BANDASAPULUAH.COM – Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadan, perantau asal Pesisir Selatan di Provinsi Jambi menggelar Tradisi Malamang. Tradisi Malamang di gelar di Rumah Gadang Rang Pasisia, Kota Jambi, Ahad (3/3/2024).
Ketua Umum DPW PKPS Provinsi Jambi Hj Yulinar Saman mengatakan, acara malamang ini rutin digelar setiap tahun dan merupakan tahun ketiga DPW PKPS Jambi mengadakan malamang.
“Kegiatan malamang ini dilakukan untuk mempererat hubungan yang ada antara anggota PKPS yang sama-sama berada di perantauan”, ungkapnya.
Selain itu, acara ini juga dianggap sebagai wujud syukur PKPS dalam menyambut datangnya Bulan Ramadan 1445 Hijriyah.
Dalam acara ini, sebanyak 700 buah Lemang dimasak dan dimakan secara bersama, untuk menyambut Bulan Suci Ramadan.
Ketua Umum DPP PKPS Zulhendri Chaniago mengapreasiasi kegiatan malamang yang dilakukan oleh perantau Pesisir Selatan di Jambi.
Menurut Zulhendri, tradisi malamang saat ini sudah jarang dilakukan. Di Pesisir Selatan sendiri hanya beberapa daerah yang masih melakukannya.
Zulhendri berharap dengan diadakannya kegiatan malamang ini dapat memupuk kebersamaan masyarakat Pesisir Selatan meskipun berada di rantau.
“Malamang bagi masyarakat Minang bukan hanya kegiatan memasak semata, lebih dari itu ada nilai kebersamaan dalam kegiatan malamang ini. Sebab dari itu tradisi malamang tidak bisa dikerjakan satu orang saja dari menyiapkan bahan hingga lamang siap disajikan,” ucapnya.
Dilain kesempatan, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKPS Ahman Nurdin mengapresiasi penuh kegiatan malamang yang dilakukan oleh DPW PKPS Jambi. Menurut Ahman, “Tradisi Malamang” harus terus ditingkatkan agar dapat berlanjut ke generasi berikutnya.
“Malamang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Minang sejak dahulu. Kebiasaan membuat makanan kaya gizi ini sering dilakukan saat acara-acara penting, seperti bulan puasa, lebaran, Maulid Nabi, pengangkatan penghulu adat dan acara besar lainnya,” sebutnya.
Ahman berharap kegiatan malamang ini dapat menjadi ajang promosi ciri khas Pesisir Selatan di perantauan.
“Semoga saja kegiatan seperti ini tetap berkesinambungan, sebab ini adalah ciri khas daerah kita yang harus dipertahankan, meskipun dilakukan secara bertahap sehingga tradisi ini tidak hilang ditengah masyarakat dan dengan adanya kegiatan ini nilai kearifan lokal tetap terjaga dan bisa dipromosikan di Jambi khususnya,” tutup Ahman.