(Pemandangan dari Puncak Taratak) |
Mereka yang tinggal di Surantih hingga Tapan di Pesisir Selatan Sumatera Barat, pastilah melewati Bukit Taratak, sebuah perbukitan dengan jalan berliku dengan pemandangan laut menghampar. Inilah pemandangan pantai terakhir dari ketinggian jika hendak menuju Sungai Penuh atau Bengkulu. Perbukitan dengan jalan berliku, tebing-tebing yang sudah dirapikan, Kelok Camin dan Samudera Hindia di sisi timur, membuat mata takjub memandangnya. Apalagi jika perjalanan di sore hari. Ondeh, sabana rancak segala yang tampak.
Puncak Taratak atau Bukit Taratak atau Bukit Taluak terletak di perbatasan Kecamatan Batangkapas di utara dan Kecamatan Sutera di selatannya. Dulu kawasan cantik ini dianggap daerah perbatasan yang cukup seram. Selain lengang dan gelap ada goa kecil yang disebut Ngalau Harimau. Harimau dan beberapa mitos lokal membuat kawasan ini ditakuti banyak orang, Seiring waktu, semakin sibuknya mobilitas, kawasan ini menjadi oase. Belokan tajam yang membuat jantung berdegup. Sekarang ngalau itu tempat berteduh yang nyaman, kelokan tajam menjadi tempat nongkrong anak muda dikala petang.
Nyaris seluruh titik di pendakian ini menjadi pemberhentian yang bagus. Beberapa titik sudah berdiri banyak lepau. Ada jalanan menurun ke arah pantai yang lokasinya disebut Pasir Karambia. Jika beruntung di pagi hari kita bisa menemukan penarik pukat menarik jaring di hamparan pantai. Terus ke selatan ada Panorama, bekas benteng di masa kolonial yang tinggal nyaris fondasinya bisa disinggahi dan sekalian makan Rujak Jao. Ke selatan lagi ada kawasan Villa, tempat wisata yang sempat dibangun tapi kurang terawat akan memanjakan mata dari ketinggian. Kemudian penurunan, dan hamparan pantai yang tak kalah sendu dan membuat rindu.
Setiap mudik, tak ada alasan saya tak mengunjungi tempat ini secara pribadi. Panorama yang dihadirkan sangat dekat di hati. Hanya saja sayang, potensi wisata alam di kawasan ini tidak bisa hidup dengan semestinya. Nyaris tidak ada upaya apa pun dari pemerintah maupun swasta untuk membuat fasilitas yang mewadai. Pernah ada, oleh dua nagari (Taluk dan Koto Taratak) menjadikan kawasan wisata dengan nama Nyiur Melambai. Entah bagaimana kemudian perencanaan itu. Hingga kini, Kelok Camin dan Pasir Karambie tidak mengalami perubahan apa pun.
Villa adalah kawasan wisata yang dibangun oleh pihak swasta. Hanya saja proyek itu sepertinya tidak berjalan lagi. Entah karena pendanaan atau masalah pengelolaan. Meski jadi kawasan yang nyaris menganggur, tapi berdiri banyak kedai makan untuk pemberhentian pemudik maupun tempat istirahat truk.
Nagari Koto Taratak, Sutera, memiliki beberapa kawasan wisata pantai yang masih perawan. Pesona dan keindahannya? Jangan dikata. Meski demikian, belakangan mulai tumbuh wisata baru justru di sekitar kawasan puncak ini. Taluk lebih dulu dengan Pantai Tan Sridano, diikuti Nagari Taratak dengan Simpang Tigo Buayo Putieh dan kini disusul Pulau-pulau oleh Koto Taratak. Kawasan puncak sendiri masih belum tersentuh lagi.
Jika saja kawasan ini bisa dikelola dengan baik, pastilah tidak sekedar jadi gardu pandang semata bagi para pejalan. Ia persinggahan sekaligus tempat tujuan. Namun begitu, di masa lebaran, saat jalanan padat oleh pemudik, kawasan ini bolehlah menjadi persinggahan. Tak ada tiket yang mesti dibayar. Bukit Taratak kawasan wisata alternatif bagi pemudik sambil membayangkan tanah rantau.
Untuk pesona yang dihamparkan tak kurang-kurang., Dari arah Surantih sebelum sampai di pendakian ada banyak spot indah yang bisa kita temukan. Mulai dari pantai di depan Kantor Wali Nagari, Tampat yang merupakan kawasan bantu karang hingga penurunan bukit begitu sampai di Taluk menawarkan pesona indah yang tak habis-habis.
Jika anda ke arah Tapan, begitu masuk pendakian Bukit Taratak, lemparkanlah pandang ke kanan jalan. Hamparan pulau, dan teluk terlalu sayang jika terlewatkan. Singgalah sejenak, pandanglah hamparan laut luas dan segala panorama yang disajikan alam. yo sabana lapeh taragak.
Di tengah semaraknya pembangunan wisata di nagari sekitar akan sangat ayang jika kawasan di Bukit Taratak/Bukit Taluak ini dibiarkan terbengkalai dan berjalan sendiri. Aset sudah ada, tinggal bagaimana mengembangkannya. Kita mengharapkan perubahan positif terus terjadi di nagari kita ini.
Ini yang membuat hati tak sabar menunggu pulang setiap lebaran datang.
Oleh: Indrian Koto
Warga Lansano-Taratak, tinggal di Yogyakarta