H. Jafri Syair, lahir di Pasar Surantih, 19 Agustus 1941, seorang Entrepreneur dan juga Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI ) yang telah banyak berbuat untuk Kampung Halamannya.
Ia memulai karier sebagai militer setelah bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada Juli tahun 1960 atau sekarang disebut Komando Pasukan Khusus atau Kopassus. Ia lulus menjadi seorang tentara melalui proses seleksi yang ketat. Terhitung ada 500 orang yang mengikuti seleksi dan hanya 20 orang yang diterima untuk bergabung dalam Korps Baret merah tersebut, H. Jafri Syair adalah salah satunya.
Dalam kariernya di dunia militer, H. Jafri Syair ikut berperan aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Diantaranya bersama Letkol. Wijoyo, terakhir pangkat KASKOKAMTIB. Mayor Wijogo Darminto, terakhir Gubernur DKI. Kapten Beny Murdani terakhir Jendral Panglima ABRI. dirinya bersama tim atas perintah Presiden Soekarno untuk menancapkan Bendera Merah Putih di tanah Papua sebelum hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-17 pada tahun 1962. Alhamdulillah, dirinya bersama tim, bisa menancapkan bendera merah putih di tanah Papua sesuai dengan perintah Presiden Soekarno tepat sebelum hari kemerdekaan, sehingga Papua sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Setahun setelah peristiwa tersebut, H. Jafri Syair ditugaskan untuk membina Taruna di Akademi Militer. Salah satu pembesar negeri ini yang dibinanya adalah Sintong Panjaitan, yang kemudian hari menjadi Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana ke-13 pada masa jabatan 12 Agustus 1988 hingga 1 Januari 1992.
Selain itu, pada tahun 1964, dirinya pernah mengawal Kristiani Herrawati atau lebih dikenal dengan nama Ani Yudhoyono. Saat itu, Istri dari Presiden keenam, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono tersebut tengah menempuh pendidikan di SMA Polonia Jakarta. Saat itu, Ayah dari Ibu Negara tersebut, Sarwo Edhie Wibowo tengah menempuh Pendidikan Militer ke Australia.
Tahun 1965, dirinya ditarik ke Batu Jajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat sebagai Guru Militer menggantikan Guru Militer pendidikan Jepang dan Belanda.
Masih di tahun yang sama, ia menempuh pendidikan Jump Master (Pelatih Terjun) dan diakhir tahun, ia mendidik taruna yang kelak menjadi orang penting, seperti : Jendral Musyani Sykur, Jendral Bambang Sumbodo, Jendral Anwar.
Selesai pendidikan SUSTIKO (Kursus Pelatih Komando) dan Latihan terjun bebas pada tahun 1970, Jafri Syair di tugaskan untuk melatih satu batalyon Tentara Diraja Malaysia.
Tahun 1975, dirinya mengikuti pendidikan yang di latih tentara Amerika Serikat (United States Armed Forces) D LG. MTT (Mobile Training Team) Intelijen Timur jauh bersama 20 rekannya selama 5 bulan. dan Lulus Jump Master Amerika FIT FENDER Amerika Del Keahlian.
Pada tahun 1976, ia kembali mendapat tugas untuk membina Taruna Akmil di Magelang. Tapi penugasan kali ini, ia tidak hanya taruna tapi juga yang berpangkat Letnan Satu (Lettu) keatas. Luhut Binsar Penjaitan, Prabowo Subianto,dan Syamsudin adalah anak binaannya yang saat itu mereka masih berpangkat Lettu dan tak lupa Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu masih berpangkat Kapten.
Tahun 1977 ia terbang ke Ambon untuk membentuk batalyon 733. Ia melatih terjun batalyon tersebut di lapangan Pattimura. Batalyon 733 dipersiapkan untuk di kirim ke Timor-Timor guna menghadapi Fretilin disana.
Setelah 31 tahun berkarier di Militer, di tahun 1991, dirinya harus pensiun dari TNI/Kopassus yang telah membesarkan namanya mengabdi untuk Negara dan di beri Fasilitas selama 4 tahun tidak dinas tapi gaji L.PVORASE. Setelah pensiun, sekarang dirinya menjadi Entrepreneur di Cimareme, Bandung, Jawa Barat.
Kendati sukses di Perantauan, dirinya tak serta merta melupakan kampung halamannya. Banyak pembangunan yang ia perjuangkan untuk kemajuan Kecamatan Sutera.
Ia membeli tanah 8.000M² untuk pendirian kantor Camat Sutera, memberikan tanah untuk jalan di pasar Surantih, selain itu, ia juga membina setidaknya 22 Masjid di Kecamatan Sutera.
Tak sampai disitu, ia juga memberikan tanah seluas 200 Ha untuk masyarakat Kenagarian Rawang Gn. Malelo yang tadinya untuk pemeliharaan sapi, melakukan sunatan masal 3 kali untuk anak yatim, memberikan tanah untuk kuburan suku Kampai sawah Laweh, Membangun Surau/Masjid dan membangun renovasi Masjid Muhammadiyah Pasar Surantih lantai dasar untuk kepentingan ibu-ibu pengajian.
Dibidang pendidikan, dirinya membina pesantren Sabilul Jannah yang beralamat di Timbulun, Kenagarian Aur Duri Surantih. Ia membeli tanah bersama masyarakat untuk pendirian SMA N 1 Sutera.
Dan berbagai kontribusi lainnya
Selain itu, ia juga rutin memberikan bingkisan untuk orang miskin/yatim di kecamatan Sutera. Bingkisan tersebut di tahun-tahun sebelumnya 1.000 paket tiap tahun diberikan sekitar seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri.