Ia menilai, Pronasa seolah hanya menjadi seremonial belaka, tanpa memberikan dampak nyata pada peningkatan kualitas pendidikan dan moralitas pelajar.
Ia mengkritik bahwa alokasi anggaran untuk Pronasa menjadi pemborosan tanpa hasil yang jelas, dan kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar mencerminkan kegagalan program ini.
Putra Koto XI Tarusan ini menyebut, kasus perundungan yang terjadi menunjukkan bahwa misi kelima Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang beriman, kreatif, dan berdaya saing, telah gagal.
Lebih lanjut, Jafni menyoroti bahwa pada tahun sebelumnya, setelah peluncuran Pronasa pada bulan Mei 2023, juga terjadi peristiwa perundungan.
Bahkan ada pelajar yang ditangkap polisi karena kasus narkoba, menunjukkan bahwa Pronasa yang diluncurkan tidak mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Pesisir Selatan secara signifikan.
Jafni menambahkan dengan satire bahwa Rusma Yul Anwar tampaknya lebih berperan sebagai pemimpin seremonial. Program pendidikan yang diluncurkan tidak mampu meningkatkan kualitas pendidikan Pessel secara signifikan.
Hal ini dibuktikan dengan turunnya rangking Indeks Pembangunan Manusia (IPM), rata-rata lama sekolah, serta angka harapan lama sekolah Pesisir Selatan di Sumbar.
Ia menjelasakan, Pemkab Pesisir Selatan memiliki visi “Mewujudkan Pesisir Selatan Lebih Sejahtera, Maju, dan Bermartabat Didukung Pemerintahan yang Akuntabel dan Profesional”.
Penjabaran visi tersebut mencakup terwujudnya masa depan ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik yang lebih baik, didukung oleh sumber daya manusia yang unggul, profesional, berperadaban tinggi, berdaya saing, berakhlak mulia, serta memiliki wawasan ke depan.
Namun, kasus-kasus kekerasan ini menunjukkan bahwa visi tersebut belum terwujud secara maksimal.
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya