|
Berikut Mitos dan Petuah yang Sering Kamu Dengar Semasa Kecil |
Dulu, sewaktu kecil, masih banyak beredar cerita-cerita mistis dan mitos dikalangan masyarakat. Adat masih dipakai sebagaimana kebiasaan yang sudah turun temurun, tidak bisa tidak. Anak-anak dibesarkan dengan mitos-mitos beragam, mulai dari mitos dilarikan antu awua-awua, nasi menangis, sisiak gaek, makan sisa tupai biar suara bagus, makan bagian busuk/tambi buah mangga biar pandai berenang (tambiluak) dan banyak lagi. Memang beragam cara untuk membuat anak-anak takluk dengan cerita orang tua, kala itu. Pituah orang tua adalah wejangan yang patut dipatuhi, meski tidak semua anak penurut menghadapi Petuah tersebut.
Baca juga: Membeli Beras, Bentuk Parasaian Hidup
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai manusia yang dilahirkan era 90-an, tentu mitos-mitos tersebut terus melekat dalam ingatan dan masih ada saja beberapa yang terjaga sampai saat ini, seperti tidak boleh makan dekat pintu masuk, memotong kuku tengah malam, makan beras saat perut mual, menandai barang temuan di jalan dengan sesuatu (bisa dengan ludah atau daun), dan tak kalah sakralnya adalah memercayai asam limau puruik sebagai upaya pengobatan paling mujarab. Masih banyak lagi, namanya juga mitos.
Kemudian anak-anak teknologi dilahirkan dengan gema ilmu pengetahuan kebarat-baratan. Semuanya dikemas demi mengikuti jaman, tidak lagi ada tepian mandi paling ramai saat petang datang, permainan tradisional, juga rombongan anak-anak pulang mengaji. Coba tanya anak-anak sekarang permainan Pantak lele, sepak tekong, genggong, gala, jolakjoli, congklak, kelereng, Gading kayu dan lainnya. Pasti mereka kebingungan, permainan semacam apa itu, barangkali begitu jawabnya. Mungkin masih ada beberapa yang pernah memainkannya.
Baca juga: Sebuah Prosa, Rabab Pasisia
Dulu semasa kecil, Petuah paling menyeramkan pernah melekat, sampai takut bertemu hal tersebut. Pernah mendengar air kencing katak bisa membuat buta? Itu mitos yang sangat viral sekali di kalangan masyarakat, tiap melihat katak, selalu saja berusaha menghindar. Kalau media sosial sejak dulu lumrah, maka akan ada banyak video lucu soal mitos tersebut. Lalu, digigit kelelawar, bisa lepas menunggu petir datang. Menunjuk pelangi, bisa membuat jari bengkok, dan tak kalah rahasianya adalah, membalikkan sapu lidi di belakang pintu untuk menolak banjir (ini barangkali diketahui oleh mereka yang sering mengalami banjir di kampungnya).
Baca juga: Bus dan Lapau Nasi
Meski begitu, jaman akan terus melaju. Masa lampau adalah pelajaran, masa depan begitu juga. Bila mitos dan petuah sudah jarang ditemui dan dimengerti anak-anak sekarang, tentu bukan kesalahan juga. Toh, mitos dan petuah bukan sebuah keharusan. Tapi walau demikian, kadang ada beberapa yang patut dijaga, sekedar menegaskan bahwa petuah dan mitos yang dibuat-buat itu masih mengandung daya magis bagi anak-anak. Sebagian mitos dan petuah memang memiliki nasihat-nasihat baik, mitos juga demikian.
Baca juga: Dendang Membara Pirin Bana
Tapi mau bagaimana lagi, anak-anak sibuk main tiktok, ibu-ibu live di media sosial. Mamak sibuk balas komentar, ayah asyik memposting kebiasaan diri. Semuanya terus berusaha memfasilitasi diri masing-masing dengan ide orang jauh, ide kolot hanya tinggal cerita kedai saja, omong kosong yang tak pantas diterima akal sehat.
______________________________________
Arif P. Putra, masyarakat Koto Baru, Surantih. Penulis dan pengidap mitos garis keras.
Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow