Kala Bupati Pesisir Selatan Harus Keluar Masuk Hutan Demi Hadapi Penjajah

Rabu, 17 Agustus 2022 - 12:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tugu Piti Kambang yang terletak di Kampung Koto Pulai, Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan.

Tugu Piti Kambang yang terletak di Kampung Koto Pulai, Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan.

Bandasapuluah.com – Mantan Bupati Pesisir Selatan, Sumatera Barat Zaini Zen mesti keluar masuk hutan untuk menghadapi penjajah.

Peristiwa itu terjadi pada tahun 1948. Kala itu, Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya harus kembali berurusan dengan Belanda.

Belanda berniat lagi menguasai negara bekas jajahannya itu. Negeri Kincir Angin itu melakukan agresi militer guna menguasai Indonesia.

ADVERTISEMENT

space kosong

SCROLL TO RESUME CONTENT

Akibat agresi militer Belanda pada tahun 1948 itu atau lebih dikenal dengan Agresi Militer Belanda II itu memaksa pusat pemerintahan dipindahkan.

Pemerintah Indonesia dipindahkan ke Kota Bukittinggi, Sumatera Tengah. Kita mengenalnya dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). PDRI kala itu dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara.

Zaini Zen adalah salah satu orang yang menjadi target utama Belanda untuk dihabisi. Mengingat dirinya adalah perwira TNI dengan pangkat Letnan.

Pemimpin Agresi Militer Belanda memang mengintruksikan pasukannya untuk membunuh prajurit TNI yang berada di Jawa Sumatera. Salah satu targetnya adalah Zaini Zen.

Baca Juga :  10 Tempat Hiburan Malam di Padang Diperiksa, 6 Tempat Ternyata Belum Berizin Lengkap
Mengenal Sosok Zaini Zen, Putera Daerah Pertama yang Menjabat Bupati Pesisir Selatan
Mengenal Sosok Zaini Zen, Putera Daerah Pertama yang Menjabat Bupati Pesisir Selatan

Letnan Zaini Zen saat itu adalah Komandan Tentara Divisi Banteng Sektor Selatan daerah Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci. Zaini Zen bersama pasukannya inilah yang diburu Belanda.

Bergerilya di Hutan Pesisir Selatan hingga Kerinci

Zaini Zen pun terpaksa bergerilya di hutan bersama istri, anak dan pasukannya. Mereka pun harus keluar masuk hutan-hutan di Pesisir Selatan sampai Kerinci untuk bisa mengelabui penjajah.

Selama bergerilya di hutan, Zaini Zen harus berpisah dengan istri dan anaknya yang masih berusia kurang lebih satu tahun itu. Dengan pengawalan beberapa orang saja, Syamsinur, istri Zaini Zen berada di hutan-hutan daerah Batangkapas hingga Surantih.

Sementara itu, Mertua Zaini Zen, M. Sani Datuak Rajo Mato yang menjabat sebagai Angku Palo Lumpo ditangkap dan diinterogasi oleh Belanda. Penangkapan ini didasarkan Belanda dari petunjuk seorang pengkhianat bangsa.

Penangkapan M. Sani Datuak Rajo Mato karena diduga mengetahui keberadaan Zaini Zen. Saat itu, M Sani Datuak Rajo Mato sedang dalam kondisi sakit.

Baca Juga :  Laju Pertumbuhan Ekonomi di Atas Rata-rata, Pemko Solok Susun Regulasi Kemudahan Investasi

Masyarakat Lumpo juga sudah menganjurkan beliau untuk lari ke hutan. Saat diinterogasi oleh Belanda, beliau tidak mau menunjukan keberadaan Zaini Zen beserta pasukannya.

Pada akhirnya beliau ditembak mati oleh Belanda. Ini juga untuk memperingatkan masyarakat Lumpo agar tidak mau mengikuti kemauan Belanda.

Akibatnya, daerah sekitar Lumpo di jatuhi Bom oleh Belanda. Termasuk sebuah Masjid yang sekarang dinamakan Masjid Raya Pahlawan Lumpo dan disana pula disemayamkan M. Sani Datuak Rajo Mato yang dianggap pahlawan oleh masyarakat setempat.

Klik untuk melanjutkan membaca halaman selanjutnya…

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya
Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu
Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah
Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik
Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit
Ayah Buya Hamka, Abdul Karim Amrullah Ternyata Pernah Menuntut Ilmu Agama di Pesisir Selatan
Basurah Asal Usul Kaum Kampai ASSP – Bandasapuluah
Banjir Besar Pesisir Selatan 1915, Ketinggian Air Capai 3 Meter dan Puluhan Orang Meninggal

Berita Terkait

Senin, 1 Juli 2024 - 10:01 WIB

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya

Jumat, 28 Juni 2024 - 08:49 WIB

Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu

Kamis, 27 Juni 2024 - 11:51 WIB

Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah

Selasa, 14 Mei 2024 - 18:02 WIB

Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik

Minggu, 17 September 2023 - 11:20 WIB

Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit

Berita Terbaru