Dia melanjutkan studi pada tahun 2019 melalui program beasiswa 5000 Doktor dalam Negeri, Kementerian Agama RI. Icol berhasil menamatkan Pendidikan Doktornya selama 3 tahun.
Tentang Islamic Sosialwork
Dalam temuannya, Icol Dianto menjelaskan, integrasi ilmu dakwah dengan socialwork sudah ada sejak berdirinya Jurusan dakwah di tahun 1960-an.
Socialwork, kata pria asli Ampalu Sutera ini, muncul sebagai matakuliah keahlian. Makin jelas lagi, lanjutnya, socialwork adalah mata kuliah keahlian prodi Bimbingan Penyuluhan Masyarakat (BPM).
“Ada tiga mata kuliah yang berkaitan dengan socialwork waktu itu, yaitu Kesejahteraan Sosial, Pekerjaan Sosial, dan Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat,” jelasnya.
Namun, Socialwork berpindah dari Prodi BPM dan menjadi matakuliah keahlian Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) dan Manajemen Dakwah (MD) sejak berdirinya kedua prodi tersebut di Fakultas Dakwah pada tahun 1994-an.
“Socialwork makin terdegradasi sejak perubahan kurikulum tahun 1997, yang mana Ilmu Dakwah dikembangkan dengan banyak variasi, sehingga mendominasi keilmuan program studi,” lanjutnya.
Secara tegas, Icol Dianto berpandangan bahwa Prodi PMI dan Prodi Kesejahteraan Sosial di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) itu adalah satu rumpun ilmu, yaitu socialwork.
Hal ini membantah pandangan yang selama ini dipahami oleh sarjana muslim bahwa Prodi PMI adalah implementasi dari Dakwah bil Hal.
Kata Icol, ilmu itu berkembang tidak lepas dari locus di mana ia tumbuh
“Pada tahun 1970-an itu kalau kita mendalami dan menganalisis perkembangan ilmu-ilmu sosial, terutama pada fakultas ilmu kemasyarakatan (FIK), Fakultas Sosiologi dan FISIP, maka ditemukan pertumbuhan Ilmu Socialwork itu ke arah community development (Pengembangan Masyarakat).”
Klik untuk melanjutkan membaca halaman selanjutnya…
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya