“Ini semua adalah bukti bahwa Pak Anwar telah menyalahgunakan dana desa untuk kepentingan pribadinya,” kata Budi dengan tegas.
Pak Anwar mencoba berkilah.
“Ini semua hanya kesalahpahaman,” ujarnya dengan nada memelas. “Kita sedang berusaha menyalurkan dana untuk proyek-proyek pembangunan.”
Namun, kebohongan Pak Anwar tidak lagi dapat ditutupi. Warga mulai menyadari bahwa mereka telah tertipu selama ini. Mereka menuntut keadilan dan meminta agar Pak Anwar bertanggung jawab atas perbuatannya.
“Kami tidak akan tertipu lagi,” kata seorang warga dengan tegas. “Kami ingin keadilan bagi desa kita.”
Suasana semakin memanas, namun rapat desa berakhir tanpa keputusan yang jelas. Budi dan beberapa warga lainnya bertekad untuk terus memperjuangkan kebenaran. Mereka tahu bahwa masa depan desa mereka dipertaruhkan.
Menjelang pemilihan kepala desa berikutnya, desas-desus dan spekulasi semakin merebak.
Akankah Pak Anwar kembali terpilih menjadi kepala desa untuk periode keduanya? Ataukah warga Desa Pasia Santan akan memilih pemimpin baru yang lebih jujur dan peduli pada kesejahteraan mereka?
Di tengah ketidakpastian ini, Desa Pasia Santan menunggu dengan harap-harap cemas, menanti keputusan yang akan menentukan nasib mereka di masa depan.
Akankah keadilan akhirnya ditegakkan, atau akankah sejarah kelam kembali terulang? Hanya waktu yang akan menjawab.