Perhatikanlah contoh data berikut!
- di saat itulah hatiku merasa gagal
dengan harapan yang menjadi angan-angan
2. di malam yang ditemani secangkir teh hangat
aku berserum “Hai, ini aku kembalikan rindumu!”
3. hanya diam yang tidak dapat apa-apa
Akankah kegagalan yang akan dibawa di hari tua?
4. termenung di tengah malam
ditemani bulan dan ribuan bintang
Data (1) hingga (4) di atas, merupakan contoh data yang saya comot dari beberapa puisi yang terdapat dalam buku antologi puisi “Mengapai Impian” karya guru dan siswa SMPN 3 Ranah Pesisir. Buku itu baru saja diterbitkan pada Juli 2022 lalu. Saya sebagai alumni dari SMPN tersebut turut bangga dan mengapresiasi karya tersebut. Namun, setelah saya membaca puisi-puisi tersebut, ada beberapa fenomena bahasa yang saya temukan sehingga membuat saya tidak nyaman dalam membacanya. Fenomena tersebut adalah penggunaan preposisi yang keliru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), preposisi diartikan sebagai kata yang biasa terdapat di depan nomina, misalnya dari, dengan, di, dan ke, sedangkan Ramlan (2008:63) mendefinisikan preposisi adalah sejumlah kata yang biasanya mengawali fungsi keterangan seperti kata bagi, untuk, dengan, di, dan sebagainya. Sementara itu, Alwi dkk. (2000:288), preposisi disebut juga sebagai kata depan, yang berfungsi untuk menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya.
Berdasarkan bentuknya, preposisi dalam bahasa Indonesia dibedakan atas dua, yaitu preposisi tunggal dan preposisi majemuk. Yang dimaksud preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri dari satu kata, misalnya di, ke, dari, pada dan sebagainya, sedangkan preposisi yang terdiri dari dua kata disebut dengan preposisi majemuk (Ramlan, 2008:64). Contohnya: daripada, kepada, di dalam, di antara, dan lain sebagainya. Namun, pada tulisan ini saya hanya berbicara tentang perbedaan preposisi “di” dan “pada” dalam bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Indonesia, preposisi “di” dan “pada” mempunyai peran semantis yang berbeda. Dalam KBBI, di diartikan sebagai kata depan untuk menandai tempat, misalnya Semalam adik tidur di rumah temannya. Di sisi lain, KBBI juga menyebutkan di berfungsi untuk menandai waktu, misalnya Di hari widusudaku, Bapak tidak datang. Pada fungsi kedua ini, di hanya berlaku atau digunakan pada situasi tidak formal (cakapan). Di samping itu, Alwi, dkk. (2000) dalam Tata Bahasa Bahasa Baku Bahasa Indonesia, menyebutkan adapun peran semantis preposisi yang lain sebagai penanda hubungan tempat, yaitu ke, dari, sampai, dan pada. Contohnya: Paman pergi ke Surabaya; Presiden Jokowi berangkat dari Jakarta menuju Padang; Kami sampai di Padang pukul 17.00 WIB, dan; Buku itu ada pada saya.
Berdasarkan pemahaman Anda sejauh ini tentang preposisi “di” dalam bahasa Indonesia, apakah di pada contoh data (1) hingga (4) di atas, sudah tepat digunakan? Menurut saya penggunaa di pada data tersebut tidak tepat digunakan kerena di pada data tersebut tidak menujukkan penanda hubungan tempat, melainkan menunjukkan penanda hubungan waktu. Oleh karena itu, preposisi yang tepat digunakan pada contoh data (1) hingga (4) tersebut adalah preposisi “pada”.
Preposisi pada, dalam KBBI diartikan sebagai kata depan untuk menujukkan posisi di atas atau di dalam hubungan atas atau di dalam hubungan dengan, searti dengan di 1) dipakai di depan kata benda, misalnya pada dasarnya, 2) kata ganti orang, misalnya ada padaku (-nya dan –mu), dan 3) keterangan waktu, misalnya pada keesokan harinya. Selain itu, adapun beberapa preposisi lain yang berfungsi untuk menujukkan keterangan waktu. Preposisi tersebut adalah sejak, semenjak, dan menjelang. Contohnya: Sejak kecil Aurel selalu dimanjakan oleh orang tuanya; Semenjak Amak tiada kami tinggal bersama Abak; Menjelang sore hari ia belum juga sampai ke rumah.
Dengan demikian, saya berpendapat bahwa contoh data (1) hingga (4) tersebut dapat diperbaiki menjadi:
- pada saat itulah hatiku merasa gagal
dengan harapan yang menjadi angan-angan
- pada malam yang ditemani secangkir teh hangat
aku berserum “Hai, ini aku kembalikan rindumu!”
- hanya diam yang tidak dapat apa-apa
akankah kegagalan yang akan dibawa pada hari tua?
- termenung pada tengah malam
ditemani bulan dan ribuan bintang
Semoga penjelasan singkat ini dapat mencerahkan Anda tentang penggunaan preposisi “di” dan preposisi “pada” dalam bahasa Indonesia. Selamat mempraktikkan dengan benar. Semoga sukses penerapannya. Amin. (*)
Sumber:
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan. 2008. Kalimat, Konjungsi, dan Preposisi Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
____________