Nagari Saruaso, tidak saja sejarah kerajaan, tetapi juga punyai menhir seksi, diduga ada hubungan dengan sejarah lama Minangkabau di Kubang Landai. Dulu, Saruaso tak dapat dimungkiri pernah menjadi pusat Kerajaan Melayapura sebelum berubah nama menjadi Kerajaan Minangkabau, kemudian Kesultanan Pagaruyung. Dalam sejarah lamanya terdapat Rumah Gadang Dara Jingga dengan pertamanan pesawahan yang indah dengan irigasi modern kala itu.
Dalam buku saya Kesultanan Pagaruyung (2017) dicatat, Kerajaan Melayapura dan Taman Rumah Gadang itu, dibangun tahun 1347. Adalah setelah Adityawarman membawa ke mudik Batanghari, Kerajaan Swarnabhumi (Melayu Sumatera, berdiri abad ke-4) adalah cikal bakal sekaligus melanjutkan kegemilangan Kerajaan Sriwijaya di Dharmasraya setelah keruntuhannya di Palembang abad ke-12 bermula dari serangan Raja Cola.
Taman Rumah Gadang Dara Jingga yang disertai taman pesawahan dengan irigasi modern zaman itu, salurannya sekitar Bukit Batu Paek (Pahat) dari Tepi Batang Selo. Di kiri kanannya ditemukan prasasti, termasuk Prasasti Saruaso (BPCB,Sumbar dengan nomor inventaris 09/BCB-TB/A/122007). Prasasti itu dalam wujud batu bersurat ditulis dalam aksara Melayu dan aksara Nagari (Tamil), brkaitan erat dengan kebesaran Adityawarman.
Apakah karena latar sejarah besar tadi, Nagari Saruaso kaya warisan sejarah lama, adalah penting penyenelitian mendalam. Kekayaan sejarah itu tidak saja dalam bentuk Prasasti Saruaso, juga terdapat banyak wujud situs megalit/ menhir mejan tinggi, ditemukan oleh masyarakat setempat dan pengunjung dalam/ luar negeri di Kubang Landai di samping megalit yang sudah menjadi Cagar Budaya (BPCB Batusangkar, Nomor Inventaris 27/BCB-TB/A/12/2007) di Jorong Talago Gunung, Saruaso.
Menhir di Kubang Landai itu berpotensi sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) dan patut diregistrasi secara Nasional sesuai Peraturan Perundang-undangan Cagar Budaya. Menhir itu bertaburan, bagaikan tebaran emas di pebukitan Jorong Kubang Landai itu. Baca tulisan saya “Kubang Landai Saruaso Nagari Bertabur Emas di Tanah Datar” (www.bandasapuluh.com 30 Mei 2023, yang medorong tim SAKOs Journey berkunjung ke Kubang Landai itu besoknya 1 Juni 2023.
Menhir Kubang Landai
Tim SAKOs Journey yang berkunjung ke Kubang Landai 9 orang.
Mereka dari SAKO itu Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo, M.Damris Dt. Putiah, Bambang Supriadi Dt. Parpatiah, Arwisral Rivai Piliang Malin Marajo, Ildamsyah Malin Sutan, Gayatri Gani Dt. Parpatih, Suhaimi Katik Malano, Nely Febriatmy dan A. Dt. Rajo Johan. Diterima dan disambut keluarga kaum ninik mamak Nagari payung Datuk Suri Paduko Rajo (Soriek Paduko) di antaranya Medi dan Bundo Ita beradik berkakak bercucu kamanakan didampingi seorang tokoh suku Melayu di Kubang Landai bernama Zainal Ahmad.
Tim SAKOs sebelum masuk Kubang Landai tak jauh dari simpang, terdapat dua pusaro dan tebaran Menhir. Menurut Suar Sutan Jo Ameh (78), pusaro sebelah kanan dekat Masjid adalah makam jorong Gudam. Sebelah kiri tebaran menhir mejan (turbah) tinggi yang cukup unik dan seksi mirip penis lelaki, mencuang tinggi (ada 2-3 meter) dan ada pula menhir yang cangkuknya menghadap ke Gunung, kata Suar lokasinya menhir ini berada dalam kawasan suku Mandailing. Di Kubang Landai tim SAKOs dibawa ke lokasi sebaran menhir pula yang wujudnya mejan tinggi bervariasi yang tinggi rendahnya ada 2 meter dan ada lebih dari 3 meter. Menyebar di ulayat kaum Melayu payung Suri Paduko Rajo.
Tumpangi SDGs DTW Menhir Kubang Landai
Megalit sekitar Kubang Landai Saruaso ini, diperkirakan penting dalam perspektif sejarah. Patut diregistrasi Nasional sesuai UU Cagar Budaya. Apalagi melihat arah SDGs (Sustainable Development Goals) dalam aspek Edukasi, Ekonomi dan Budaya termasuk pariwisata, menarik, kalau kawasan tebaran menhir ini menjadi spesifik DTW Menhir di samping Mahat di 50 Kota.
