BANDASAPULUAH.COM – Di wilayah Koto XI Tarusan sekarang, pernah punya sejarah Kerajaan dan Nagari Beraja di samping Nagari Berpangulu. Di antaranya 5 Kerajaan lama dan Nagari Beraja di Koto XI Tarusan ini.
Lima Kerajaan itu adalah;
- Kerajaan Sungai Nyalo di Kawasan Mandeh sekarang, pelanjut
- Kerajaan Taratak (Sungai Lundang),
- Nagari Beraja/ Kerajaan Siguntur,
- Kerajaan Sungai Pinang dan dilanjutkan
- Kerajaan Tarusan sepanjang DAS Batang Barus/ Batang Tarusan.
Selain 5 kerajaan di Tarusan ini ada 20 Kerajaan dan Nagari Beraja di Kawasan Pesisir Selatan yang secara historis berperan di pentas sejarah perjuangan bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedua puluh kerajaan lama dan nagari beraja di Pesisir Selatan tadi adalah:
- Kerajaan Puluik-Puluik, Bayang,
- Kerajaan Lumbuang Ameh – Salido,
- Kerajaan Bungo Pasang
- Kerajaan Painan
- Nagari Beraja/ Kerajaan Batangkape (Banda X),
- Kerajaan Taluak (Banda X)
- Kerajaan Teratak (Banda X),
- Kerajaan Surantiah (Banda X),
- Kerajaan Ampiang Parak (Banda X),
- Kerajaan Kambang (Banda X),
- Kerajaan Lakitan (Banda X), (12)
- Kerajaan Palangai (Banda X),
- Kerajaan Sungai Tunu (Banda X),
- Kerajaan Pungasan (Banda X)
- Kerajaan Air Haji,
- Kerajaan Air Pura,
- Kesultanan Inderapura – Rajo Syara’ (Rajo Ibadat),
- Kerajaan Basa Ampek Balai – Tapan (Raja Adat),
- Kerajaan Lunang – Raja Batin (Rajo Alam) dan
- Kerajaan Anak Air (mekaran Kerajaan Indrapura).
Khusus di Tarusan tadi dalam catatan saya, Kerajaan Sungai Nyalo di pantai Barat Sumatera pusatnya di Kawasan Wisata Mandeh sekarang dan pernah dipimpin salah seorang cucu Adityawarman Selarai Pinang Masak. Mun’in Dt. Sari Marajo (2018) menyebut, kerajaan Sungai Nyalo ini berdiri setelah Kerajaan Taratak Sungai Lundang lama mengalami kemunduran dan runtuh.
Setelah Kerajaan Sungai Nyalo mengalami kemunduran pula, maka berdirilah Kerajaan Tarusan. Wilayah Kerajaan ini meliputi wilayah sehiliran DAS Batang Barus atau Batang Tarusan sekarang. Kerajaan Tarusan ini pada pase ke-3 abad ke-19 memanyungi tiga kerajaan kerabat kecil-kecil, yakni (1) Kerajaan Taratak Sungai Lundang lama, (2) Nagari Beraja/ Kerajaan Siguntur dan (3) Nagari Beraja/ Kerajaan Sungai Pinang (Yulizal Yunus, dkk, Kerajaan-kerajaan Lama di Pesisie Selatan di Pentas Sejarah Bangsa, 2018).
Namun diakui belum banyak informasi menjelaskan kesejarahan kerajaan-kerajaan tadi. Terakhir terdapat titik terang dan menggembirakan setelah Tim SURI dipimpin oleh Prof. Dr. Pramono menemukan 231 naskah manuskrip di Tarusan. Dari penggambaran Prof. Pramono guru besar UNAND ini, cukup banyak informasi kesejarahan terdapat dalam manuskrip itu, tidak saja informasi tentang kerajaan-kerajaan lama di Tarusan, bahkan juga informasi lain yang berhubungan dengan kerajaan-kerajaan lama di wilayah Pesisir Selatan sekarang.
Melihat jejak sejarah di Lokasi penemuan 231 manuskrip oleh Pramono di Nagari Duku Tarusan tadi, saya beruntung mendapat kesempatan diajak Prof. Pramono bersama 8 anggota timnya dari SURI itu ke Tarusan ini.
Tim Prof Pramono, dinanti suku Jambak kaum raja Kerajaan Tarusan. Disambut Sultan Ahmad Kosasi Dt. Bagindo Sutan Basa, pewaris Sultan Kerajaan Tarusan. Tim SURI 8 orang dipimpin Prof Pramono dengan anggota tim seniornya M. Yusuf, Nofri Duino Zora, Nur Ahmad Salman, Herbowo, Surya Selfika, Chairullah dan Adit Dermawan.
Dalam pertemuan dengan anggota kaum pewaris sultan Tarusan payung panji kaum jambak itu, Prof Pamono menyerahkan hasil digitalisasi 231 naskah manuskrip Tarusan itu. Juga diserahkan sekaligus abstrak masing-masing naskah kuno itu. Kesempatan untuk selanjutnya dibuka FGD terbatas tim Prof. Promono dan Keluarga Sultan Kerajaan Tarusan AK Dt. Bagindo Sutan Basa.
Raja Kerajaan Tarusan
Dalam catatan saya Kerajaan (Kesultanan) Tarusan berdiri tahun 1640. Sutan (Sultan) pertamanya ialah Sultan Khalifah.
Dari sumber catatan Opet Kasrida, SH (Disdik Pessel tahun 2017, lihat nuga Zaitul Ikhlas Saad dalam Yulizal Yunus 2018) mengutip sumber pewaris kerajaan ini di Duku Tarusan, terdapat beberapa Sultan yang memimpin Kerajaan/ Kesultanan Tarusan.
Di antaranya: (1) Sultan Khalifa Bagindo Sutan Besar dimungkin yang bermakam di Komolek Pemakaman Kaumnya di Bukit Manda, (2) Sultan Kadir Tuanku Rajo Hitam, kedudukan kerajaan pernah di Sungai Talang, makannya dimungkinkan makamnya di Bukit Batu Napa Mandeh, Kawasan Mandeh Resort sekarang, (3) Sultan Salih Rajo Hitan Tuanku nan Garang (kedudukan kerajaan saat itu di Batu Ampa, 1708-1723, dan sultan ini pula kemudian menjadi raja Sungai Pinang, yang makamnya di tampat – makam tua di Bukit Batu Napa Mandeh, Mandeh Resort), (4) Sultan Dayat Bagindo Sutan Besar, kedudukan kerajaan di Nagari Nanggalo, 1738-1753, disebutkan pernah menikahi gadis Salido Satia Wanarani, dan ia wafat di Nanggalo, (5) Sultan Barus Rajo Hitam, kedudukan kerajaan di Tanjung, Nanggalo sampai 19 November 1793, (6) Sultan Kabidun Rajo Hitam digelari juga Tuanku Dipondok, karena kedudukan kerajaan di Pondok dari tahun 1797-1816, wafat dan berkubur di Bukit Batu Napa Mandeh, (7) Sultan Madut Tuanku Rajo Hitam, kedudukan kerajaan di Nanggalo beristana di Rumah Panjang yang dibangunnya sendiri tahun 1854, wafat dan bermakam di Subarang Pondok, (8, 9) Sultan Ismail Bagindo Sutan Basa, semula ia rajo Kerajaan Sungai Pinang, 9 Januari 1855, kemudian pernah diangkat menjadi Regen dan berhenti atas permintaannya, 18 Februari 1876, (9) Sultan Rajo Sutan Parhimpunan Alam, pernah sebelumnya menjadi raja Kerajaan Salido, penghulu kepala di Sungai Pinang, kemudian Tuanku Laras sampai ia minta berhenti 19 Januari 1912 dengan menyerahkan jabatan, bintang penghargaan dan bestluit yang diperolehnya 1 Juni 1881. Makamnya sudah menjadi situs cagar budaya dipelihara negara di di Bukit Manda Jorong Duku Selatan, Tarusan.
