Jadi tindak lanjut dari acara pinang maminang yang telah disepakati secara resmi, kalau keluarga mampuh bawaan ditambah pulah dengan perhiasan emas.
Setelah acara maanta siriah, biasanya pada malam hari diadakanlah acara puncak yaitu Ijab Kabul antara kedua mempelai dirumah anak daro.
Untuk acara nikah, marapulai dijemput oleh pihak keluarga anak daro kerumahnya. Acara ini disebut “manjapuik marapulai”.
Rombongan penjemput biasanya terdiri dari urang sumando, mamak-mamak, mandeh bapak kira-kira 10 sampai 15 orang. Rombongan ini membawa syarat-syarat yang telah disepakati tatkala setelah berunding terjadi sambah manyambah pepatah petitih antara kedua belah pihak, maka rombongan dari anak daro ditambah dengan rombongan dari rumah marapulai berangkat ma arak marapulai kerumah anak daro untuk nikah. Acara ini disebut maanta marapulai.
Di Pesisir Selatan acara maanta marapulai ini terkenal dengan istilah Badampiang.
Badampiang adalah akronim kata dari ayo hampir sampai, bahasa setempat hampir (ampiang), kata ampiang ini menjadi bagian dari sorak-sorai rombongan pengantar marapulai tadi (ampiang sampai kerumah anak daro).
Pada acara ini marapulai diantar oleh rombongan yang sudah bergabung tadi kerumah anak daro untuk nikah.
Diiringi dengan bunyi-bunyian pupuik talempong yang diselingi dengan pantun-pantun yang menyatakan betapa sedih bercampur gembira keluarga marapulai melepas anaknya masuk kekeluarga kaum lain.
Disamping itu juga diselingi dengan pantun-pantun jenaka dari urang-urang mudo yang bertujuan untuk menggoda marapulai yang akan memasuki hidup baru.
Semua pantun-pantun ini didendang bersahut-sahutan oleh rombongan. Setiap selesai satu atau dua pantun diselingi pula oleh sorak-sorai yang berbunyi “Ayo Dampiang” (hampir sampai) oleh seluruh rombongan.
Sampai rombongan tiba dirumah anak daro, setelah sambah manyambah lalu dilaksanakanlah acara puncak tersebut.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya