Kesaktian orang zaman dahulu memang beragam, bahkan ada yang diluar nalar. Seperti Kejadian yang dialami oleh Gadih Basanai yang bisa hidup kembali setelah diberi “Aie Hubungan nyawa” oleh kekasihnya, Aliamat.
Seperti yang diceritakan dalam kaba Gadih Basanai yang dibawakan oleh Pirin Asmara. Diceritakan bahwa kematian Gadih Basanai karena ia melanggar janji yang telah diamanatkan Aliamat.
Sebelum kepergiannya menuju Pagai, Ali meninggalkan “aie cindung paramayan” beserta minyaknya di dalam botol. Menggantungkan di bubuangan rumah bersama sisir, cermin, lengkap dengan bedaknya. Aliamat beramanat selama kepergiannya, janganlah sekali-kali pernah mengunakan benda-benda itu , minyak janganlah dipergunakan, sisir janganlah disisirkan.
Begitu juga dengan cermin dan bedak jangan pernah dipakai. Sebelum ia pulang jangan dilanggar dengan cara mengunakan salah satu benda-benda itu. Kalaulah dilanggar maka dalam waktu tujuh hari bisa tidak akan bisa ditawari, kematian akan datang menjemput.
Gadih Basanai yang tidak sabar menanti kedatangannya Aliamat, akhirnya melanggar pantangan dari Aliamat. Alhasil setelah tujuh hari melanggar pantangan tersebut, Gadih Basanai pun pergi menghadap sang pencipta.
Sebelum meninggal, Gadih Basanai berpesan agar dikuburkan di Puncak Gunung Ledang. Kuburan tersebut tidak boleh ditimbuni. Di atas kuburan berilah payung panji-panji agar dikipas angin. Tujuannya untuk mengipas Aliamat yang berada di Pagai.
Aliamat yang berada di Pagai, tiba-tiba hatinya merasa tidak senang, gelisah menyelimuti dirinya. Merasakan firasat yang demikian, maka berangkatlah Aliamat untuk pulang kerumah. Dalam perjalanan yang mengarungi lautan, tampaklah olehnya tanah kuning di Puncak Gunung Ledang.
Dalam hati ia berpikir siapakah yang dikuburkan di atas puncak Gunung tersebut, mungkinkah itu kuburan Gadih Basanai ? Sepanjang perjalanan Hati Aliamat dirundung keraguan.
Setelah berlabuh, Aliamat langsung kerumah. Saat tiba di rumah tahulah ia bahwa yang meninggal adalah Gadih Basanai. Mendapat kabar yang demikian, berangkatlah Aliamat menuju Puncak Gunung Ledang. Ketika melihat kuburan itu. Dia melihat wajah Gadih Basanai tersenyum padanya. Turunlah Ali ke dalam kuburan dan menangislah Aliamat dalam kuburan menyesali apa yang telah terjadi pada Gadih Basanai.
Dalam meratap dengan memeluk tubuh Gadih Basanai, ketika air mata Aliamat hendak jatuh ke wajah Gadih Basanai. Terdengarlah suara halus disaat hari sedang senja di Puncak Gunung Ledang. Dikatakan bahwa janganlah Aliamat menangisi Gadih Basanai, Kalau ingin Gadih Basanai hidup kembali , berangkatlah ke arah hilir. Tujulah mudik “aie gilo” nanti akan ditemui Lubuk Mata Kucing. Carilah disekitar itu rumah Puti Taruih Mato untuk meminta “aie hubungan nyawa”.
Mendengar hal yang demikian, tanpa pikir panjang Aliamat segera berangkat kearah hilir untuk mencari “air hubungan nyawa” yang berada di rumah Puti Taruih Mato. Setiba dirumah Puti Reno Kapeh, Aliamat langsung mengutarakan maksudnya.
Akan tetapi Puti Taruih Mato akan memberikan air hubungan nyawa apabila Aliamat mau berjanji terlebih dahulu. Janji yang harus dipegang oleh Aliamat adalah apabila Gadih Basanai Hidup kembali, Aliamat tidak akan memperkarakan untung ruginya dan lepas dari semua utang piutang.
Seketika itu, Aliamat menyanggupinya, maka Puti Taruih Mato mengambil aie hubungan nyawa berserta dengan lidi dan diberikan pada Aliamat. Setelah aie hubungan nyawa didapatkan, mohon pamitlah Aliamat pada Puti Reno Kapeh untuk pergi ke Puncak Gunung Ledang.
Sasampai disana diambilnya lidi tiga helai lalu melecutkannya tiga kali pada tubuh Gadih Basanai lalu meminumkan aie hubungan nyawa pada Gadih Basanai. Beberapa saat kemudian bergeraklah tubuh Gadih Basanai. Saat terbangun tampaklah oleh Gadih Basanai dihadapannya Aliamat.
Halaman : 1 2