Karir Militer Zaini Zen Selepas Agresi Militer Belanda
Pada tahun 1950 atau setelah Agresi Militer Belanda II, Zaini Zen naik pangkat menjadi kapten dan ditarik ke Kota Padang menjadi perwira penghubung di Divisi Banteng atau juru runding dengan Belanda.
Hal ini disebabkan karena Zaini Zen sangat fasih berbahasa Belanda. Selain itu, ia juga dipercaya sebagai Kepala Bagian Perlengkapan di Divisi Banteng.
Di Padang, Zaini Zen berkarir sekitar lima tahun lebih. Disana ia memegang beberapa jabatan penting. Termasuk sebagai Komandan Militer Kota Padang dengan pangkat Mayor pada tahun 1955.
Berikutnya, Zaini Zen ditugaskan untuk sekolah di Perguran Tinggi Hukum Militer (PTHM) di Jakarta tamat pada tahun 1960. Pemindahan ini adalah keberuntungan tersendiri bagi Zaini Zen.
Sebab kalau tidak tentulah beliau akan menjadi petinggi pada PRRI saat itu. Meskipun begitu, hal ini juga tidak membuat karirnya moncer. Karir beliau menjadi tersendat, karena beliau dianggap sebagai perwira dari Minang yang karir militernya banyak di Sumatera Tengah dan dianggap kurang loyal ke Nasional.
Setelah tamat sebagai Bachelor Hukum atau sarjana hukum saat ini, beliau ditugaskan beberapa jabatan di Inspektorat Kehakiman Angkatan Darat di Jakarta.
Selanjutnya, menjadi Hakim Militer di Kodam Sriwijaya Palembang. Setelah 13 tahun sebagai Mayor barulah pada tahun 1965 ketika Orde Lama runtuh beliau naik pangkat menjadi Letnan Kolonel.
Kenaikan ini salah satu penyebabnya adalah Ali Murtopo sebagai salah satu Aspri Presiden Soeharto. Kala itu, Ali Murtopo mendatangi Zaini Zen di Palembang. Kedatangan ini dimaksudkan untuk meminta Zaini Zen beserta seluruh mantan pasukan beliau ketika gerilya dulu dan yang menjadi anggota PRRI yang masih berada di hutan untuk turun agar bergabung kembali dengan NKRI.
Jabat Bupati Pesisir Selatan
Ali Murtopo menawarkan kepada Zaini Zen untuk dikawal dengan pasukan TNI. Akan tetapi, Zaini Zen menolak dan memilih pergi sendiri menjemput mantan pasukannya tersebut.
Pada tahun 1966, Zaini Zen yang masih berpangkat Letkol tersebut dan menjabat sebagai Hakim Militer atau Kepala Inspektorat Kehakiman KODAM IV Sriwijaya, memiliki kesempatan untuk meningkatkan karirnya.
Yakni Mengikuti Pendidikan di West Point Amerika Serikat atau menjadi Kepala Wilayah Perusahaan Pertamina (daerah Sumatera) yang berkedudukan di Palembang.
Akan tetapi, takdir berbicara lain. Tenyata ada beberapa orang Ninik Mamak, Cerdik pandai yang mewakili Rakyat Pesisir Selatan datang ke Palembang untuk meminta Zaini Zen menjadi Bupati Pesisir Selatan. Akhirnya, Zaini Zen memilih membangun kampung halamannya ketimbang karirnya di kemiliteran.
Halaman : 1 2