BANDASAPULUAH.COM – Nagari Surantih di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menyimpan sejarah panjang dan menarik tentang perkembangan pasarnya.
Menurut catatan Almasri Syamsi dalam bukunya “Alam Sati Nagari Surantih”, Pasar Surantih pertama kali berdiri pada awal abad ke-18 dengan nama Pasar Lamo.
Pasar ini terletak di Padang Api-api, sebuah lahan datar di muara Batang Surantih, tepat di bibir pantai barat Nagari Surantih.
Pasar Lamo menjadi pusat kegiatan perdagangan masyarakat setempat dan dikenal sebagai pasar pertama di Nagari Surantih.
Perkembangan pasar ini bermula dari hubungan dagang dengan penjajah, di mana tempat-tempat untuk memuat barang hasil bumi masyarakat mulai bermunculan.
Aktivitas bongkar muat barang berlangsung setiap hari Sabtu, dengan kedatangan kapal-kapal yang membawa berbagai barang dagangan.
Pada hari Minggu, barulah aktivitas perdagangan antar pedagang dan masyarakat terjadi. Menarik banyak pedagang dan pembeli dari berbagai daerah.
Perkembangan alami ini semakin pesat ketika pemerintahan kolonial Belanda membangun fasilitas seperti los di pasar tersebut.
Hal ini membuat masyarakat dan pedagang dari luar daerah semakin ramai berdatangan untuk berdagang di Pasar Lamo.
Masyarakat Ganting Mudik, daerah hulu Surantih, membawa hasil bumi mereka ke pasar menggunakan rakit bambu. Sementara pedagang dari luar daerah menggunakan angkutan padati atau padati lega, serta ogak.
Padati Lega merupakan sebuah alat transportasi tradisional yang berupa gerobak kayu berbentuk rumah-rumah yang ditarik dengan mengunakan tenaga kerbau besar.
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya