Tan Sri Dano nama Pantai Taluk, Batangkapas Pisisir Selatan. Terlepas apakah itu tokohnya, yang jelas dalam Banda-X dan Bengkulu, Sri Dano disebut Controleur Balaiselasa J.C. van Eerde tahun 1893 dalam bukunya Puisi Minangkabau yang ditulsinya di Air Haji. Pantai ini bagian dari mapp DTW Pantai, Pesisir Selatan. Peta DTW pantai Pesisir Selatan ini cukup luas dan terdapat di sepanjang pantai 294 km, dari Sunagi Pinang (salah satu kawasan Mandeh Resot) sampai ke Silaut. Mandeh Resort Zona utama, yang lainnya zona pendukung. Pantai Tan Sri Dano (Tan Sri Dano Beach) di Taluk, Batangkapas, Pesisir Selatan ini, satu di antara zona pendukung DTW Pesisir Selatan.
Banyak lokasi alam, sejarah dan budaya yang berpotensi dikembangkan dalam kawasan Pantai Tan Sri Dano. Geo wisata Kawasan Pantai Tan Sri Dano, sudah saya tulis dalam bentuk booklet satu dasawarsa yang lalu (2010). Namun pantai ini baru diresmikan 23 Juli 2016 di Pantai itu sebagai DTW di Pesisir Selatan zona pendukung zona utama Mandeh Resort. Peresminanya dilakukan oleh Bupati Hendara Joni pasangan Wakil Bupati Rusma Yul Anwar ketika itu (sekarang dalam pilkada serentak 9 Desember 2020, Rusma Yul Anwar terpilih menjadi Bupati Pesisir Selatan yang baru, saat ini menunggu pelantikan dalam waktu dekat).
Seperti saya tulis dalam artikel “DTW Pesisir Selatan, Historis dari Zona Utama Mandeh Resort” (viral di Banda Sapuluh, 8 Januari 2021) Pemda Pesisir Selatan berminat mengembangkan Pantai Tan Sri Dano setelah DTW Carocok dan Bukit Langkisau Painan, sebagai zona pendukung Mandeh Resort juga. Pantai Tan Sri Dano terletak di di mulut teluk Nagari Taluk, Kecamatan Batangkapas, Kabupaten Pesisir Selatan, km 101-104 Jalan Raya Padang – Mukomuko dan Kerinci.
Minat Pemkab Pesisir Selatan mengembangkan Pantai Tan Sri Dano ini diungkapkan ketika ia meresmikan dan penetapan nama yang saya usulkan dan saya sejarahkan Tan Sri Dano Beach Taluk, dalam sebuah pesta Nagari bersama mahasiswa KKN Unand, 23 Juli 2016 itu. Dihadiri beberapa OPD terutama Dinas Budaya dan Pariwisa Gunawan. Harapan masyarakat, sudi kiranya Bupati terpilih Rusma Yul Anwar sebagai bagian kinerja proses (performance proses) di eranya , memasukkannya menjadi agenda dalam program prioritas Pesisir Selatan pengembangan zona pendukung DTW Kawasan Mandeh tadi di Taluk.
Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit
Siapa Tan Sri Dano? Ada fakta sosial yang hidup dalam cerita rakyat sebagai bagian tambo alam Nagari Taluk. Tambo yang tak boleh lupa. Dalam pantunnya disebut J.C.Van Eerde (1893):
Diradang radang memasok
Dikirai kirai di banda
Tertangguk ikan gulamo
Dibilang bilang diatok (ratap)
Dicurai curai dipapa(r)
Dibangkit si tambo lama
Nan sebaris tiada hilang
Nan sepatah berpantang lupa
Diceritakan Tan Sri Dano itu ialah panglima di Pantai Barat berulang ke Kualo Taluk.. Dengan gagah beraninya, imperialis Portugis yang berdagang di Taluk,segan kepadanya. Portugis punya bodyguard (budigar) “Rupit” (Upik) namanya. Agus Yusuf (2000) dari Sumber Ibnu Abbas Dt.Rajo Bagindo, 1991) menyebut Upiak itu orang Portugis sendiri. Rupit ganas sekali. Orangnya besar tinggi. Kalau berlabuh di Banda-X Palangai- Balaiselasa, ia menembak kearah darat sampai ke bukit belakang Limau Sundai.
Demikian pula orang Rupit itu ke Taluk membuat salvo ketika masuk di Kualo (Muara) Banda-X Taluk. Mengatasi keganasannya, dibuat strategi pesta malam minum tuak di pesta keramaian Sungai Tuak , Koto Panjang,Taluk (Baca, “Taluk Sejarah Kekalahan Orang Rupit” viral dari Indonesia Satu dan Banda Sapuluh 2020, dan baca pula Sejarah Nagari Taluk dan Kontak/ Agus Yusuf, 2000). Gelas tuaknya bambu runcing, ditekankan ke korongkongannya, berakibat ia taluak-luak muntah dan mati. Makamnya ada di Taluk dengan mejan panjang dan hidup. Peristiwa taluak-luak dan takluknya pimpinan budigar/ Portugis rang Rupit itu, menjadi salah satu namenklatur dalam monografi Nagari Taluak (Taluk) Batangkapas Pesisir Selatan di samping nomenklatur bentuk alamnya yang memang berteluk di apit dua muara sungai.
Tan Sri Dano di samping panglima ia juga ulama dengan Burhanuddin (abad ke-16). Ada yang mengaitkan dengan surau tuo di Painan sebagai sentra dakwah dan pengajaran agamanya.
Makamnya di Nagari Taluk dengan mejan yang indah, namun belum disentuh penelitian Cagar Budaya. Asalnya kampai tangah/ bendang di Taluk, gelar datuknya sudah lama terlipat (tareh tarandam).
Tan pada pangkal nama Sri Dano adalah gelar singkatan dari Sultan (raja), sebagai limpahan kebesaran, kekuasaan dan keperkasaan kepadanya dalam jabatannya panglima pantai barat sampai ke kawasan Bengkulu. Asalnya disebut dari Taluk, Banda-X kerabat kapak radai Alam Surambi Sungai Pagu hunian anak cucu ninik 60 kurang aso (60-1=59) pimpinan Tuanku Rajo Bagindo. Asal usulnya pastilah dari Alam Surambi Sungai Pagu. Kuat dugaan dari suku Bendang nan-4 (berempat) pimpinan Inyiak Majolelo dalam kampai nan-24, yang turun ke Banda-X. Ternyata gelar Sai (Syeikh) Dano, dipopulerkan Sari Dano ada di Banda-X terutama di banda Kambang, banda Palangai, banda Taluk dan di banda-banda (kota pantai) lainnya di Banda-X itu.
J.C.Van Eerde Menyebut Tan Sri Dano
Sari dano disebut pemerintah colonial Belanda. Di antaranya J.C.Van Eerde, Controleur BB te Balai Selasa, pernah menulis buku di Ajer Hadji (Air Haji) Sumatera Westkust (Sumatera Barat) tahun 1893. Judulnya Minangkabausche Poezie (Puisi Minangkabau). Pada halaman 557 ia menyebut sebuah nama besar Sari Dano dalam sebuah puisi (jenis petiti):
Tjino di pasa Bangkulu
Sari Dano ampang limo
Ampunlah sajo dipanghulu
Sambah didjanang katibonyo
(Cina di pasar Bengkulu
Sari Dano panglimanya
Ampunilah saya di penghulu
Sembah di janang ke alamatnya)
Di bagian lain halaman 534 ditulis J.C.van Eerde, menyebut “…martabat duo langgam parasila’an penghulu itulah baruleh limpah bendang ma’adjizat kebasaran daripado radjo Sultan Iskandar Muddaulato Djohan nan badaulat…. (martabat dua langgam duduk bersila penghulu, itulah anugerah dari limpahan suku bendang, mu’jizat kebesaran dari raja Sultan Iskandar Muda Johan yang berdaulat …” . Juga disebut martabat penghulu anugerah limpahan suku bendang mu’jizat kebesaran dari tiga raja beradik berkakak, raja yang memerintah di Romawi (Sultan Maharaja Alif, yang tua), Raja yang memerintah di Cina (Sultan Maharaja Depang, yang tengah) dan raja yang memerintah di Minangkabau (Sri Sultan Maharaja Diraja , yang bungsu).
Ada kata bendang, dan nama-nama: Sari Dano (Sultan/ Tan Sri Dano), Sultan Iskandar dan tiga raja di Romawi, Cina dan Minangkabau bagian dari sejarah Pantai Barat kawasan Banda-X dan Alam Surambi Sungai Pagu sebagai pucuk rantaunya. Bendang dilihat dari Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu, berada dalam susunan suku kampai nan 24 ibu. Susunan suku kampai 24 ibu itu dipimpin Tuanku Rajo Bagindo di Balun Alam Surambi Sungai Pagu, Solok Selatan, Sumatera Barat. Suku kampai 24 ibu itu terdiri dari: (1) Bendang nan-4 (berempet) dipimpin Inyiak Majolelo, dengan 4 datuknya yakni: Datuk Rajo Alam Nagari, Datuk Bando Putiah, Datuk Saidano (Sari Dano?) dan Datuk Rajo Kobo, (2) Kampai Tangah Nyiur Gading nan-8 (Delapan) dipimpin Inyiak Tan Tejo Dirajo, didukung dengan 8 datuk: Dt.Garak Bumi, Datuk Rajo Batampat, Datuk Bagindo Sati, Datuk Rajo Pasero, Datuk Rajo Bukik, Datuk Rajo Mandirikan, Datuk Rajo Bandaro dan Datuk Sutan Nan Kodo; (3) Kampai Sawah Lawe nan-7 (bertujuh) dipimpin Inyiak Rajo Diace, dengan 7 datuk yakni: Datuk Datuk Sandi Urang Batuah, Datuk Rajo Bintang, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk Lembang Bukik, Datuk Rajo Saalam, Datuk Rajo Nagaro, dan Datuk Unggun Dadak Jelatang; dan (4) Kampai Air Angat nan-5 (berlima) dipimpin Inyiak Rajo Penghulu dengan 5 datuk: Datuk Gantar Alam, Datuk Senggayo, Datuk Ganti Batuah, Datuk Timbu Batuah dan Datuk Rajo Paranggi.
Dalam catatan saya (diminta koreksi), dahulu struktur kampai nan-24 : 1 Rajo Tuanku Rajo Bagindo, 3 Inyiak: Inyiak Majolelo, Inyiak Rajo di Ace dan Inyiak Rajo Panghulu, 24 Datuk didukung 11 struktur pelaksana pemerintahan adat yakni: (1) Sandi Tuanku Rajo Bagindo, Datuk Urang Batuah, (2) Urang Gadang, Datuk Rajo Bintang, (3) Manti, Datuk Ganti Batuah, (4) Jorong, Datuk Rajo Garak Bumi, (5) Ampang Limo, Datuk Singo Rayo Putiah, (6) Hulu Balang, Jo Intan, (7) Juaro, Jo lahir , (8) Qadhi, Datuk Kali Bandaro, (9) Urang Tuo, Datuk Bagindo Rajo Bukik, (10) Kehakiman, apakah urang tuo itu juga ?, (11) Khalifah, Datuk Rajo Saalam.
Kuat dugaan asal usul Tan Sri Dano di Taluk Panglima Pantai Barat Sumatera itu, dari Sari Dano Bendang nan-4 dalam susunan Kampai nan-24. Justru asal usul penduduk Taluk dari sana juga. Nama besar Tan Sri Dano ini, dipakai menjadi nama Pantai Tan Sri Dano Taluk, seperti juga saya sebut dalam booklet saya “Tamasya ke Kawasan Wisata Taluk, 2010”, yang zona utamanya terletak di rute Km. 101-102 Jl. Padang – Kerinci – Mukomuko, atau 26 km dari Painan ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan.
Rute Zona Pendukung Tan Sri Dano Taluk
Ada tiga tokoh era kontemporer berpengaruh di Nagari Taluk, Jenderal TNI (Purn) Anwar Muis, Kol-Inf TNI Purn Syamsu Anwar, pakar sejarah Agus Yusuf di samping tokoh agama dan adat lainnya yang ada. Mereka sering bercerita, dari ceritanya saya record, setidaknya ada 3 rute DTW di sekitar Pantai Tan Sri Dano Taluk itu. Rute I Zona Utama DTW TanSri Dano Beach, ada bebeapa lokasi sekitarnya: (1) Pantai Tan Sri Dano, (2) Makan Tan Sri Dano, (3) Nyiur Malambai di Bukit Taratak selatan Taluk, (4) Batu Basaok, (5) Tampat, (6) dan Makam Rupit Bodyguard (Budigar) Portugis.
Rute II Zona pendukung ada beberapa lokasi: (1) Lubuak Bujang Juaro, , (2) Batu Layang-layang, (3) Batu Bacatua, (4) Sungai Tuak, (5) Batu Palano, dan (6) Koto Panjang Legenda Jin 1000 dan Hariman Panjang-9.
Rute III Zona Pendukung ada beberapa lokasi: (1) Batu Kudo, (2) Sarasah, (3) Batu Putiah, (4) Batu Guluang Kasua, (5) Bukit Kampung Mandeh Rubiyah, dan (6) Pincuran Tujuah.
Berada di zona utama pantai Tan Sri Dano Beach di kawasan Pasir Taluk Indah Harapan Taluk pada pagi hari, mata hari pagi langsung menerpa pantai, karena pantai berada sebelah barat, memanjang dari utara ke selatan. Posisinya berada di kampung Taluk Limpaso kawasan Pasir Indah Harapan. Kawasan ini merupakan daerah perluasan Nagari Taluk, Batang Kapas. Punya kawasan pantai yang indah.
Pantai Tan Sri Dano lurus memanjang dari Utara ke Selatan, lebih kurang 2 km, mulai dari Ujung Pancin (Batu Manjongo/ tanjung berbatu di utara) sampai ke Batu Manjongo (tanjung berbatu di selatan) dan Ayia Mati (Air Kering) di lokasi pelabuhan Banda-X pelabuhan Banda (kota pantai) Taluk dahulu. Sekarang pantainya teduh dengan penghijauan pantai asli dari Taluk yakni awua tongga sejenis cemara laut dengan musik alam gedebur ombak yang indah. Ada permainan anak-anak di Sungai Taluk.
Dulu pantai ini merupakan gerbang salah satu Bandar dari Bandar 10, yakni Bandar Taluk. Bandar dimaksud adalah kota pantai yang permai dengan perdagangan hasil hutan dan hasil bumi lada termasuk emas, banyak dimasuki kapal dagang asing, karena memang pantai barat Sumatera sejak abad ke-16 sudah ramai tempat percaturan dagang kapal-kapal asing setelah pantai timur Sumatera. Pusat Perdagangan Jalur perairan di Taluk ini gerbangnya di pantai Tan Sri Dano ini yang dikawal panglima penjaga keamanan dan ketahan kota pantai itu Tan Sri Dano.