BANDASAPULUAH.COM – Jurnalis senior asal Sumatera Barat, Hasril Chaniago, mengupas panjang lebar perjalanan historis, peran besar, hingga tantangan yang dihadapi tokoh-tokoh Minangkabau dalam kancah politik nasional dan internasional.
Pemaparan ini ia sampaikan dalam kegiatan Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Minang Sedunia yang digelar Minang Diaspora Network Global di Hotel Pangeran Beach Padang, (5/12/2023).
Pertemuan yang berlangsung marathon pada 3–13 Desember 2023 di empat kota di Sumatera Barat—Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh—menghadirkan tokoh-tokoh Minangkabau dari dalam dan luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dialog interaktif ini membahas tema “Peran Politik Tokoh-Tokoh Minangkabau Dalam Kancah Politik Nasional dan Internasional: Dulu, Sekarang dan Akan Datang” dengan moderator Doni Harsiva Yandra.
Dalam paparannya, Hasril mengungkapkan bahwa pada masa awal kemerdekaan, tokoh-tokoh Minang memainkan peran dominan dalam mengelola negara yang baru merdeka.
Mengutip Elizabeth E. Graves dalam buku Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, ia menyebut sebagian besar orang yang memiliki kemampuan teknis di masa itu berasal dari etnis Minangkabau, meski populasinya hanya sekitar 3 persen dari total penduduk Indonesia.
Ia juga menyoroti peran pendidikan di masa lalu yang melahirkan banyak tokoh hebat.
“Dulu, satu kelas di SMA ABC, sekarang SMA Berugo, bisa mencetak empat diplomat dan profesor, termasuk Taufik Abdullah dan Umar Junus. Sulit membayangkan hal itu terulang sekarang,” ujarnya.
Menurutnya, tiga dari empat tokoh yang disebut majalah Tempo sebagai “Bapak Pendiri Republik”—Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka—berasal dari Minangkabau.
Bahkan Soekarno, kata Hasril, memiliki ikatan adat dan darah Minang karena menikah dengan perempuan Minang.
Hasril menegaskan bahwa orang Minang justru memiliki kontribusi besar dalam pembentukan NKRI, membantah stigma sebagai “provinsi garis keras”.
Ia mencontohkan peran Mohammad Natsir melalui Mosi Integral yang mengembalikan Indonesia dari bentuk Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan pada 1950.
Sejarah juga mencatat, tokoh Minang diabadikan di tiga mata uang Asia Tenggara: Ringgit Malaysia dengan Tuanku Abdul Rahman, Dolar Singapura dengan Yusof Ishak, dan Rupiah Indonesia dengan Mohammad Hatta.
Selain itu, Sumatera Barat menjadi satu-satunya provinsi di mana empat gubernurnya pernah diangkat menjadi menteri, dengan tingkat kasus korupsi relatif rendah karena kontrol sosial yang kuat.
Meski demikian, Hasril menilai kualitas kepemimpinan tokoh Minang saat ini tidak sekuat masa lalu.
“Sekarang banyak tokoh Minang di parlemen, bahkan yang terpilih dari luar Sumatera Barat jumlahnya lebih banyak. Tapi tokoh dengan visi, pandangan, dan konsep negara yang jelas sudah jarang,” ucapnya.
Dialog interaktif ini menghadirkan pembicara lain seperti Perwira Tinggi Militer Kerajaan Malaysia Mayor Jenderal (Purn) Amir Guntur, pengamat politik Pangi Syarwi, jurnalis Hasril Chaniago, serta pakar ekonomi politik Iramady Irdja.






