History (sejarah) boleh disebut sebuah fenomena perubahan dalam dimensi setting waktu dan tempat yang dari persepektif sosial melibatkan sesuatu/ orang dan kelompok sosialnya.
Fenomena IMPPS, IKPS dan IWPS seperti organisasi panguyuban lainnya di dunia merupakan bagian dari perubahan (perkembangan maju dan atau mundur) dalam dimensi setting waktu dan tempat tinggal orang Pesisir Selatan di rantau serta tri-organiasisi mereka itu di dunia.
Perubahan itu di-save dari sumber historika-dokumenta, meskipun kadang-kadang tidak terlepas dari science conjencturale (pengetahuan dugaan). Karenanya sejarah sering tidak terlepas dari distorsi (tahrif – pemutarbalikan fakta). Apalagi ketika sejarawan menulis sejarah tidak bisa melepaskan diri dari kehendak politik “kepentingan sesa’at” dan atau “subjektifitas kekuasaan” dan atau “kebutuhan para pihak/ kelompok berkepentingan” yang pada gilirannya melemparkan sejarah sebagai alat kekuasaan dan kehendak kepentingan tertentu.
IMPPS singkatan dari Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Pesisir Selatan, pastilah sebuah kebutuhan, khusus untuk mengorganisasikan kelompok sosial mahasiswa dan pelajar termasuk para pemuda/i anak orang Pesisir Selatan yang orang tuanya tinggal di rantau. Demikian IKPS (perubahan: IKPS, GIKPS, IKPS dan PKPS sekarang yang dilegitimasi formal dengan SK Menkumham RI) untuk mengorganiasasikan yang awalnya kelompok generasi tua (bapak-bapak dan ibu-ibu) asal Pesisir Selatan di rantau. Sedangkan IWPS khusus lahir kemudian dipelopori mahasiswa, pemuda pelajar juga, untuk mengorganisasikan kelompok perempuan asal Pesisir Selatan yang tinggal di rantau.
Tiga organisasi perantau Pesisir Selatan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Fungsinya menjadi mekanisme sentral dan pemusatan hubungan sosial dan interaksi serta komunikasi penyaluran aspirasi orang Pesisir Selatan di rantau.epentingannya untuk mengembangkan dan menyalurkan partisipasi mereka bagi masyarakat lingkungan tempat tinggal “di mana bumi dipijak di situ langit dijujung”. Juga untuk mengembangkan dan menyalurkan partisipasi mereka bagi kampung halaman di samping pengembangan silaturrahim (hubungan persaudara separuik/ se-rahim) dan silaturrahmi (hubungan persaudaraan antar warga – orang lain) dalam menyalakan semangat dan energi untuk maju dalam berbagai aspek aktivitas dan pekerjaan mereka di rantau.
IMPPS berdiri di Padang, 22 Oktober 1952. Inti keanggotaan adalah:
Pertama, pemuda tersekolah yakni mahasiswa di seluruh perguruan tinggi dan pelajar di seluruh Sekolah Menengah termasuk Madrasah. Pelajar ini pernah diwadahi dengan berbagai nomenklatur di antaranya IPPS (Ikatan Pelajar Pesisir Selatan), ISKPS pada SMP/SMA/ Madrasah tertentu dan ada ikatan mahasiswa, pemuda, pelajaran gabungan asal kecamatan dan nagari dari Pesisir Selatan.
IPPS seperti dibentuk pelajar dari MAN Padang, dicatat susunan pengurusnya ditetapkan 8 Agustus 1989 Ketua Umum Nurmaisal dibantu dua ketua, Sekretaris Umum Yuswarni dibantu dua sekretaris dan Bendahara Muchni Desfi. Dilengkapi dengan seksi dakwah, seksi humas/ sosial, seksi olahraga, seksi keamanan dan seksi konsumsi.
ISKPS (Ikatan Siswa Keluarga Pesisir Selatan) SMP/SMA/Madrasah seperti ISKS PGAI (berbasi pada tingkatan pendidikannya: SMPS, SMK I, SMSR) Padang, terbaca pada undangan (ke IMPPS Padang, 7 Des 1986) untuk kegiatannya pulang basamo 14 Desember 1986, Ketua Umumnya Afdal Nawas T dan Sekretaris Umum Suriati) dengan Pembina Isman.
Di tataran mahasiswa Pesisir Selatan pada berbagai perguruan tinggi, mereka mewadahi diri sebagai ikatan dan atau himpunan dan atau kelompok, ada yang berdasarkan nama asal nagari dan atau kecamatan dan atau ada berdasarkan asal perguruan tinggi. Nomenklatur dengan menyebut nama perguruan tingginya dan atau nama nagari dan atau kecamatan di Pesisir Selatan. (1) Berdasarkan nama perguruan tinggi, misalnya (a) mahasiswa IAIN Imam Bonjol (UIN Imam Bonjol sekarang) memakai nama organisasi “IMPPS Kelompok IAIN (sekarang UIN) Imam Bonjol
Saya (penulis) pernah menjadi ketua umum IMPPS Kelompok IAIN Imam Bonjol. Adalah hasil musyawarah IMPPS Kelompok IAIN, 7 Agustus 1977 dilantik IKPS Padang di PKP (Pusat Kesenian, sekarang TBP dan Taman Budaya UPT di Dinas Kebudayaan Sumbar) di Padang, pada tanggal 9 Oktober 1977. Kemudian saya menjadi Ketua Umum IMPPS Kotamadya Padang dibantu dua ketua Mufsal Salam dan Armen Amir, Sekretaris Umum Asrar Rusdi Zasman dibantu dua sekretaris Syahrial Syarif dan Zulkifli, Bendahara Dahlan Surin dibantu wakil Emy Yendra. Anggota/ Koordinator seksi: Armis, Abdul Ghafar, Ramanus HM, Yurnoli Latief, Yusman Syarif, Syarif Usman dan Bakhtiar Rajo Gandam. Ini hasil musyawarah IMPPS Kotamadya Padang dengan quorum mahasiswa basis Komisariat IMPPS Kecamatan (mahasiswa yang berasal dari seluruh kecamatan di Pesisir Selatan), tempatnya di SD Negeri 78 Padang, 18 Juni 1978. Musyawarah ini atas dasar Mandat IMPPS Kota Padang ditandatangani Ketua Dermawan Ilyas (an. Ketua Umum Marizal Umar), nomor: 01/IMPPS-Pd/78 tertanggal 12 Juni 1978.
Tahun 1989 di samping Ketua Umum IMPPS Kotamadya Padang, saya mengemban amanat Pjs Ketua Umum IMPPS Wilayah Sumatera Barat di samping Ketua Umum IMPPS Kota Padang. Tugas Pjs melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) IMPPS Tingkat I Provinsi Sumatera Barat, terlaksana Musda IMPPS Sumbar pada tanggal 25 Februari 1990, bertempat di Gedung Pemuda DPD KNPI Tingkat I Sumatera Barat GOR Agussalim Padang,. Ketua Panitia Zulhendri Sy dan Sekretaris Candra Ricardo. Musyawarah yang sempat digoyang isu politik Pilkada Bupati Pesisir Selatan dan hiruk pikuk di koran-koran itu, pembiayaan mendapat pasilitasi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Musyawarah dalam hujan petir dan alot hujan tunjuk tangan dan ketukan palu pimpinan sidang itu, terpilih sebagai Ketua Zaitul Ikhlas Sa’ad dibantu Wakil Ketua Ahmad Kosasih, Ismail Usman, M.Naska, Martawijaya, Ridwan M.Noor, Syahrial SP, Syafril A.Hadi dan Ekshan. Sekretaris Erlim Munir dengan wakil Zulhendry Sy,Yulianto S.Tanjung, Candra Ricardo, firdaus, Basril hasanto, dengan Bendahara Armanda, wakil Yeni Astika. Diperkuat 10 Biro yakni Biro Mental Muslim Tawakal, Suardi dan Yefni M. Biro Pendidikan Edy Yasman, Zulfikri, Rosmaini. Biro Organisasi dan Keanggotaan Mulyadi, St. Sankat, Yuhilna Wahy. Biro Mahasiswa Hadison, Edison, Yanuar. Biro Pemuda dan Olahraga Andang Wirnanto, Amrizal, Unitas, Afdal. Biro Siswa Neneng Jafri Yusuf, Aslisni, Endriati. Biro Pengabdian dan Rantau Syawal, Agustamar, Amrizal. Biro Pengabdian pada Kampung Yuni Hendri, Basrial, Syafril Syawal. Biro Budaya Dasniar DR, Elva Yeni, Taslin. Biro Wanita Darmini Roza, Nelly Ramlan, Yetti Sunarti.
(b) Mahasiswa Pesisir Selatan di Universitas Bung Hatta memakai nama organiasasi IMAPES (Ikatan Mahasiswa Pesisir Selatan) Universitas Bung Hatta, Ketua Erlim Munir bersekretariat di F.8 Wisma Indah Padang, Pernah mengadakan kegiatan besar Kemah Gotong Royong di Pantai Carocok, DTW Pesisir Selatan sekarang pada 29 Desember 1984-1 Januari 1995 dengan Panitia Ketua Afrizal Junir dan sekretaris Asra Nasriadi. Dibimbing IMPPS Kotamadya Padang ketika itu ditunjuk Syafrial N.
(c) Mahasiswa Pesisir Selatan di Unand seperti pada Fakultas Hukum membentuk wadah HIMA (Himpunan Mahasiswa) Fakultas Hukum Unand. Pengurus Periode 1982-1983 Ketua Asfrizal Aziz dengan wakil ketua Yorran, Sekretaris Nelson Anas dan Bendahara Sofia Roza. Dibantu sekretariat tingkatan tahun kuliah: Eri, Gusirwan, Zul Gafar, Bakri Bakar dan Z.Win Abidin. Diresmikan 19 September 1982. Demikian pula tahun 1980 Fakultas Ekonomi membentuk HIMA Pesisir Selatan Fakultas Ekonomi Unand Padang di antara yang aktif M.Yusril (kemudian dikenal calon Bupati Pesisir Selatan berpasangan Bakri Bakar, di era pemilihan periode ke-2 Bupati Darizal Basir dan era pemilihan Bupati Nasrul Abit untuk periode ke-2), didukung Kamaruddin Satar, Win Tasar dan Asril Jarni. Dari FIPIA Unand Djafril Irsjam dan Ediwarman.
Demikian pula di IKIP. HIMA di IKIP Padang (UNP sekarang) diketuai Armen Amir dibantu Syahrul Jamal, Ery Afriyeti, Zulkifli Handani, Ferdinan SA dan Hasnul Irvan.
Kedua, pemuda territorial yang lahir di rantau dari ibu asal Pesisir Selatan tinggal di rantau. Mereka menyatu pada ikatan pelajar/ Siswa seperti di MAN dan PGAI tadi, dan bergabung dalam ikatan/ kelompok/ himpunan mahasiswa perguruan tinggi, seperti IMAPES Universitas Bung Hatta, Kelompok IMPPS IAIN Imam Bonjol dan HIMA di IKIP, HIMA di Unand (Fakultas Ekonomi, Fakultas Humkum, FIPIA tadi). Juga bergabung dalam Komisariat Kecamatan dan nagari dan atau ikatan berdasarkan kecamatan dan nagari di Pesisir Selatan.
Struktur dan mekanisme hubungan antar organisasi tadi bersifat afiliatif sejalan dengan tugas koordinasi pelaksanaan fungsi IMPPS sebagai organiasi induk mahasisw, pemuda dan pelajar asal Pesisir Selatan. Terutama fungsi IMPPS sebagai mekanisme sentral penyatuan dan penyaluran aspirasi mahasiswa, pemuda dan pelajar Pesisir Selatan di rantau yang berbasis pada semua organisasi tadi. Kegunaannya, adalah penting bagi kelancaran pendidikan mereka, serta penyaluran partisipasi di lingkungan masyarakat dan pemerintah tempat tinggalnya serta partisipasi mereka kepada masyarakat/ pemerintah di kampung mereka Pesisir Selatan.
IMPPS Dirikan IKPS dan IWPS
Awal sejarah IMPPS berpangkal pada kesepakatan pemuda pelajar Pesisir Selatan dan Kerinci untuk bersatu di rantau. Menurut Hadis Syam, pengusaha asal Pesisir Selatan mantan ketua Umum IKPS yang saya ketika itu Sekum IKPS, bahwa kesepakatan pemuda pelajar itu di Padang diwujudkan 1952, dengan membentuk organisasi yang sifatnya ikatan, dikenal dengan IPPPSK (Ikatan Pemuda Pelajar Pesisir Selatan dan kerinci). Ketika itu nomenklatur Pemkab adalah Pesisir Selatan dan Kerinci dengan ibu Kota Balaiselasa. Dari IPPPSK inilah kemudian berubah namanya menjadi IMPPS, seiring dengan pemisahan Kabupaten Pesisir Selatan dengan Kerinci.
Setelah IMPPS terkonsolidasi, para pemuda tersekolah yakni mahasiswa dan pelajar yang berbasis pada ikatan mereka ini memperlihatkan fungsi pemuda: “tiada sejarah tanpa peranan pemuda”, karenanya mereka selalu memperlihatkan peranan agent of cheng (agen perubahan). Gerakan perubahan mereka, pada September – Oktober, mensponsori berdirinya IKPS (Ikatan Keluarga Pesisir Selatan). Diawali sebuah pertemuan yang digagas mahasiswa pelajar September 1962 di Aula SMA Negeri -1 Padang dihadiri para perantau yang berbasis warga Padang asal dari kecamatan dan atau nagari di Pesisir Selatan. Hasilnya terdapat kesepakatan menyatukan para perantau di luar unsur mahasiswa dan pelajar, membentuk IKPS di Padang, resmi pada tanggal 21 Oktober 1962. Dalam struktur kepengurusan pertama dicantumkan Seksi Pemuda, Mahasiswa dan Pelajar.
Tak cukup melahirkan IKPS, mahasiswa dan pelajar menggerakkan berdirinya IWPS (Ikatan Wanita Pesisir Selatan) terakhir ketuanya Ibu Rahmah Samik Ibrahim. Mereka memandang, tidak cukup pemuda saja dan atau orang tua kaum bapak saja, juga penting ikatan perempuan asal Pesisir Selatan. Karena mereka merasakan, santunan para ibu (wanita, perempuan) Pesisir Selatan, lebih hebat dan sumbangsih ibu kepada anak-anaknya para mahasiswa, pemuda dan pelajar di rantau, baik sumbangan moril maupun materil cukup besar.***