Sejarah Cina di Banda Sapuluah, Pesisir Selatan

Selasa, 1 Februari 2022 - 21:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Muara Surantih. Foto: Indrian Koto

i

Muara Surantih. Foto: Indrian Koto

Di Kambang saat akan keluar, mereka memberi hadiah ada bahkan  lahan yang sudah dibeli dan disertifikat, kepada pribumi karyawannya. Kecuali di Surantih disuruh pergi setelah Belanda pergi, tanahnya dikembalikan ke rakyat.

Karakter Cina di Taluak beda dengan Cina di Surantih. Ada yang berdagang saja dan ada yang membaur dalam masyarakat. Cina di Taluak itu bermukim pada empat titik. Pertama di Pasar Taluak, kedua di Ujung Batu, ketiga di Koto Hilir (Koto Keduduk), dan keempat di sekitar Limpaso. Di pasar satu keluarga Cina disebut  Abu Epi tetua Taluak,  nama panggilannya si Chan saja.

Ia tinggal di kawasan pasar Taluk, memiliki rumah yang bagus dengan lahan kurang sedikit setengah Hektar bersertifikat. Ia berdagang sabun made in si Chan sendiri di samping kuliner yang dikenal kue mangkuknya. Kue mangkuk Cina itu bersaing dengan kue bika Taluak yang terbilang itu. Si Chan banyak mengajari orang Taluak membuat sabun di samping kuliner juga.

Sejarah keluarga cina di Taluak ini menurut tetua Taluak tadi, seiring dengan Belanda masuk, sering pergi dan datang bermukim tak lama. Setelah kemedekaan Cina masuk kembali bersamaan dengan “aksi polisionil Belanda” dikenal sebutan Agresi Militer Belanda pertama tahun 1947 dan kedua tahun 1948.

Baca Juga :  Tjimpoe atau Cimpu

Kemudian Belanda angkat kaki setelah PDRI berhasil menang mempertahankan roh NKRI dari ancaman agresi Belanda, lalu keluarga Cina ini berangkat pula, tanpa ada pengusiran seperti di Surantih.

Mungkin mereka berprasangka, bahwa mereka dikira masyarakat kaki tangan Belanda, takut sendiri. Rumah dan tanahnya bersertifikat dibeli tetua Taluak yang sekarang menjadi saksi sejarah di pasar Taluak.

Almasri Syamsi banyak bercerita dramatis. Cina anak emas, melalui kebijakan ekonomi Belanda di sepanjang pesisir mengambil peluang mengumpul kekayaan nagari, mereka dilindungi, ada sistem barter, barang ditukar dengan barang, harga pun tak sebanding, dilunasi setelah panen bunga pun tinggi, sehingga banyak masyarakat hutangnya tak terbayar, diminta paksa pakai algojo pribumi pula, banyak harta rakaat jatuh ke tangannya, kalau tak terbayar juga diganti dengan tenaga bekerja, dipaksa.

Baca Juga :  Serap Aspirasi Warga, Ikal Jonedi Berkomitmen Kembangkan Pantai Wisata Samudera Surantih

Kehidupan milik penguasa dan orang kaya, penghulu pun susah bebas penghubung anak kamanakan memungut hasil panen. Baca lebih lanjut bukunya “Alam Sati Nagari Surantih” (2007,p.80). Karenanya Belanda angkat kaki, mereka pun pergi. Mereka menjual aset dan rumahnya. Ke TaluAk Sesekali datang juga tahun 1950-an, menjemput kekayaan mereka yang disimpan, mungkin ada emas yang dikuburkan.

Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…

Follow WhatsApp Channel m.bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ke Rumah Pewaris dan Makam Pewaris Sultan Tarusan.
Harimau Sumatera dalam Kearifan Adat-Budaya di Minangkabau
Tokoh Adat dan Ulama Sumbar Tolak Pendaftaran Tanah Ulayat dalam Permen ATR-BPN 14/2024
Ini Sejarah dan Filosofi Tari Kain, Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan
Jejak Keindahan Pesisir Selatan dalam Catatan Penjelajah Asing
Mengenal Posisi dan Ragam Sumando di Minangkabau
Profil Abdul Karim Rasyid: Pejuang, Jenderal, dan Dubes Pertama RI di Kamboja dari Pesisir Selatan
Mengenal Zairoel Zen: Putra Pesisir Selatan yang Menjadi “Orang Dekat” Jenderal AH Nasution

Berita Terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 07:25 WIB

Ke Rumah Pewaris dan Makam Pewaris Sultan Tarusan.

Jumat, 29 Agustus 2025 - 08:59 WIB

Harimau Sumatera dalam Kearifan Adat-Budaya di Minangkabau

Senin, 26 Mei 2025 - 11:50 WIB

Tokoh Adat dan Ulama Sumbar Tolak Pendaftaran Tanah Ulayat dalam Permen ATR-BPN 14/2024

Minggu, 27 April 2025 - 10:02 WIB

Ini Sejarah dan Filosofi Tari Kain, Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan

Senin, 14 April 2025 - 16:43 WIB

Jejak Keindahan Pesisir Selatan dalam Catatan Penjelajah Asing

Berita Terbaru