Jejak Perdagangan Eropa di Pesisir Selatan

Jumat, 7 Januari 2022 - 10:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pesisir Selatan

Pesisir Selatan

Bandasapuluah.com – Sumatera merupakan sebuah pulau yang sudah termasyhur sebagai negeri penghasil emas yang melimpah. Terhitung sejak permulaan abad masehi, Sumatera sudah dikenal dengan nama Suvarnnabhumi (Negeri Emas) atau Suvarnnadwipa (Pulau Emas). 

Selain emas, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai penghasil lada yang berkualitas. Menurut Kroeskamp, seorang ahli sejarah dan tokoh pendidikan mengatakan penduduk pantai barat Sumatera pada abad ke-16 hingga ke-18 sudah membudidayakan tanaman lada. Terlebih untuk daerah Inderapura, Kabupaten Pesisir Selatan kualitas lada di daerah ini tergolong baik dan sangat baik.

Hal itu menjadikan Pulau Sumatera, terutama di pantai barat Sumatera menjadi kota‐kota pantai dan bandar yang menjadi pusat perdagangan lada dan emas. Dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan yang terkenal dan penting di masa lampau, menjadikan Sumatera ramai dikunjungi oleh bangsa asing.

Meskipun ramai dikunjungi oleh bangsa asing untuk berdagang, untuk mencapai Pulau Sumatera ternyata tidaklah mudah. Ada banyak bahaya yang mengancam untuk sampai ke pulau yang terletak di sebelah timur Teluk Benggala tersebut.

Kitab Jataka menggambarkan betapa sulitnya untuk sampai ke negeri yang bernama Suvarnnabhumi itu. Kitab Jataka, yang memuat kisah‐kisah tentang kehidupan Sang Budha tersebut, menyebutkan untuk sampai ke pulau Sumatera, harus melakukan perjalanan yang penuh bahaya untuk mencapainya.

Sehingga tak heran, disepanjang tepi pantai barat Sumatera didapati banyak bangkai kapal yang tenggelam. Termasuk di Pesisir Selatan yang terkenal dengan banyak kota pelabuhan tradisional di tepi barat Sumatera atau dikenal dengan Bandar Sepuluh. Salah satunya adalah sebuah bangkai kapal tenggelam (shipwreck) yang temui di Nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera.

Baca Juga :  12 Anggota DPRD Pessel Dilaporkan ke Kejari, Novermal Pastikan Dirinya Tidak Terlibat

Bangkai kapal tersebut sudah ditutupi oleh endapan pasir pantai yang cukup tebal hingga menutupi badan kapal.

Sehingga bagian kapal yang masih dapat diamati adalah empat bagian tiang kapal yang terbuat dari besi yang berbentuk bulat. Kondisi lingkungan perairan di sekitar situs yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia, dimana gelombangnya cukup besar terutama pada Musim Timur dan sendimentasi yang tinggi diduga menjadi penyebab berubahnya lingkungan fisik situs.

Halaman Selanjutnya: Identitas Bangkai Kapal Karam di Ampiang Parak

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya
Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu
Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah
Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik
Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit
Ayah Buya Hamka, Abdul Karim Amrullah Ternyata Pernah Menuntut Ilmu Agama di Pesisir Selatan
Basurah Asal Usul Kaum Kampai ASSP – Bandasapuluah
Banjir Besar Pesisir Selatan 1915, Ketinggian Air Capai 3 Meter dan Puluhan Orang Meninggal

Berita Terkait

Senin, 1 Juli 2024 - 10:01 WIB

Kapankah Pertama Kalinya Pasar Surantih Berdiri? Ini Sejarahnya

Jumat, 28 Juni 2024 - 08:49 WIB

Ternyata Segini Partisipasi Pemilih Pessel dalam 12 Kali Pemilu

Kamis, 27 Juni 2024 - 11:51 WIB

Partisipasi Pemilih Pessel di Pemilu 2024 Merosot, Terendah Ketiga dalam Sejarah

Selasa, 14 Mei 2024 - 18:02 WIB

Ini Hari Jadi Kabupaten Pesisir Selatan Bila Dilihat dari Perspektif Kebudayaan dan Politik

Minggu, 17 September 2023 - 11:20 WIB

Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit

Berita Terbaru