Perburuan Zaini Zen Gagal, Lumpo Dibombardir Belanda

Minggu, 23 Maret 2025 - 22:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masjid Raya Pahlawan Lumpo, saksi bisu sejarah saat Belanda membombardir daerah tersebut saat Agresi Militer Belanda II

i

Masjid Raya Pahlawan Lumpo, saksi bisu sejarah saat Belanda membombardir daerah tersebut saat Agresi Militer Belanda II

BANDASAPULUAH.COM – Agresi Militer Belanda II tahun 1948 menyisakan kisah perjuangan heroik Letnan Zaini Zen, perwira TNI yang menjadi buruan utama penjajah di Pesisir Selatan. Meski diburu dengan segala cara, Zaini Zen berhasil bertahan dan terus melakukan perlawanan, sementara daerah Lumpo dibombardir sebagai bentuk kekejaman Belanda.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda kembali berusaha menguasai bekas jajahannya dengan melancarkan Agresi Militer II pada tahun 1948.

Baca Juga :  Daftar Lengkap Nagari dan Kampung di Kecamatan IV Jurai

Pada saat itu, Pemerintah Indonesia terpaksa memindahkan pusat kekuasaan ke Bukittinggi, Sumatera Tengah, dan membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di bawah pimpinan Syafruddin Prawiranegara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di tengah situasi genting itu, Letnan Zaini Zen menjadi salah satu target utama Belanda. Sebagai Komandan Tentara Divisi Banteng Sektor Selatan yang meliputi Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci, ia dianggap ancaman besar bagi kolonial.

Baca Juga :  Mendes Akan Ceritakan Kesuksesan Bumnag Tirta Gunung Talau Pessel ke Seluruh Indonesia

Pemimpin agresi militer Belanda bahkan menginstruksikan pembunuhan terhadap seluruh prajurit TNI di Sumatera, termasuk Zaini Zen.

Untuk menghindari perburuan, Zaini Zen bersama istri, anak, dan pasukannya harus bergerilya dari hutan ke hutan di Pesisir Selatan hingga Kerinci.

Baca Juga :  Setelah Setengah Abad, Akhirnya Putra Painan Kembali Pimpin Pesisir Selatan

Perjuangan bertahan hidup begitu berat, terutama saat ia terpaksa berpisah dengan istrinya, Syamsinur, dan anaknya yang baru berusia sekitar satu tahun.

Dengan pengawalan beberapa orang saja, Syamsinur berlindung di hutan-hutan Batangkapas hingga Surantih.

Klik selanjutnya untuk melanjutkan membaca…

Follow WhatsApp Channel m.bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ke Rumah Pewaris dan Makam Pewaris Sultan Tarusan.
Harimau Sumatera dalam Kearifan Adat-Budaya di Minangkabau
Tokoh Adat dan Ulama Sumbar Tolak Pendaftaran Tanah Ulayat dalam Permen ATR-BPN 14/2024
Ini Sejarah dan Filosofi Tari Kain, Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan
Jejak Keindahan Pesisir Selatan dalam Catatan Penjelajah Asing
Mengenal Posisi dan Ragam Sumando di Minangkabau
Profil Abdul Karim Rasyid: Pejuang, Jenderal, dan Dubes Pertama RI di Kamboja dari Pesisir Selatan
Mengenal Zairoel Zen: Putra Pesisir Selatan yang Menjadi “Orang Dekat” Jenderal AH Nasution

Berita Terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 07:25 WIB

Ke Rumah Pewaris dan Makam Pewaris Sultan Tarusan.

Jumat, 29 Agustus 2025 - 08:59 WIB

Harimau Sumatera dalam Kearifan Adat-Budaya di Minangkabau

Senin, 26 Mei 2025 - 11:50 WIB

Tokoh Adat dan Ulama Sumbar Tolak Pendaftaran Tanah Ulayat dalam Permen ATR-BPN 14/2024

Minggu, 27 April 2025 - 10:02 WIB

Ini Sejarah dan Filosofi Tari Kain, Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan

Senin, 14 April 2025 - 16:43 WIB

Jejak Keindahan Pesisir Selatan dalam Catatan Penjelajah Asing

Berita Terbaru

Saya harap itu hoax, Pak!

Nasional

Saya harap itu hoax, Pak!

Jumat, 5 Des 2025 - 15:24 WIB