Hendri Septa seperti lupa sejarah kepahlawanan orang Padang. Lupa atau memang tidak pernah belajar sejarah Kota Padang.
Sehingga, dengan tanpa ada rasa bersalah, ia menganti gedung Bagindo Aziz Chan dengan gedung Padang Youth Center. Sebuah proyek bernilai puluhan miliar.
Walikota Padang yang berstatus lulusan luar negeri itu pada Senin (8/2) itu meresmikan rencana pembangunan Padang Youth Center. Tak tanggung-tanggung gedung bernamakan Pahlawan Nasional Bagindo Aziz Chan yang punya sejarah panjang itu akan digantikan dengan gedung tempat anak hedonisme bermain.
Dari bocoran, bentuk gedung Youth Center ini menyerupai gedung Minangkabau abstrak, yang akan menghilangkan nilai-nilai sosial budaya yang ada di Kota Padang, Minangkabau. Yang sekarang pun tempat anak muda sudah meresahkan masyarakat karena dimana-mana berdiri Youth Center milik swasta.
Penulis perlu kembali mengingatkan kepada pihak yang mengambil kebijakan, terutama Hendri Septa selaku Walikota Padang bahwa gedung Bagindo Aziz Chan merupakan penghargaan kepada pahlawan asli Alang Laweh, Padang.
Bagindo Aziz Chan adalah pemimpin revolusioner asal Padang, Sumatra Barat yang memiliki sikap yang pemberani, konsisten dalam bertindak, dan tidak gentar menghadapi musuh. Setelah kemerdekaan, ia ditunjuk sebagai Walikota Padang.
Pada 10 Oktober 1945, pasca kedatangan Sekutu di Padang, Bagindo menolak untuk tunduk terhadap kekuatan militer Belanda. Beliau terus memberikan perlawanan dengan menerbitkan surat kabar perjuangan yang bernama Republik Indonesia Jaya. Bahkan, Bagindo langsung memimpin perlawanan terhadap Belanda tersebut.
Begitu profil perjuangan singkatnya, saat wafat pada 19 Juli 1947. Menurut hasil visum di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo, Ganting, ia meninggal karena terkena benda tumpul dan ada tiga bekas tembakan di wajahnya. Untuk menghormati jasa dan pengorbanannya perlu simbolisasi.
Maka dizaman pemerintahan Walikota Shahrul Ujud, satu warisan bangunan kolonial untuk kebutuhan publik warga kota, diberi nama gedung pertemuannya Bagindo Aziz Chan, sebagai suatu kehormatan terhadap putra Padang yang berjasa membela kemerdekaan, mengusir penjajah.
Sekarang gedung Bagindo Aziz Chan tersebut dirobah tanpa ada dasar kajian sejarah, kepentingan kecuali hanya mengandung nilai pencitraan Hendri Septa karena ingin dikenang Youth Center dibangun dizaman Hendri Septa jadi Walikota Padang.
Namun mengalfakan keberadaan nilai-nilai tokoh perjuangan kemerdekaan, secara tidak langsung histori gedung itu adalah simbol kepahlawanan orang Padang, Bagindo Aziz Chan tersebut musnah. Nilai gedung peninggalan kolonial Belanda tidak adalagi ruhnya.
Walikota Padang, Hendri Septa lupa bahwa Youth Center tanpa dibangun oleh Pemkot Padang pun sudah tumbuh seperti cendawan dikala hujan, dimana-mana setiap sudut Kota Padang ada Youth Center seperti direncanakan itu, dimana tempat Youth Center tersebut dapat merusakan nilai budaya Kota Padang, Minangkabau.
Seharusnya Walikota Padang menurut penulis secepatnya menertipkan youth centre ini yang tumbuh berserakan di Kota Padang agar tidak dijadikan sarana perkembangan LGBT merusak generasi muda Padang. Serta menghentikan pembangunan Youth Center digedung Bagindo Aziz Chan tersebut agar tidak hilangnya sejarah Kota Padang