Suleman, surat pernyataannya ttd Tuanku Rajo Suleman, 30 Mei 2004); (2) 4 Ikek (a.Pucuak Kampai: Dt. Sari Dano dan Dt. SiMajo Lelo, b. Pucuak Malayu: Dt. Sati dan Dt. Garang, c.Pucuak Panai: Dt.Tan Khairullah dan Dt. Kayo, d. Pucuak 3 Lareh: Dt. Sinaro dan Dt. Rajo nan Basa); (3) Haluan Ninik Mamak 50, (4) Ninik Mamak 50: a. andiko sandi dan b. andiko. Sandi Kampai khususnya: a. Dt. Bandaro Itam/ kampai Bendang?, b. Rajo Mangkuto/ Kampai Sawah Laweh, c. Dt.Rajo Lelo/ Kampai Tangah, d. Dt. Tan Moliec/ Kampai Nyiur Gading). Andiko Kampai 4 buah paruik: Dt. Endah Kayo/ Kampai Bendang?, Dt. Bandaro Kampai/ Kampai Bendang?, Dt.Sampono Batuah/ Kampai Nyiur Gading, Dt. Bandaro Bendang/ kampai Bendang, Dt. Tan maruhum/ kampai Sawah Laweh, Dt. Mandaro Putiah, Dt. Rajo Mangkuto?.
  8. Batangkape (Nagari Koto 8, DAS Batangkape: 4 Koto hilir yakni Koto Tuo, Anakan, Taluk Kasai dan Kalumpang; 4 Koto Mudik yakni: Sungai Nyalo, Tuik, lubuk Nyiur dan Taratak Tan Patieh). Asal dari Muara Labuah, Batu Bala, Tuik, Sungai Nyalo dan menyebar ke wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Batangkape. Kampai pernah 5 Juni 1826, menjadi penghulu pimpinan nagari (muncak) yakni Bagindo Malano.
  9. Taluk, dari Muaro Labuh dua Arah: (1) dari Muaro Labuah, Surian ke Bukit Kelambu, Langgai,  Kayu Aro dan Ampalu turun ke Taluk dan Batu Bala ke Tuik, ke Selayu dan turun ke Taluk, (2) dari Muaro Labuh jalur Palangai menyisir pantai Barat, dan atau melalui Kambang ada yang melalui Surantih terus ke Bukit Sigading Taluk (khusus Bukit Sigading Taratak pertema sudah 70 keturunan, diperkirakan orang tua-tua tahun 1000 yang wilyahnya diukur dari pertambahan pantai Tan Sri Dano Taluk laut menyusut sampai tahu 1962 oleh Agus Yusuf) karena langit masih menyentak naik dan laut menyentak turun. Setelah itu ada tahun 1500-1600 dari Muaro Labuh, Kambang yang langsung menyisir pantai ke mudik utara pantai barat masuk Sungai Batangkape, terus ke Koto Tuo dipimpin Kampai Tangah Dt. Bandaro Itam, mudik sungai di Tuik, mendaki bukit Selayu dan turun ke Taluk. Di Taluk dibentuk Dewan Panghulu Nan Barampek suku nan-4: (1) utusan Kampai Nan Tigo Lambuang (Rajo Bagindo/ Nyiur Gading dimungkin dengan sapihannya Sari Dano/ kampai Bendang, Lambuik Kayo/ Kampai Sawah Laweh, Rajo Bandaro/ Kampai Tangah mekarannya Bandaro Itam). 2) Utusan melayu nan-4 Niniak: Tan Talarangan/ Melayu Durian, Tan Brain/ Melayu Tangah, Bandaro Sati/ Malayu Koto Kaciak. 3) Utusan Malayu Tigo ibu: Makhudum/ Panai Lundang, Rajo Alam/ Panai Tangah, Rajo Batuah/ Panai Tanjung. (4) Utusan Tigo Lareh; Rajo Kayo/ Sikumbang Malin Mansiang, Rajo Malenggang/ Sikumbang Gadang dan Rajo Gamunyang/ Caniago serta Bandaro Sutan. Setelah Nagari dipimpin Muncak fungsi rajo, Muncak ke-1 ialan Muncak Kayo Imam Rajo Gunung Padang dinobatkan 6 Juni 1825, dan muncak terakhir 1917 berbesluit Belanda (Demang). Muncak memerintah meliputi 4 kotonya: (a) Koto Keduduk terdapat kampai tangah, (b) Koto Panjang, (3) Tanjung Kandis dengan kampung suku, terdapat 2 kampung kampai: kampai Nyiur Gading dan Kampai Sawah Laweh, dan (4) Ujung Batu dengan kampung suku. Perubahan adat di Taluk terjadi ketika Belanda mengeluarkan ordonansi adat yakni adat pulang ke nagari tahun 1914, suku di Taluk nagari 4 Suku ditetapkan 14 penghulu. Menandainya sejak awal di Pasar Taluk di Tanam 14 Langsano simbol penghulu nan-14. Periode Muncak habis dan Nagari dipimpin Pangulu Palo.
  10. Taratak  (nagari temuda di Banda-10): dari Muara Labuah (1715) , Surian, Bukit Kelambu, Langgai, Kayu Aro ada melalui Bukit Au (Taluk), dan ada ke Ampalu, melaui Uba, Gunung Sigiriak (Taluk) terus turun ke Taratak. Disebut salah satu pimpinannya Tan Majo Lelo. Karena Nagari sela antara Taluk dan Surantih, sebut Agus Yusuf, orang Langgai banyak turun ke Taluk di kampung Durian Tanjung Kandis tak jauh dari Taluk Dalam lokasi makam Tan Sri Dano tuo.  
  11. Surantih; Dari Muaro Labuh, mendaki Bukit Barisan, ke Bukit Panjang di hulu Kambang. Ada juga jalur Langgai, Batu Bala (Mudik: Kayu Aro, dan Ampalu) dan (Hilir: Kayu Gadang dan Koto Marapak), juga dari Muaro Labuh jalur antara Langai dan Koto Tinggi melalui Bukit Panjang terus ke Sungai Kumbayang bertemu di Kayu Gadang. Suku kampai pada sentra kampung Langang. Kampai mekar menjadi 4: (1) Kampai Bukik/ Dt. Sari Dano, (2) Kampai Sawah Laweh/ Rajo Bagindo (keudanya anak cucu lereng – ninik susu ampo), (3) Kampai Sawah Laweh Bandaro Itam dan (4) Kampai Sutan Rajo Bintang, yang berasalah dari Palak Pisang (kaum Rajo Bagindo) di Tanjung Kandis. Karena Palak Pisang lahan sempit Kampai Rajo Bintang pindah ke Batu Bala mencari lahan baru, malakok ke Bandaro, karena lahan sempit juga pindah lai ke Timbulun (ke hilir), dari Timbulun ke Gunung Malelo.
  12. Ampiang parak, dari Muaro Labuh ke Bukti Barisan turun ke Lagan – Palangai. Balik ke Bukit Barisan berbalik arah menuju Gunung Sintuk, turun ke Tanjung Gadang tidak jauh dari tempat tinggal kaum kampai Ampiang Parak yang datang dari Kambang dipimpin dari Muaro Labuh oleh Sutan Bagindo Basa. Kemudian diadakan rapat membentuk Pangulu Nan Barampek: 1) Rajo Bagindo (Kampai), (2) Rajo Batuah (Panai), 3) Tan Talarangan (Malayu) dan 4) Rajo Kayo (Sikumbang).
  13. Kambang, dari Muara Labuh, ke Bukit Sikai, Bukit Kambuik dan Pematang Panjang. Dari Pematang Panjang mencar, menuju hulu sungai, ada hulu Batang Surantih, ada hulu Sungai Batangkape, bhkan ada yang melalui hulu Batang Bayang. Yang lain menuju Gungun Sintuk terus ke Ngalau Aru turun ke Ampalu Gadang di Hulu Sungai. Wilayahnya Koto Nan-7: 1) Simauang, 2) Batu Ampa, 3) Aia Tanjunang, 4) Kampuang Akek, 5) Cubadak, 6) Gantiang dan… Struktur adatnya 4 Ikek, Payung Sakaki (Rajo didampingi Haluan dan Bandaro), Penghulu Andiko Gadang 14 dan Penghulu Andiko Kaciak 50. Sekarang Rajonya (Kampai) Sutan Bagindo Rajo Bukik dengan struktur: 1) Rajo (Payung Panji), 2) Rajo Syara’ (Kampai), 3) Urang Gadang, 4) Sandi (Pondasi) Rajo, 5) Pucuak/ Ikek, 6) Datuk nan-14, 7) Sandi Ikek, 8) Ninik Mamak.
  14. Lakitan, dari Sungai Pagu (kampai), ke Bukit Pematang Panjang, Gunung Mandeh Rubiah,  turun ke Koto Pulai Kambang, Koto Baru Kambang, terus ke Lakitan. Suku Kampai Bendang/ dpp Lembang Sati, kampai tangah/ dpp Mandaro Itam. Dalam struktur adat terdapat kampai 4 pawik, di samping sutan jo Bagindo, malayu 4 ninik, panai 3 ibu, lareh nan 3, ninik mamak koto nan tigo. Pimpinan berfungsi rajo sebagai pucuak adat sekaligus Ketua KAN.
  15. Sungai Tunu, dari Sungai Pagu mendaki Bukit Barisan, Gunuang Gadang sampai di Lagan (Melayu Bariang), terus ke Sungai Tunu.
  16. Punggasan, dari Muara Labuah dipimpin Alang Palaba, sampai di Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang di Punggasan. Di sini mencar, ada yang ke Sungai Tunu, Punggasan da ada yang terus ke Air Haji.

Dalam berbagi lahan terjadi perundingan di Ambacang untuk membentuk Penghulu Pucuak, yakni 4 pucuk: 1) di suku Kampai Datuak Sutan Maruhun, 2) di suku Malayu Datuak Sutan Emas, 3) di suku Panai Datuak Sutan Batuah dan 4) di suku Tigo laras nan batigo, dilakukan dengan sistem gadang bagele. Berputar kegadangan suku Jambak Datuak Bandaro Jambak,kegadangan Sikumbang Datuak Maharajo Dirajo, kegadangan Caniago Datuak Bandaro Sati. 4 Pucuk diberi sandi/ panungkek, khusus sandi kampai: 1) Datuak Bagindo Sulaiman/ penungkek Mandaro Hitam, 2).Datuak Mandaro Putiah/ penungkek Lelo Sutan, 3) Datuak Tamangusi/ penungkek Rajo Mudo, 4) Datuak Magek Batuah/ penungkek Datuak Rajo Lelo dan 5) balimo dengan pucuaknya Datuak Sutan Maruhun.

  • Kalang Ulu dan Tumpuan Banda-10: Bungo Pasang dan Air Haji
  • Bungo Pasang, Salido termasuk Bungo Pasang, sudah punya cerita 1000 tahun lalu dengan kerajaan Lumbung Emasnya. Ada asal penduduk dari Muara Labuh. Ada dua jalur, pertama jalur Tuik Patangkape Koto 8 terus ke Painan dan Salido. Ada pula jalur Sungai pagu ke Alahan Panjang, Pancung Taba, Gunung Kambuik, Kp. Baru terus Salido dan Painan. Raja Painan pernah di datangkan raja Pasir Talang Sungai Pagu ialah Marah Johan Dt. Rajo Sampono. Pernah pula Dt. Sinaro Sinaro dan ditambah gelarnya Tuanku Pintu Langik Sinara Ampang Limo asalah dari Muara Labuh, diakui Inderapura sebagai Rajo Salido. Pernah pemimpin Banda 10 datang juga diikuti pimpinan VOC datang ke Salido, menjadi Salido (pintu gerbang, Sancta Aleida) menjadi pelabuhan besar atau bandar (kota pelabuhan) yang besar. Banda 10 dan Salido pengahasil emas terbesar di samping Muaro Labuh. Dikapalkan di sini, karenanya pelabuhan Salido – Pulau Cingkuk dikenal pelabuhan emas. Sejak dukung mendirikan pelabuhan Salido itu Banda 10 Bakalangulu ke Salido di Bungo Pasang.
  • Air Haji, asal Muara Labuh dipimpin Alang Palaba, sampai di Bukit Sikai, Kayu Arang, Lagan Kaciak, Lagan Gadang di Punggasan. Di sini mencar, ada yang ke Air Haji di samping ke Punggasan dan ke Sungai Tunu. Awal mula Sungai Pagu memberi izin menyusun penghulu pucuk yakni 4 penghulu pucuk: 1) Gagah Dt. Rajo Bilang/ Kampai, 2) Aji Dt. Rajo Lelo/ panai, 3) Dt. Rajo DiMudiak/ tigo lareh, dan 4) Labi Dt. Rajo DiHilie/ Melayu. Untuk mewakili Sungai Pagu rapat di Koto Marapak terpilih Rajo Air Haji Tuanku Aji Sutan Rajo Lelo/ Panai. Setelah diajukan, YDP ASSP menjatuhkan pilihan kepada Datuk Bagindo Kuaso/ panai dengan timbalan Tuanku Aji St. Rajo Lelo. Struktur sekarang 4 ikek (berubah menjadi 7), Payuang Sakaki.   

                                                                                                                                                       Padang, 6 Maret 2023

                                                                                                                                                       Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo


[1]Penobatan Daulat Yang Dipertuan Bagindo Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah ini di depan Daulat Bundo Kandung dan Dang Tuanku Pagaruyung (Yulizal Yunus, Kebudayaan Solok Selatan, 2010) juga disebut Marsadis Dt. St. Mamat,1980.

  • Dapatkan berita dan artikel terbaru bandasapuluah.com di Google News
  • Gabung di Grup Facebook Kaba Bandasapuluah untuk mendapatkan informasi berita terbaru dan terlengkap hari ini.
  • Update terus berita terbaru dan terlengkap hari ini dengan menyukai Halaman-halaman Facebook bandasapuluah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *