Puisi-Puisi Arif P. Putra
Tambang Balai
rumah-rumah dibangun dari hasil sengketa
sawah digadai seperti permintaan anak
murai-kurai sorak orang menghalau burung
pun saban tahun menuai padi hasil salibu
pemberhentian dari tanjakan Barungbelantai, Tarusan menjejak isak
anak-anak diberangkatkan menuju kota
“kaukah bayangan itu?
yang menapaki harap di ujung jari”
klakson mobil penjemputan, tidak ada bus pesisir dan patas pengantar pedagang pasar
mereka tidak lagi tersesat dengan bau anyir pasar-pasar atau ibu-ibu pembawa kotoran yang menempel di sandal
“tidaklah mau ia berangkat, jika dijemput mobil patas”
lalu degub cemas mendesak nafas
entah berangkat dari rumah saja atau benar sekolah
Padang, 2018
Sebelum Bukit Pulai
ia lalui lagi bukit pulai
parsneling yang karat
dan decit rem tak dapat ditahan
penurunan mana yang tak menaruh pesawangan
gelap seperti tatap seorang penembak jitu
ngarai dingin dan dengung uir-uir
di sana ia simpan risau pulang
degub dada dan gemetar kaki
ialah yang pulang membawa beban
tidak ada lepau dan tepian yang hendak dikunjungi
pulang membawa badan, kepergian sungguh benar-benar tak dapat ditahan
setelah lepas tikungan sebelum bukit pulai
Padang, 2020
Arif P. Putra, Penulis.