Pulau Cingkuak
ke pulau cingkuak ia lepas anak-anak
aku ikuti seperti seekor umang-umang kehilangan lubang
kawananku mengendap di dangkal pantai painan
sibuk bermain kejar-kejaran dengan ombak
menulis nama-nama orang di bibir pantai
seperti seorang bujang takut wanita
dari jauh bukit-bukit bagai dada remaja
di baluti awan tebal
aku pandangi susunan tembok
kusam dan berlumut
setengah roboh dengan zaman
setengah lagi di bawa lagu lama
“lestarikan, lestarikan, lestarikan
pohon-pohon pala tinggal seremonial
sekedar bukti bahwa pernah dijajah
ke pulau cingkuak ia lepas anak-anak
berharap hidup dengan banana boat
mendoakan riuh suara kapal-kapal pengangkut penumpang
adakah benar, tembok tinggi itu runtuh oleh anak-anak sejarah?