Selayang Pandang Cimpu

Kamis, 30 Januari 2025 - 22:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masjid Taqwa terletak di Cimpu Surantih, Kecamatan Sutera

Masjid Taqwa terletak di Cimpu Surantih, Kecamatan Sutera

Di Sumatra Barat terdapat beberapa daerah yang bernama Cimpu, begitu pula di Pulau Sulawesi. Namun, yang akan dibahas kali ini adalah sebuah kampung kecil yang secara administratif termasuk dalam Kampung Pasar Surantih, Nagari Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. Kampung ini berjarak sekitar 30 kilometer di selatan Painan dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam dari ibu kota kabupaten tersebut.

Cimpu mulai dihuni manusia sekitar awal abad ke-20, seiring dengan perpindahan penduduk dari hulu Batang Surantih ke arah hilir dalam rangka mencari pemukiman baru. Pada saat itu, Cimpu adalah salah satu daerah yang belum di taruko dan di tempati. Oleh karena itu, kampung ini menjadi tujuan ekspedisi pengembangan dan perluasan wilayah permukiman. Hal ini juga diperkuat oleh peta Pemerintah Hindia Belanda tahun 1894 yang mencatat secara detail daerah di Pantai Barat Sumatra, tetapi tidak mencantumkan Cimpu.

Seperti halnya daerah di Banda Sapuluah pada umumnya, khususnya Surantih, Cimpu juga didiami oleh suku nan ampek, yaitu Kampai, Melayu, Panai, dan Lareh nan Tigo (Chaniago, Jambak, dan Sikumbang). Beberapa suku yang mendiami Cimpu, seperti suku Kampai, ada yang berasal dari Singkulan—sebuah daerah di mudik Surantih. Perpindahan kaum Kampai dari Singkulan disebut terjadi akibat bencana yang melanda daerah tersebut, sehingga Cimpu menjadi salah satu tempat yang mereka tinggali.

Penduduk Cimpu saat ini tidak hanya berasal dari hulu Batang Surantih, yang dahulu disebut Galaga Putiah, tetapi juga dari luar Surantih. Beberapa suku di Cimpu berasal dari luar daerah, seperti suku Jambak yang diketahui ada yang berasal dari Tarusan.

***

Pada masa awal pemukiman, Cimpu merupakan daerah yang dipenuhi semak belukar dan pepohonan besar. Menyebutnya sebagai semak belukar lebih tepat dibandingkan dengan hutan belantara, sebagaimana terlihat dalam peta Belanda tadi. Saat itu, hanya terdapat satu atau dua rumah yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya pun cukup jauh. Seiring waktu, jumlah rumah terus bertambah dan kampung ini berkembang.

Pada dekade 1950-an, jalan di Cimpu masih berupa jalan setapak dengan jumlah rumah yang masih sedikit. Jalan setapak tersebut baru mengalami pelebaran pada awal dekade 1960-an. Almasri dalam Alam Sati Nagari Surantih (2007, tidak diterbitkan) menuliskan bahwa pada masa pemerintahan Wali Nagari Abdul Kadir (1959–1964), kondisi jalan di Cimpu masih berupa jalan setapak. Pada masa kepemimpinannya, jalan setapak yang menghubungkan Pasar Surantih dan Cimpu diperluas menjadi jalan kampung.

Baca Juga :  Silahkan Tuan datang ke Cimpu

Sebagai informasi, dalam buku Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia (2010), Wali Nagari Abdul Kadir dikategorikan sebagai salah satu tahanan yang dihilangkan, dibunuh, dan meninggal dunia dalam daftar korban genosida 1965–1968 di Indonesia.

Saat ini, kondisi Cimpu telah berubah drastis dibandingkan dengan masa lalu. Jalanan di Cimpu sudah diaspal, meskipun masyarakat harus menunggu waktu yang cukup lama untuk menikmati fasilitas tersebut. Rumah-rumah penduduk pun kini telah banyak berdiri di sepanjang jalan, berjajar menghadap hitamnya aspal jalanan.

***

Secara geografis, Cimpu memiliki lokasi yang strategis. Kampung kecil ini berada di antara pusat perdagangan, pertanian, dan peternakan di Kecamatan Sutera. Pasar Surantih menjadi pusat perdagangan, sementara Pasir Nan Panjang menjadi pusat pertanian dan peternakan di wilayah ini. Oleh karena itu, banyak masyarakat Cimpu yang bekerja sebagai pedagang dan petani. Rata-rata penduduk memiliki lahan berupa sawah dan kebun di Pasir Nan Panjang. Seiring dengan berkembangnya industri kelapa sawit pada awal 2000-an dan berdirinya perusahaan sawit di selatan Pesisir Selatan, banyak warga Cimpu yang mulai menanam kelapa sawit di lahan mereka.

Selain itu, letak Cimpu yang berdekatan dengan pantai—sekitar satu kilometer dalam garis lurus—membuat sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Berbagai metode penangkapan ikan seperti mamukek, mamayang, dan mambagan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Selain melaut, penduduk Cimpu juga mulai menggantungkan penghasilan dari pengolahan gambir, terutama setelah harga komoditas ini meningkat di mudik Surantih.

***

Dalam perkembangan pemerintahan, Cimpu dahulu merupakan bagian dari Desa Gunung Rajo pada masa sistem pemerintahan desa. Namun, setelah sistem kembali ke nagari, Cimpu menjadi bagian dari Kampung Pasar Surantih di Nagari Surantih.

Meskipun memiliki jumlah penduduk sekitar seribu jiwa, Cimpu tetap berstatus sebagai dusun di bawah Kampung Pasar Surantih. Ketika Nagari Surantih dimekarkan menjadi tujuh nagari, Cimpu tetap menjadi bagian dari nagari induk dan tidak menjadi kampung administratif tersendiri. Tidak diketahui alasan pasti mengapa Cimpu tidak ditetapkan sebagai kampung secara administratif. Bisa jadi karena pertimbangan penghematan anggaran atau faktor lainnya.

Pasca pemekaran, Nagari Surantih hanya memiliki dua kampung, yaitu Pasar Surantih dan Sungai Sirah. Penambahan Cimpu sebagai kampung administratif seharusnya menjadi pertimbangan di masa depan.

Baca Juga :  Foto: Masjid Taqwa Cimpu Surantih

***

Terdapat beberapa versi mengenai asal-usul nama Cimpu. Salah satu versi menyebutkan bahwa nama ini berasal dari pohon Cimpu yang dahulu tumbuh di daerah tersebut. Para tetua kampung juga menuturkan bahwa pohon Cimpu pernah tumbuh di wilayah ini.

Ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa nama Cimpu berasal dari kata “Cimpu” yang berarti “belum masak,” meskipun pendapat ini lebih bersifat seloroh dan masih perlu kajian lebih lanjut.

Lantas seperti apa Pohon Cimpu?Dalam catatan sejarah, seorang Belanda bernama Jan Willem Hugo Cordes, yang pernah bertugas di Dinas Kehutanan Hindia Belanda di Pantai Barat Sumatra antara tahun 1865–1887, mendeskripsikan pohon Cimpu dalam bukunya Henneringen aan Sumatra Westkust (1874). Ia menjelaskan bahwa pohon Cimpu memiliki kayu keras, kuat, dengan serat halus berwarna cokelat merah gelap serta pola berbintik dan memiliki harga yang cukup tinggi.

Kayu ini sangat cocok untuk konstruksi tiang, balok melintang, dan papan, tetapi karena batangnya kecil dan pendek, hanya bisa menghasilkan balok kecil. Kata Cordes, Pohon Cimpu tumbuh di hutan-hutan Pesisir Selatan dan kerap digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tiang rumah.

***

Di Cimpu terdapat sebuah sekolah dasar dan sekolah menengah atas yang lokasinya berdekatan. SD Negeri 17 Pasar Surantih didirikan pada 1970-an saat Surantih dipimpin oleh Zainduddin Kesah (1968–1981). Sementara itu, SMA Negeri 1 Sutera berdiri pada 1996. Berdasarkan penuturan masyarakat, sekolah ini awalnya merupakan sekolah jarak jauh dari SMA Lengayang. Dalam autobiografinya, Jafri Syair menulis bahwa ia bersama masyarakat membeli tanah di Cimpu untuk mendirikan sekolah ini.

Untuk fasilitas ibadah, terdapat Masjid Taqwa Cimpu dan beberapa surau. Almasri mencatat bahwa masjid ini berawal dari kegiatan tarekat Syattariyah yang awalnya dilakukan dari rumah ke rumah, lalu berkembang menjadi Surau Taqwa. Surau ini dipimpin oleh Khatib Saridin dari kaum Chaniago, kemudian dilanjutkan oleh Imam Ali dari kaum yang sama. Saat ini, Masjid Taqwa Cimpu memiliki beberapa imam, dengan Imam Ramilus sebagai yang tertua.

Raudal Tanjung Banua bahkan menulis bahwa di Surantih, khususnya Cimpu, boleh dikatakan benteng terakhir Syattariyah di Kecamatan Sutera, jika tidak gegabah mengklaimnya malahan di Kabupaten Pesisir Selatan.

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sultan Indra Azhir Osman Seuntai Salam Sinopsis Kesultanan Indrapura
Pertalian Darah Pesisir Selatan dengan Kesultanan Brunei Darussalam
Gejolak PRRI di Surantih: Kayu Aro Jadi Lautan Api
Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya
Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu
Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah
Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik
Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 16:38 WIB

Sultan Indra Azhir Osman Seuntai Salam Sinopsis Kesultanan Indrapura

Kamis, 30 Januari 2025 - 22:50 WIB

Selayang Pandang Cimpu

Sabtu, 14 Desember 2024 - 00:03 WIB

Pertalian Darah Pesisir Selatan dengan Kesultanan Brunei Darussalam

Kamis, 12 Desember 2024 - 18:40 WIB

Gejolak PRRI di Surantih: Kayu Aro Jadi Lautan Api

Senin, 1 Juli 2024 - 10:01 WIB

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya

Berita Terbaru

Hitung Cepat Pilkada Pesisir Selatan 2024

Politik

Hitung Cepat Pilkada Pessel 2024

Rabu, 27 Nov 2024 - 15:19 WIB