Faktor Cina datang ke wilayah Taluak dan kota pantai lainnya Banda Sapuluah dahulu, adalah karena pantai barat Sumatera sudah ramai dilayari dan tempat bercaturnya kapal dagang asing terutama abad ke-16. Masa itu perairan dan pelabuhan Taluak sudah ramai pula di singgahi termasuk Cina. Pedagang asal negeri naga ini bermukim dan berdagang di Taluak.
Cina ke Taluak senang melabuhkan kapal dagangnya. Sering kapalnya sandar di Ujung Batu dekat balai (pasar) baru di sekitar masjid lama Pasar Taluak itu. Agus Yusuf penulis sejarah Pesisir Selatan pernah juga menyebut. Taluak ketika masih belum punya akses jalan darat yang baik. Ketika itu jalan darat ada tetapi belum bagus dan jembatan belum ada, di Taluak sudah ada “Congkong” sejenis kapal penyeberangan seperti juga di Surantih dan Amping Parak.
Congkong itu dapat menyeberangkan satu dua mobil jelajah Belanda, masa agresi 1947, beriringan belasan mobil kolonial itu, sebut tetua Taluak.
Seperti demikian juga di Kambang dan Surantih, Cina senang melabuhkan kapal dagangnya, sehingga bermukim dan berdagang pula di sana. Di Surantih sentra pemukimannya dari cerita tetua di kawasan pasar sekitar lapangan bola sekarang.
Infonya dimungkinkan bisa didalami dari ketua KAN Surantih Rusli Dt. Rajo Batuah atau tokoh lain di sana. Almasri Syamsi mencatat (2007, p.81) Cina di Surantih tuan tanah juga. Lapangan bola hingga Padang Api-api merupakan milik Cina.
Sementara Tetua di Taluak menyebut Cina di Surantih dulu punya huller, mesin penggiling padi yang cukup besar dekat Pasar Surantih sekarang itu. Nagari sekitar ke sana menggiling padi.
Di Kambang disebut Dr. Syafrial Dt. Bandaro Itam, tokoh adat Kambang, Cina pernah tinggal di Koto Baru arah ke Pakan Kamis. Mereka berdagang. Dari cerita tetua di Kambang, ada pribumi yang dipekerjakannya.
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya