Bandasapuluah.com – Sumatera merupakan sebuah pulau yang sudah termasyhur sebagai negeri penghasil emas yang melimpah. Terhitung sejak permulaan abad masehi, Sumatera sudah dikenal dengan nama Suvarnnabhumi (Negeri Emas) atau Suvarnnadwipa (Pulau Emas).
Selain emas, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai penghasil lada yang berkualitas. Menurut Kroeskamp, seorang ahli sejarah dan tokoh pendidikan mengatakan penduduk pantai barat Sumatera pada abad ke-16 hingga ke-18 sudah membudidayakan tanaman lada. Terlebih untuk daerah Inderapura, Kabupaten Pesisir Selatan kualitas lada di daerah ini tergolong baik dan sangat baik.
Hal itu menjadikan Pulau Sumatera, terutama di pantai barat Sumatera menjadi kota‐kota pantai dan bandar yang menjadi pusat perdagangan lada dan emas. Dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan yang terkenal dan penting di masa lampau, menjadikan Sumatera ramai dikunjungi oleh bangsa asing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meskipun ramai dikunjungi oleh bangsa asing untuk berdagang, untuk mencapai Pulau Sumatera ternyata tidaklah mudah. Ada banyak bahaya yang mengancam untuk sampai ke pulau yang terletak di sebelah timur Teluk Benggala tersebut.
Kitab Jataka menggambarkan betapa sulitnya untuk sampai ke negeri yang bernama Suvarnnabhumi itu. Kitab Jataka, yang memuat kisah‐kisah tentang kehidupan Sang Budha tersebut, menyebutkan untuk sampai ke pulau Sumatera, harus melakukan perjalanan yang penuh bahaya untuk mencapainya.
Sehingga tak heran, disepanjang tepi pantai barat Sumatera didapati banyak bangkai kapal yang tenggelam. Termasuk di Pesisir Selatan yang terkenal dengan banyak kota pelabuhan tradisional di tepi barat Sumatera atau dikenal dengan Bandar Sepuluh. Salah satunya adalah sebuah bangkai kapal tenggelam (shipwreck) yang temui di Nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera.
Bangkai kapal tersebut sudah ditutupi oleh endapan pasir pantai yang cukup tebal hingga menutupi badan kapal.
Sehingga bagian kapal yang masih dapat diamati adalah empat bagian tiang kapal yang terbuat dari besi yang berbentuk bulat. Kondisi lingkungan perairan di sekitar situs yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia, dimana gelombangnya cukup besar terutama pada Musim Timur dan sendimentasi yang tinggi diduga menjadi penyebab berubahnya lingkungan fisik situs.
Halaman Selanjutnya: Identitas Bangkai Kapal Karam di Ampiang Parak
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya