BANDASAPULUAH.COM – Minang Diaspora Network Global menggelar Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Minang Sedunia di Hotel Pangeran Beach Padang, 5 Desember 2023.
Kegiatan yang berlangsung marathon dari 3 hingga 13 Desember 2023 ini digelar di empat kota di Sumatera Barat, yakni Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh, dengan mengundang tokoh Minangkabau dari dalam dan luar negeri.
Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah dialog interaktif bertema “Peran Politik Tokoh-Tokoh Minangkabau Dalam Kancah Politik Nasional dan Internasional: Dulu, Sekarang dan Akan Datang”, yang dimoderatori oleh Doni Harsiva Yandra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam paparannya, Dr. Iramady Irdja memaparkan pandangan mendalam tentang karakteristik politisi Minang ideal yang ia sebut sebagai “politisi putih”, yakni mereka yang berlandaskan filosofi ABS-SBK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dengan akhlak mulia, kejujuran, dan kebenaran.
Ia menegaskan, modal utama seorang politisi ideal adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan rasional, hati nurani yang berfungsi, serta keyakinan yang kokoh.
“Orientasi seorang politisi Minang sejati harus untuk kemaslahatan umat, bangsa, dan negara, bukan kepentingan pribadi atau kelompok,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya proses kaderisasi yang terpadu, melibatkan keluarga, Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, sekolah, dan kampus.
Tujuannya adalah melahirkan politisi yang berani, memiliki rasa malu, taat hukum, adil, dan beriman.
Menurutnya, politisi Minang kerap unggul di ekosistem politik yang intelektual, tetapi menghadapi tantangan berat dalam politik yang transaksional dan oligarkis.
“Politisi Minang masa depan harus tangguh menghadapi ekosistem politik yang rumit, dengan tetap berpegang pada akidah politik ABS-SBK,” ujarnya, sambil mencontohkan keteladanan tokoh seperti Muhammad Hatta dan Muhammad Natsir.
Dalam sesi itu, Iramady juga mengulas sejumlah isu ekonomi-politik strategis yang penting bagi Minangkabau.
Ia menyoroti fakta bahwa mayoritas UMKM di Minangkabau (99,9%) lebih fokus pada pemerataan daripada pertumbuhan, serta menyesalkan likuidasi Bank Nasional pada 1990 yang dulunya menjadi simbol perjuangan ekonomi Minang.
Mengenai tanah ulayat, ia menawarkan solusi agar bisa menjadi kekuatan dalam negosiasi investasi dengan mengemasnya sebagai penyertaan saham, sehingga tidak menjadi hambatan investasi.
Ia mengingatkan kembali keberhasilan Program Benteng yang dipelopori tokoh Minang pada 1950-an, yang menginspirasi Malaysia melalui program MARA.
Menurutnya, konsep tersebut perlu dihidupkan kembali sebagai strategi perjuangan ekonomi Minang. Selain itu, ia menyarankan penelitian ulang atas motif Belanda dalam Perang Padri yang menurutnya bukan sekadar konflik antara kaum adat dan kaum agama, tetapi juga perebutan dominasi perdagangan di pantai timur dan barat Sumatera dari pedagang Minang.
Dialog interaktif ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Mayor Jenderal (Purn) Amir Guntur dari Militer Kerajaan Malaysia, pengamat politik Pangi Syarwi, dan jurnalis senior Hasril Chaniago, yang turut memperkaya diskusi mengenai peran strategis tokoh Minangkabau di pentas nasional dan internasional.






