Tentara APRI yang kelaparan mengajak M. Yunus T makan bersama, namun ia menolak karena membawa bekal sendiri.
“Saya taj tahu, apa dibayar atau tidak oleh APRI itu,” tuturnya.
Peristiwa Kayu Aro juga diceritakan dalam buku Alam Sati Nagari Surantih: Sejarah Asal Usul, Adat Istiadat, dan Monografi Nagari Surantih karya Almasri Syamsi.
Buku tersebut menyebutkan bahwa APRI membakar rumah-rumah di Kayu Aro, dan hanya menyisakan masjid.
Selain di Kayu Aro, pembakaran juga terjadi di Kampung Langgai pada malam hari sebelum APRI menuju Batu Bala.
Peristiwa ini bermula ketika pasukan APRI tidak menemukan penduduk maupun pasukan PRRI di kampung tersebut, karena penduduk telah diperintahkan oleh pasukan PRRI untuk mengungsi ke daerah hilir Surantih.
Kekesalan pasukan APRI dilampiaskan dengan membakar beberapa rumah penduduk di Langgai.
Pada keesokan harinya, pasukan APRI melanjutkan perjalanan ke Kampung Batu Bala. Sama seperti di Langgai, APRI kembali menemukan kampung yang telah kosong.
Pasukan hanya menemukan balai pertemuan yang sebelumnya digunakan oleh PRRI, yang kemudian dibakar oleh APRI.
Setelah itu, mereka menuju Kayu Aro, di mana pembakaran besar-besaran terjadi. Di Kayu Aro, semua rumah dibakar hingga habis, kecuali masjid yang tetap berdiri utuh.
Pasca peristiwa itu, APRI mendirikan pos penjagaan di Kampung Ampalu.
Pos ini berfungsi untuk memeriksa masyarakat yang lewat, baik dari daerah hilir maupun mudik Surantih.
Makanan yang dibawa masyarakat dibatasi untuk mencegah bantuan logistik sampai ke pasukan PRRI.