Jejak Sejarah
Temuan Prof Pramono, 231 naskah di rumah keluarga pewaris kerajaan Tarusan, yang dibicarakan merupakan bagian jejak sejarah kerajaan ini. Dalam pandangannya dengan temuan wacana text naskah ini, menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan dan tradisi akademik/ intelektual Pesisir Selatan di atas rata-rata Kabupaten Kota di Sumatera Barat.

Temua naskah di Tarusan mendapat respon dari intelektual Pesisir Selatan. Arif Yumardi dari Komisi Informasi Sumbar (2025). Kita berterima kasih kepada tim Prof Pramono. “Untung” dapat diselamatkan kekayaan intelektual itu. Dan, fenomena ini menjadi pembelajaran bagi kita bagaimana kita harus kembali menulis, yang sekarang budaya menulis itu sudah tidak lagi dibudayakan generasi muda sekarang, katanya.
Selain temuan Pramono 231 naskah kuno, juga Komplek Pemakaman keluarga pewaris Kerajaan ini di Bukit Manda, bagian bukti sejarah Kerajaan Tarusan. Saya berkesempatan menziayarahi makam raja-raja di Bukit Manda itu.
Lalu ba’da Zuhur, izin ketua tim Prof Pramono, dengan minta dibantu Fifin Hardianta (43) mengantar saya ke Bukit Manda itu, Senen tengah hari, 6 Oktober 2025 . Justru Ia perawat komplek makam St Perhimpunan Alam yang bergelar Bagindo St Basa itu.

Bukit Manda Komplek Makam Sultan Tarusan ini seperti pulau di kampung saya disebut “munggu” di tengah sawah. Bukit itu dipenuhi mejan tinggi dsn tumbuh, jenis batu air yang dipahat disebutnya dari Nagari Sungai Pinang.
Bukit Manda dilatari Bukit Batu Tagolek, berhadapan dengan gugus perbukitan jauh ke timur ulayat di bukit Subarang Solok. Menarik juga Bukit Manda ini, dilintasi jalan dari Duku, lintas Padang Muko-muko, terus ke barat daya menuju Taluk Puyu (Sungai Tawa) yang dulu juga termasuk bagian Kawasan Mandek Resort.
Di Komplek Pemakaman inilah berpusara Pucuk pimpinan Kerajaan Tarusan ini. Pusaro utama adalah makam Sultan Berhimpun Alam yang sudah direhab Pemkab Pesisir Selatan. Beliau ini bergelar juga Dt Bagindo Sultan Basa dengan fungsi payung panji kerajaan. Artinya Payung Panji ini ialah bergelar Bagindo St Basa. Ini adalah gelar dari St Perhimpunan Alam. Gelar Bagindo St Basa mulai dipakai setelah menikah.

Fifin (2025) menyebut secara kategoris struktur kepemimpinan Kerajaan Tarusan sekarang, di bawah Bagindo Sultan Basa terdiri dari: (1) Imam Katik Rajo sekarang dijabat Imat, (2) Panglimo, sekarang dijabat Etriadi dan (3) Mandeh Sako dijabat Bundo Wani). Selain itu (4) Urang Nan ba-4 ialah: (a) Bangindo Sutan Basa, (b) St Gumala Alam, (c)
St Larangan dan (c) St Rajo Itam.
Payung panji dan pewaris Sultan Tarusan Sultan Ahmad Kosasih Dt. Bagindo Sultan Basa menyebut (2025) pimpinan kaum diperkuat pula dengan 10 pimpinan dalam kaum, sedang diupayakan informasi lebih lanjut.






