Kabupaten Pesisir Selatan banyak meninggalkan jejak sejarah masa lampau yang sekarang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian dan pembelajaran untuk kita, salah satunya adalah bekas istana kerajaan Inderapura. Tempat ini berada di Nagari Inderapura, Kecamatan Air pura, Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan buku “Deskripsi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan” , Kerajaan Inderapura merupakan salah satu kerajaan di Ranah Pesisir Minangkabau. Secara historis kerajaan ini masih memiliki hubungan dengan Kaum Rumah Gadang Mandeh Rubiah di Lunang serta dengan Kerajaan Pagaruyung di Tanah Datar. Dalam beberapa cerita di masyarakat ada yang mengatakan kalau kerajaan Inderapura berada dibawah kekuasaan pagaruyung, tetapi sampai saat ini tidak satupun bukti yang dapat membuktikan Kerajaan Inderapura ini tunduk kepada Kerajaan Pagaruyung.
Situs Kesultanan Inderapura terletak di wilayah pesisir barat Sumatera, tepatnya di perbatasan Sumatera Barat dan Bengkulu sekarang. Pusat kekuasaannya berada pada wilayah muara sungai yang sekarang juga bernama Inderapura, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan. Di ujung sungai ini mengarah ke laut dengan muara yang lebih lebar dan merupakan pertemuan dua buah muara sungai, yaitu Muara Sakai dan Muara Bantaian yang mengalir dari Air Haji.
Dalam beberapa penulisan disebutkan bahwa pada abad ke-9 Masehi, kerajaan Inderapura didirikan oleh Sultan Muhammad Syah, anak bungsu dari Sultan Maharaja Diraja yang merupakan putra Iskandar Zulkarnaini, dan berkedudukan di Air Pura sebagaimana yang disebutkan terdahulu. Keberadaan Inderapura sebagai kerajaan Islam sejak abad ke-16 terutama sejak perubahan kerajaan menjadi kesultanan, agaknya sulit untuk diragukan.
Beberapa naskah dan sumber lokal lainnya menjelaskan bahwa perubahan sebutan kerajaan Air Pura menjadi kesultanan Inderapura dapat menjadi bukti untuk itu. Perubahan kerajaan menjadi kesultanan itu terjadi pada awal abad ke-16, yaitu pada masa pemerintahan Sultan ke-11 kerajaan Air Pura, bersama Sultan Sakelab Dunia dengan gelar Sultan Iskandar Johan Berdaulatsyah.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Tim peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Sumbar pada tahun 2004,disebutkan bahwa kerajaan Air Pura sudah berdiri semenjak abad ke-9 SM.
Sedangkan perubahan nama menjadi Kerajaan Melayu Air Pura pada abad ke-12, yaitu di masa pemerintahan Sultan Zatullah. Selain itu,dalam Naskah Inderapura disebutkan bahwa penggantian nama Air Pura menjadi Inderapura terjadi pada masa pemerintahan Sultan Inayat Syah (1357 M), tanpa menjelaskan apakah pada waktu ini sekaligus dilakukan penggantian sebutan kerajaan menjadi kesultanan atau tidak. Secara umum sistem birokrasi pemerintahan di Kesultanan Inderapura, maka dapat dikelompokkan menjadi tiga fase. Fase pertama adalah sistem pemerintahan kerajaan lama.masa pemerintahan kerajaan lama ini diperkirakan berlangsung dari abad IX SM hingga abad XVI M. Fase kedua, masa pemerintahan kesultanan, yaitu dari abad XVI M hingga abad XIX M. Sedangkan Fase ketiga adalah masa pemerintahan keregenan yang berlangsung dari abad XIX M hingga awal abad XX M.
Kesultanan Inderapura sejak dipimpin oleh Sultan Sekelab Dunia yang bergelar Sultan Iskandar Johan Berdaulat Syah, pada awal abad ke-16 M resmi berbentuk kesultanan.
Sebagai kerajaan Islam, terdapat 2 (dua) raja yang terkenal dengan alimnya.
Di Kesultanan Inderapura dua orang sultan yang sangat dikenal alim, taat
beribadah, penuh kharisma, dan adil dalam mengayomi rakyat yaitu yaitu
Sulthan Mohammad Arifin syah Gelar Sulthan Mohammadsyah (1840-l860),
dan Sulthan Mohammad Bakhi, Gelar Sulthan Firmansyah Raja Terakhir di
Inderapura (1860-1891)3
Bangunan istana kerajaan Indrapura tersebut sekarang sudah tidak ada lagi. Kerajaan ini dirobohkan karena tidak layak lagi untuk dipakai. Sisa-sisa bangunan yang masih ada tinggal berupa satu buah meriam, fondasi, bekas tangga. Dan dapur Sisa-sisa fondasi istana membentuk denah empat persegi panjang berukuran 28 x 18 meter. Bekas tangga pintu masuk berada dibagian muka sebanyak dua buah (sepasang). Tangga ini terbuat dari dari batu berlepa semen, berukuran lebar 1,6 meter, tinggi 95 cm, tebal dinding 15 cm. Pada bagian atas terdapat 5 dan pada bagian bawah terdapat dua undak. Kerajaan ini memiliki delapan kamar, empat kiri dan empat kanan.
Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow