Bandasapuluah.com – Guna menekankan pentingnya peran keluarga ayah atau disebut dengan bako di Minangkabau, SMK se-Pesisir Selatan melalui kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menggelar acara babako.
Sebanyak 17 SMK di Pessel ambil bagian dalam kegiatan yang dipusatkan di SMK Negeri 1 Sutera itu, Selasa (23/5). Adapun tema yang diusung adalah Kearifan lokal budaya Minangkabau menggunakan langgam Kecamatan Sutera dalam acara babako.
Analis Kurikulum Dinas Pendidikan Sumatera Barat Radmil mengatakan, melalui kegiatan P5 diharapkan dapat menggali, melestarikan sekaligus mewariskan kepada siswa tentang kearifan lokal yang ada Minangkabau. Dari Disdik Sumbar, kata dia, saat ini mengangkat tema tentang babako.
“Hampir semua daerah ada prosesi babako. Tapi, satu daerah dengan daerah lain tidaklah sama. Jadi, kita sesuaikan dengan adat salingka nagari atau adat setempat,” kata Radmil.
Radmil mengatakan, tema babako diangkat karena banyak pelajar sekarang yang dinilai tidak tahu dengan bakonya. Padahal, peran bako sangat penting dalam Minangkabau.
“Kita di Minangkabau itu banasab ka bapak, basuku ka Mandeh. Sekarang, banyak yang tidak tahu dengan bakonya, padahal hubungan anak pisang dengan bakonya itu mulai lahir hingga meninggal dunia” jelasnya.
Dikatakan, meski mengikuti garis keturunan ibu, bukan berarti hubungan anak dengan pihak keluarga ayah terputus. Hubungan anak dengan pihak keluarga ayah atau bako, kata dia, akan terus terjalin, mulai dari lahir hingga berakhirnya kehidupan di dunia ini.
Pihak bako, kata dia, ikut berkewajiban mengisi adat dalam berbagai tahap kehidupan anak pisangnya. Mulai dari lahiran, menikah hingga kematian anak pisang tersebut.
Lebih lanjut, ia mengapresiasi kegiatan babako yang diadakan di SMKN 1 Sutera. Ia berharap, nilai-nilai kearifan loka dalam prosesi babako dengan langgam Kecamatan Sutera dapat diketahui dan diwariskan kepada siswa.
“Silahkan berkreativitas asalkan tidak menghilangkan identitas. Karena ada kreativitas yang melenceng atau keluar dari adat. Itu yang mesti kita luruskan,” katanya.
Sementara itu, Kepala SMK Negeri 1 Sutera Lili Suryati mengatakan, acara babako merupakan kegiatan puncak dari P5 untuk peserta didik wilayah Cabang Dinas (Cabdin) VII yang dipusatkan di sekolah tersebut. Kegiatan itu dimulai dari tanggal 22 hingga 23 Mei 2023.
Dihari pertama, kegiatan diisi dengan materi tentang lambang dan simbol adat Minangkabau, tatacara upacara adat dari lahir hingga meninggal. Kemudian, isi juga dengan pengetahuan Minangkabau lainnya seperti Sumbang 12.
“Ibaratnya kemarin itu adalah teorinya, hari ini merupakan prakteknya,” kata Lili.
Lili mengatakan, acara tersebut diikuti oleh seluruh pelajar SMK di Pesisir Selatan. 90 pelajar tercatat terlibat aktif dalam rangkaian acara tersebut.
“Ini sebenarnya adalah alek (pesta) SMK se-Pesisir Selatan bukan hanya alek SMKN 1 Sutera” jelasnya.
Ia menjelaskan, implementasi dari P5 ada sembilan tema, salah satunya ialah kearifan lokal. Ia berharap, nilai-nilai luhur dari kearifan lokal dalam acara babako dapat diambil dan diterapkan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
“Nilai-nilai luhur yang bisa diambil dalam rangkaian acara babako ini adalah kerjasama, jujur, bertanggungjawab serta disiplin,” kata dia.
“Jadi nilai-nilai luhur dari kegiatan babako itulah yang dilihatkan dan disampaikan kepada siswa dan ini yang harus kita contoh sebagai orang minang,” pungkasnya.
Tentang Babako
Dikutip dari bandasapuluah.com, babako merupakan awal dari serangkaian acara resmi perkawinan di Kecamatan Sutera.
Acara ini dilaksanakan oleh calon pengantin ditempatnya masing-masing. Adapun tujuan acara ini sebagai pernyataan kasih sayang dan restu dari pihak bako (keluarga ayah pihak pengantin) terhadap anak pisangnya yang akan menempuh hidup baru.
Rombongan Induk Bako yang berkumpul dirumah salah seorang keluarga dekat ayah ma arak anak pisangnya yang akan menjadi pengantin ditempat kediaman anak pisang itu sendiri untuk “diasoki dengan kumayan dan dilimaui dengan limau harum”.
Kedua macam benda itu melambangkan do’a untuk keselamatan penganten dan melambangkan membersihkan diri lahir bathin serta dorongan untuk memperkuat mental sebelum melangsungkan pernikahan.
Arakan ini dilengkapi dengan sejumlah bawaan sebagai paragiah dan sumbangan dari pihak keluarga ayah.
Bawaan itu antara lain terdiri dari nasi kunyit, sejumlah bahan sandang kain panjang, sarung, beras, dll.
Bahkan bawaan ini dilengkapi dengan perhiasan emas, ternak sapi, kerbau, ataupun kambing, sesuai dengan kemampuan pihak bako. Arak-arakan ini diiringi pula dengan bunyi-bunyian talempong, pupuik sarunai.