Upaya ke arah DTW ini, dimungkinkan dapat membantu Indonesia dalam komitmen melaksananakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) istilahnya Sustainable Development Goals (SDGs). Justru dalam hal ini Indonesia, setidaknya sudah punya peta jalan, level target 2030. Artinya menciptakan DTW Menhir Mejan Kubang Landai ini dapat menumpangi sekaligus berpartisipasi melaksanakan SDGs Nagari/ Desa dengan membuat kepastian arah dan tujuan pembangunan Nagari/ desa arah SDGs itu, secara jelas dan terinci serta holistik.
SDG’s ini sebenarnya dirancang dan dicanangkan PBB dengan goalnya promote sustained, inclusive and sustainable economic growth, full and productive employment and decent work for all (mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua). Kebijakan mempromosikan pariwisata berkelanjutan ala nagari ini dimulai dari Kubang Landai Saruaso, diharapkan berdampak menciptakan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, branding dalam promosi sejarah dan budaya di samping produk lokal serta potensi nagari/ desa, lebih jauh tidak saja dalam proporsi kontribusi pariwisata Indonesia tetapi juga memberi kontibusi pengembangan gagasan SDGs lebih luas yang dicanangkan PBB itu.
Kubang Landai Titik Mapping Sejarah Lama Minangkabau
Pertanyaan penting lagi, kenapa sebaran megalit menhir mejan tinggi tadi, sedemikian banyak sebarannya terutama di Kubang Landai. Mak Suhaimi Katik Malano, Bambang Supriadi Dt. Perpatiah, Arwisral Rivai Piliang Malin Marajo sepakat menduga, itu semua berkaitan dengan sejarah lama Minangkabau. Digarisbawahi oleh Gayatri Gani Dt. Parpatih, dengan alasan melihat mapping Kubang Landai yang dikitari wilayah-wilayah basis sejarah lama dan asal usul suku Minangkabau termasuk asal usul ninik orang Minang nan tasuruak. Kubang Landai ini dulunya bernama Koto Lalang tempat padang makan kabau sibinuang, kemudian bernama Sibinuang. Punya guguk dipastikan ada sentuh budaya medan nan bapaneh kelarasan Datuk Perpatih, jelas Katik Malano.
Suku salingka korong Kubang Landai mirip Limo Kaum. Dari pengaruh budaya dan sejarah, Kubang Landai meski masuk Saruaso, namun kuat pengaruh hubungan kerabat dan adat pengaruh Limo Kaum. Terdapat 4 suku utama di Kubang Landai ini. Sepertinya perlu penggalian nan tasuruk, umpama ada ikek 4 payung dan sakaki, di Kubang Landai. Dimungkinkan Ikek 4 itu, (1) suku Melayu payung penghulu pucuk adatnya Datuk Rajo Melayu, (2) suku Kampai 4 rumah (Bendang) payung penghulu pucuk adatnya Datuk Rajo Malano, (3) suku Kampai Penghulu Pucuk Adatnya Datuk Marajo, dan (4) suku Mandailing penghulu pucuk adatnya Datuk Paduko Siramo. Sedangkan Payung Sekakinya dimungkin ialah rajo, Suri Paduko Rajo. Wallahu a’lam bishawab, perlu penelitian dan komfirmasi pemangku adat setempat dan para pakar sejarah Minangkabau lama, saran Suhaimi Katik Malano dan diiyakan Bambang Supriadi Dt. Parpatiah, Arwisral Rivai Piliang Malin Marajo dan Gayatri Gani Dt. Parpatih.
Kubang Landai Andaikan Sebuah Titik Mapping Sejarah
Diperiksa seluruh penjuru mata angin, tarnyata Kubang Landai berada di satu titik mapping (peta) wilayah kultur penting dan saling terhubungan. Seperti menjawab pertanyaan, mengapa sebaran menhir sedemikian dahsat dan seksi di Kubang Landai ini.
Kalau kita tempatkan Kubang Landai di satu titik peta Sumatera Barat, ditarik ke utara terdekat di kaki Gunung Sago Puncak Pato Bukit Marapalam sejarah Sumpah Sati 1403 melahirkan ABS-SBK sebagai Undang Adat Minangkabau 15 Pasal dan 90 ayat. Terus garis lurus di Balik Gunung Sago boleh ke Payakumbuh, Batang Tabik, terus ke atas kiri Gunung Bungsu dan kanan Andaleh tempat asal usul turun ninik 50 Koto yang memiliki suku Kampai Bendang seperti di Kubang Landai.
Dari Titik Kubang Landai ditarik ke Timur di garis lurus terdapat Balai Tangah, Pangian, Buo, dan jauh garis lurus Nagari Sumpur dan paling jauh masuk ke wilayah Riau. Ke Timur Laut di garis lurus Nagari Tanjung Bonai, boleh akses ke Kampung Durian Lintau, terus ke Pangkalan seterusnya wilayah Bangkinang, Kuok wilayah Riau.
Arah ke Barat Laut Kubang Landai terus ke lokasi Batu Angkek-angkek, Sungayang, Tabek Patah, lurus ke Rao-rao, Air Terjun Bidadari, Sungai Tarab, Batu Patah sejarah lama Minangkabau, Bukik Bulek di balik Gunung Merapi, Bulakan, Suayan, Suliki, Koto Tinggi, Baruah Gunung, titik terjauh sampai ke Lubuk Sikaping dan sekitar Malampah, Talu di kaki Gunung Talamau – Opir tempat ladang gaharu Sulaiman dan Puti Balukih cerita orang tua. Dari Talamau dan Gunung Pasaman, di tarik garis lurus ke Gungung Singgalang, Gunung Tandikek, Gunung Merapi dan Gunung Sago di kakinya Kubang Landai seperti leter L miring dari Barat Laut.
Arah Barat Kubang Landai Sauasi, wilayah Tanjung Ameh ini berhubungan dengan Sungai Jambu, yang dalam Hikayat Puti Balukih disebut Putri Bulkis mendirikan Kerajaan Ghaib di Tanah Nan Data (sekitar Bukit Opir Pasaman, ladang gaharu), yang dari situ berkembangan cucu kamanakannya memakai sistem kekerabatan tali rahim yang orang luar menyebut matrilineal, Mak Katik punya story. Andai melintas Gunung Merapi terus ke Danau Maninjau, Lubuk Basung, terus arah ke pantai barat Tiku dan Katiagan Negeri Beraja-raja sapiah balahan Pagaruyung itu.
Dari Kubang Landai terus ke Barat Daya, dapat melintas ke Pariangan, Padang Panjang, Limo Kaum dan Batusangkar sekitar, teringat pula Gunung Bungsu, terus sekitar Saruaso, Pagaruyung, Gudam, Balai Janggo, lebih jauh arah Galo Gandang, Lubuk Soda, Lubuk Bonta DTW Pemandian Alam di kaki Gunung Tandikek it. Terus ke Pantai Barat lurus ke Pariaman dan pantainya.
Ke selatan Kubang Landai lurus ke Bancah, Padang Rumput Talago Gunung tempat Cagar Budaya Menhir Saruaso itu, dapat mencari jalan ke Sulit Air, Bukik Cinakiak, Laing Park, Batu Patah Payo, di ujung jauh ke kiri kawasan TNKS, terus paling selatan Aro Suka, Lubuk Silasiah, Solok terus arah ke selatan lagi Lembah Gumanti dekat Danau Kembar, melintas Bukit Barisan ke arah Pantai Barat Padang dan Pesisir Selatan lainnya.
Arah Tenggara garis lurus ke Taluk, Sawah Lunto dan Batu Gadang, Muaro Sijunjung, Lubuk Tarok Nagari di baliknya bisa ke Batu Bajanjang, Garabak Data Solok, keras ke Solok Selatan Surian, Pasir Talang Muara Labuh Alam Surambi Sungai Pagu kerajaan Sapiah Balahan asal ninik Kurang Aso 60 seterusnya.
Melihat arah pintu angin tadi betapa strategisnya Saruaso dilihat dari titik Kubang Landai. Saruaso ini satu di antara 4 nagari dalam kecamatan Tanjung Emas, Kabupten Tanah Datar. Tiga Nagari lainnya Nagari Koto Tangah, Nagari Tanjung Barulak dan Nagari Pagaruyung semuanya kaya dengan berbagai prasasti dan situs megalit serta makam/ ustano, kubu dan raja-raja.
Mengilhami Gerakan Pemajuan Kebudayaan
Dari aspek pemerintahan terendah dalam NKRI, wilayah Nagari Saruaso, terdiri dari 6 Jorong. Enam jorong itu, Kubang Landai, Talago Gunung, Sungai Ameh, Saruaso Utara, Saruaso Timur dan Saruaso Barat. Luasnya 38,00 km². Penduduknya 8.169 jiwa (2017) dengan 2.059 Kepala Kelurga.
Sebagai Nagari menaruh sejarah besar Minangkabau, Saruaso mewarisi semangat budaya mengilhami spirit gerakan pemajuan kebudayaan. Di antaranya Saruaso punya event tahunan Festival Saruaso. Tahun ini Festival dibukan Bupati Eka Putra Selasa, 23 Juni 2023. Festival Budaya Nagari Saruaso ini sebagai bagian semangat “satu nagari satu event” di Tanah Datar.
Festival Saruaso mendapat perhatian. Tampil memeriahkannya 25 group seni Islami Salawat Dulang. Diramaikan berbagai pagelaran seni tradisi dan upacara adat yang sudah mentradisi. Hadir banyak unsur tokoh masyarakat memberi sambutan. Asriwan Dt. Panghulu Rajo menyebut dalam semangat Satu Nagari Satu Even, Festival ini bagian progul Nagari Saruaso bangkit.
Wali Nagari Agusrimayanto senang Festival ini terselenggara baik. Hadir pula anggota DPRD Provinsi Sumbar Jefri Mansrul, serta undangan lainnya, Lise Eka Putra, Abdul Hakim Asisten Ekobang Abdul Hakim, Camat Zulkifli Idris Aresno Dt. Andomo Ketua LKAAM serta ninik mamak lainnya.**