Mohammad Zen. Foto: dokumen keluarga |
Lalu siapa dokter pertama putra Pesisir Selatan? Jawabannya adalah dr. Mohammad Zen. Namanya mungkin sudah familiar ditelinga masyarakat Pesisir Selatan. Terlebih namanya merupakan nama rumah sakit umum daerah di negeri sejuta pesona itu. Akan tetapi, tak begitu banyak orang yang tau akan sosok yang satu ini.
Mohammad Zen lahir di Tarusan, antara tanggal 28 dan 29 April 1896. Ayah dan ibunya adalah orang asli Tarusan. Bapaknya bernama Tuanku Jibun yang berasal dari Kecamatan Koto XI Tarusan. Nama ibunya tidak diketahui, akan tetapi yang jelas ibunya adalah kaum Caniago Tarusan.
Baca juga: Kesalahan Penulisan Nama dr. Mohammad Zen
Mencius Zen, cucu Mohammad Zen mengatakan tidak begitu mengenal lebih jauh tentang Keluarga Mohammad Zen yg ada di Tarusan. Hal ini lantaran adat di Minangkabau yang menganut sistem Matrilineal, sehingga keluarga dari pihak ayah tidak terlalu banyak diketahui.
Mencius juga mengatakan ayah Mohammad Zen, Tuanku Jibun tidak ada hubungannya dengan Bujang Jibun yang merupakan sebuah legenda di Surantih.
Hal itu diketahuinya dari adiknya, Alm. Kombes Pol Mahavira Zen. Pria yang merupakan lulusan AKABRI 88 itu menyebutkan kepada Mencius bahwa sewaktu ia masih bersekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD) melihat si Jibun dibelakang rumahnya di Jalan Kampung Jawa, Painan.
Kejadian itu disampaikan kepada ayahnya Mohammad Zaini Zen yang saat itu menjabat sebagai Bupati Pesisir Selatan. Mendengar hal tersebut, Mohammad Zaini Zen langsung marah sebab kakeknya bernama Tuanku Jibun bukan si Jibun.
Renaldo Jahja, cucu Mohammad Zen menyebutkan Mohammad Zen merupakan pemimpin kaum Caniago di Tarusan. Gelarnya Datuak Rajo Magek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu Mohammad Zen adalah orang asal Tarusan yang dengan suku Caniago.
Latar belakang ayah dan ibu Mohammad Zen…
Mohammad Zen menikah dengan Siti Darsiah. Siti Darsiah sendiri merupakan anak dari pasangan Ibrahim Amar dan Sariamin yang berasal dari Tambang Salido Kecil yang kemudian keturunannya besar di Painan. Ibrahim Amar merupakan jaksa pertama di Pesisir Selatan sekaligus tuan tanah kala itu.
Dari pernikahan itu, mereka di karuniai tujuh orang anak. Enam laki-laki dan satu perempuan. Anak pertama hingga anak keempat lahir di Bangko, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Anak ke lima sampai ke tujuh lahir di Sawahlunto. Sebab setelah tamat bersekolah di STOVIA, dr. Mohammad Zen ditugaskan menjadi dokter di Rumah Sakit Bangko lalu di tugaskan di Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto.
Ke 6 Putra dan 1 Putri yaitu:
1. Mohammad Zairoel Zen
2.Mohammad Zaghloel Zen
3.Mohammad Zaini Zen
4.Siti Dermatasiah Zen
5.Mohammad Zaenal Zen
6.Mohammad Zoelkifli Zen
7. Mohammad Zoelichram Zen
Mohammad Zen meninggal dunia di usia yang masih muda, yakni di usia 36 tahun. Tepatnya tanggal 20 November 1931. Saat itu terjadi kecelakaan kerja di Pertambangan Ombilin. Karena peralatan medis yang tidak memadai di Sawahlunto, maka korban terpaksa dibawa ke rumah sakit yang lebih besar di Padang dengan Mobil. Saat itu Mohammad Zen duduk di bangku belakang
Saat itu pelintasan kereta api tidak ada penjaga, jika ingin melintas diatas rel kereta api, maka supir mobil harus hati-hati. Karena keadaan yang darurat maka supir langsung melintas dan tidak memperhatikan bahwa ada kereta api yg akan melintas. Ketika melintas rel, tiba-tiba mobil yang ditumpangi oleh Mohammad Zen mogok dan ditabrak oleh Kereta Api. Saat itu Mohammad Zen tertidur di bangku belakang akan tetapi sang supir masih bisa menyelamatkan diri.
Siti Darsiah bersama ketujuh anak-anaknya. Foto: Dokumentasi Keluarga |
Ditinggal suami, Siti Darsiah harus berjuang keras untuk membesarkan anak-anaknya yang masih kecil. Beliau membesarkan anak-anaknya dengan hasil bumi ladang milik kaumnya yakni; Kaum Melayu Painan tepatnya di Simpang Ajinomoto, Painan dan ditambah dari pensiunan suaminya.
Tulisan ini tentunya bukan merupakan sebuah tulisan yang sempurna. Sebagai langkah awal, tulisan ini masih banyak kekurangan di sana-sini. Tapi, sesederhana apa pun, tulisan ini harus dimuat, sedikitnya untuk memperoleh umpan balik bagi perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut. Setidaknya hanya dengan cara ini kekayaan khazanah kita dapat diungkap, dan dengan cara ini pula generasi muda saat ini mengenali tokoh besar di daerahnya.