|
( Ilustrasi/ Instagram ) |
Bandasapuluah.com ,- Mengenal
Panginang dan Pangasuah dalam Pernikahan di Surantih
Adat perkawinan di Nagari Surantih bisa dikatakan hampir sama dengan adat yang berlaku umum di Minangkabau. Di Surantih, Setelah Melaksanakan Ijab Kabul di rumah anak daro, maka Marapulai akan pulang ke rumahnya bersama karib kerabat dan rombongan yang menemani prosesi akad nikah tersebut .
Setelah akad nikah, anak daro akan pergi ke rumah orang tua Marapulai atau sering disebut proses Manjalang Mintuo. Di rumah mintuonya anak daro disandingkan dengan marapulai di pelaminan yang telah disediakan, guna memperkenalkan anak daro pada keluarga marapulai.
Baca Juga
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Malam harinya atau selepas Magrib, akan melaksanakan doa selamatan atas pernikahan mereka. Setelah pembacaan doa selesai anak daro bersama marapulai meninggalkan rumah marapulai untuk kembali ke rumah anak daro. Sejak malam itu hingga seterusnya marapulai menginap di rumah anak daro. Pada malam pertama dan ke dua biasanya marapulai membawa panginang dan pangasuah untuk menemaninya.
Menurut Rusli Dt Rajo Batuah, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Surantih, mengatakan, Panginang dan pangasuah adalah pemandu bagi Marapulai dalam melaksanakan prosesi pernikahan yang berasal dari keluarga induak Bako. Pangasuah dan Panginang bertugas menemani Marapulai sebelum dan sesudah pernikahan. Terkhusus untuk panginang, ia merupakan orang dari induak Bako yang memiliki ilmu bathin atau sering dikatakan “Orang Pintar”.
Ditemaninya Marapulai oleh pangasuah dan Panginang, bukanlah tanpa sebab. Diketahui tujuan ditemani ini adalah untuk memastikan Marapulai aman dan selamat selama di rumah Anak daro. Selain itu, panginang juga menjadi orang yang memastikan anak daro ini perawan atau tidak ,yang berasal dari pengakuan Marapulai.
Bila masih perawan, biasanya panginang dan pengasuh akan pulang, tetapi bila tidak perawan, maka kedua belah pihak akan berunding. Perundingan ini hanya dilakukan oleh pihak Anak daro dan Marapulai tanpa melibatkan pihak luar. Pertama, Marapulai akan menceritakan kejadian yang demikian, lalu akan dipanggil anak daro untuk mengklarifikasi kebenaran dari ucapan sang Marapulai. Dalam perundingan ini, apabila tidak tercapai kata sepakat, Panginang akan mengambil bantal dan akan dibelah oleh Pisau. Bantal itu akan dibawah hingga ke rumah Marapulai, sehingga kapas-kapas akan berserakan sepanjang jalan yang ditempuh oleh Marapulai dan Painang tersebut. Hal yang demikian telah menjadi rahasia umum dalam kehidupan masyarakat Surantih.
Namun, menurut biasanya perundingan tersebut selalu menemui kata sepakat. Biasanya perundingan itu akan berakhir dengan pemberian uang oleh pihak anak daro kepada pihak Marapulai. Dalam masyarakat, uang ini biasanya disebut sebagai uang tutup mulut. Agar rahasia ketidak perawanan anak daro tidak menyebar luas. Walaupun begitu, perkawinan mereka akan tetap berlanjut.
Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow