Bandasapuluah.com – Cimpu adalah sebuah kampung kecil di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Secara administratif, kampung kecil ini merupakan bagian dari Nagari Surantih, Kecamatan Sutera. Jaraknya sekitar 30 kilometer di selatan Painan dan dapat di tempuh kurang lebih satu jam dari pusat kabupaten itu.
Kampung ini mulai dihuni oleh manusia sekitar awal abad ke-20. Seiring berpindahnya penduduk dari hulu Batang Surantih ke arah hilir guna mencari tempat hunian baru. Cimpu adalah salah satu daerah yang belum di taruko dan di tempati kala itu. Sehingga tak heran, kampung ini menjadi tujuan ekspedisi pengembangan dan perluasan wilayah yang akan di tempati.
Beberapa suku di Cimpu, seperti suku Kampai ada yang berasal dari Singkulan; daerah di mudik Surantih. Perpindahan kaum Kampai dari Singkulan disebabkan karena bencana yang melanda daerah itu. Dan Cimpu menjadi salah satu tempat yang di tinggali oleh mereka.
Sebenarnya, penduduk Cimpu saat ini bukan saja berasal dari hulu Batang Surantih atau yang dahulu di sebut dengan Galaga Putiah akan tetapi, juga berasal dari luar Surantih. Ada beberapa suku yang berasal di luar Surantih. Seperti salah satu kaum suku Jambak di Cimpu yang diketahui berasal dari Tarusan.
Sebagai informasi yang mesti di ketahui, Cimpu di diami oleh suku nan ampek. Sama seperti jumlah suku yang ada di Nagari Surantih umumnya. Ke-empat suku itu ialah Suku Kampai, Panai, Melayu dan Lareh nan tigo yang terdiri dari Caniago, Sikumbang dan Jambak.
Di masa awal Cimpu di tempati manusia, Cimpu hanyalah sebuah daerah yang penuh dengan semak belukar dan batang pohon besar. Menyebut semak belukar lebih baik daripada menyebutnya sebagai rimba atau hutan.
Rumah pun hanya satu dua, bisa di dihitung dengan jari. Jaraknya pun terbilang jauh antara rumah satu dan rumah dua. Rumah itulah yang kemudian bertambah dan berkembang membentuk kampung sesuatu suku di Cimpu, seperti di selatan Cimpu yang merupakan kawasan rumah kampung Sikumbang.
Pada dekade 1950-an, jalan di Cimpu masih berupa jalan setapak dan dengan rumah yang masih sedikit. Jalan setapak itu baru mengalami pelebaran di awal dekade 1960-an. Almasri Syamsi dalam bukunya menulis, jalan Cimpu dilakukan pelebaran dan berstatus menjadi jalan kampung semasa pemerintahan Wali Abdul Kadir yang memimpin dari tahun 1959 hingga 1964.
Sebenarnya di masa itu bukan hanya jalan di Cimpu yang mengalami pelebaran. Tercatat, jalan di Pasar Surantih hingga Sungai Sirah juga mengalami pelebaran serta jalan di Rawang Lan Panjang.
Kondisi saat itu memang jauh berbeda dengan kondisi Cimpu saat ini. Jalanan Cimpu sudah berkondisi bagus dengan aspal di atasnya. Meskipun dalam penantian yang cukup panjang untuk menikmati jalan dengan kondisi bagus itu. Rumah penduduk pun telah banyak berdiri di pinggir jalan. Berbaris menghadap hitamnya aspal jalanan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya