JAKARTA – Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono ungkap masalah utama yang terdapat di Jakarta adalah ketidakadilan tata ruang politik.
RK, sebutan Ridwan Kamil mengatakan ketidakadilan tata ruang politik segregasi terjadi sejak zaman kolonial. Akibatnya, di kota modern Jakarta masih banyak terdapat tempat tinggal kumuh dan tidak layak huni, polusi udara tinggi saat musim kemarau, dan banjir dimana-mana saat musim hujan.
Dalam penyampaian visi misi, RK menegaskan negara harus hadir untuk mengatasi permasalahan Jakarta. Salah satu program ungulan yang akan mereka lakukan adalah penyediaan rumah.
“Kita menyiapkan yang namanya program-program renovasi rumah. Dulu saya lakukan Rp20 juta, mungkin di Jakarta karena mahal Rp50-Rp100 juta per rumah hunian vertikal buat Gen Z punya mimpi bisa di Jakarta Pusat. Lahan-lahan di atas pasar TOD di stasiun lahan-lahan, di jalan maupun di tengah sungai juga bisa kita inovasikan,” katanya dalam Debat Pamungkas Cagub-Cawagub Jakarta, Minggu, 17 November 2024.
Selain penyediaan hunian, lanjutnya, ketidakadilan tata ruang yang mengakibatkan banjir itu terjadi oleh perubahan iklim. Oleh karena itu, RK juga mendorong perubahan gaya hidup masyarakat Jakarta. Mulai dari penanaman mangrove yang dikombinasikan oleh Ginat Sea Wall, hingga pembenahan tata ruang dengan konsep zero waste.
“Kita harus laksanakan konsep sirkular ekonomi. Kita inovasikan ketidakadilan tata ruang yang mengakibatkan yang namanya polusi kita selesaikan secara ekologis. Kita serahkan, selesaikan secara teknologis,” ucap dia.
Dari sisi ekonomi, RK dan Suswono juga mendorong semangat Jakarta sebagai kota Global dengan menghadirkan kegiatan ekonomi baru.
“Ekonomi pusat bisnis di sebarkan ke seluruh Jakarta kemudian ekonomi kawasan ekonomi khusus di utara dan lain sebagainya menghasilkan 1 juta lapangan pekerjaan membangun Jakarta adalah membangun dengan kolaboratif. Setengahnya ide warga setengahnya ide pemimpin,” tutur dia.
Suswono mengklaim mereka merupakan pasangan calon yang berpengalaman dan yakin bisa memimpin dan memecahkan permasalahan yang ada di Jakarta.
“Kami tidak perlu adaptasi lagi kami akan langsung kerja cepat dan senantiasa bangun kalau berhasil dengan pemerintah pusat. Oleh karena itu untuk pimpin Jakarta hanya ada satu solusi yaitu pemimpin yang siap dan itu adalah Ridho Ridwan Kamil sesuai nomor 1,” ucap Suswono.
Sementara itu, Ahman Nurdin, Anggota Dewan Pakar DPP PKS bidang Komunikasi dan Kebijakan Publik, memberikan tanggapannya terkait pernyataan Ridwan Kamil dalam debat pamungkas Pilgub DKI Jakarta 2024.
Menurut Ahman, masalah ketidakadilan tata ruang politik yang diangkat oleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono merupakan isu strategis yang memang perlu perhatian serius, mengingat dampaknya yang luas terhadap kualitas hidup masyarakat Jakarta.
“Ketidakadilan tata ruang politik yang disebutkan Ridwan Kamil memang sudah menjadi persoalan lama di Jakarta. Namun, penanganannya membutuhkan solusi yang lebih komprehensif, tidak hanya terkait penyediaan hunian, tetapi juga penataan ulang fungsi ruang yang berorientasi pada keadilan sosial dan ekologis,” ujar Ahman.
Ahman juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat dalam merealisasikan program-program yang dijanjikan.
“Langkah-langkah seperti renovasi rumah, pembangunan hunian vertikal, dan penerapan konsep zero waste harus didukung dengan kebijakan terintegrasi dan sinergi lintas sektor. Program-program tersebut memerlukan pendanaan besar dan pengawasan ketat agar efektif dan tepat sasaran,” tambahnya.
Selain itu, Ahman mengapresiasi upaya pasangan calon ini untuk menghadirkan inovasi, seperti penanaman mangrove dan konsep sirkular ekonomi. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan utama bukan hanya pada implementasi teknologinya, tetapi juga pada edukasi masyarakat untuk mendukung perubahan gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
“Kesuksesan pembangunan Jakarta ke depan sangat bergantung pada kemampuan pemimpin untuk memberdayakan masyarakat dan mengatasi tantangan struktural dengan pendekatan yang adil, kolaboratif, dan berkelanjutan,” pungkas Ahman.