Tari Anak Balam, Tari Tradisional yang Berangkat dari Ritual Pengobatan Magis
|
Kabupaten Pesisir Selatan menyimpan segudang kekayaan budaya. Salah satunya yang menarik adalah sebuah tarian yang dulunya berangkat dari sebuah ritual pengobatan magis masyarakat setempat dimana sekarang telah beralih fungsi menjadi sebuah penampilan hiburan yaitu tari anak balam.
Baca juga: Alek Asak Duduak, Alek Gadangnya Masyarakat Surantih
Tari Anak Balam awalnya merupakan sebuah ritual pengobatan tradisional yang menggunakan kekuatan syair sebagai mantra dan musik .Nama Anak Balam berasal dari nama Burung Perkutut yang familiar disebut dengan nama Burung Balam oleh masyarakat setempat di Pesisir Selatan. Saat ditemukan anak burung tersebut selalu ada dua ekor, maka pada ritual tersebut penari juga ditetapkan berjumlah genap.
Baca juga: Tari Sikambang Manih, Seni dan Budaya Warisan Kerajaan Inderapura
Dalam ritual Anak Balam beberapa orang penari yang jumlahnya genap akan menari mengikuti irama alat musik gesek rabab atau biola yang merupakan alat musik tradisional sambil melafaskan syair dan mantra secara berirama.
Dalam durasi tertentu, ditengah sejumlah penari sedang asik memainkan perannya,seorang atau 3 orang penari akan pingsan, dan 1 orang penari akan kerasukan . Penari yang kerasukan tersebut kemudian akan berlaku/menjadi seorang dukun yang akan mengobati pasien atau teman-teman penarinya yang pingsan tadi.
Ritual pengobatan tradisional Anak Balam sudah jarang ditemukan di sejumlah daerah di Pesisir Selatan. Namun, sebagian masyarakat masih ada yang melakoninya. Anak balam telah berubah fungsi menjadi hiburan.
Praktek-praktek pengobatan melalui ritus anak balam sudah jarang dilakukan. Hal ini disebabkan sudah mulai berkembangnya praktek – praktek penyembuhan medis seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit yang dapat diakses dengan lebih mudah oleh masyarakat.
Untuk diketahui, Ritual Anak Balam sudah terdaftar Direktorat Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019 dengan nomor registrasi 201900834.
Anak Balam mengandung beberapa nilai positif yang dianut oleh masyarakat. Yaitu Nilai ketuhanan, memperlihatkan bahwa masyarakat mempercayai bahwa tuhan menciptakan/menyediakan obat untuk segala penyakit. Tugas manusia (orang sakit) adalah berdoa dan berikhtiar agar memperoleh kesehatan.
Baca juga: Kenapa Pernikahan di Surantih dilangsungkan Tengah Malam?
Nilai kemanusiaan, dimana para pelaku anak balam berusaha membantu masyarakat (pasien) untuk memulihkan kesehatan. Nilai lain yang terkandung adalah nilai keindahan, berupa proses pengobatan menggunakan tarian dan music yang mengusung keindahan gerak dan bunyi.
Riri Tri Utami, Menulis segala hal yang telah saya lalui dan hadapi dengan tujuan dapat menebar kebermanfaatan bagi pembaca