BANDASAPULUAH.COM – Agresi Militer Belanda II tahun 1948 menyisakan kisah perjuangan heroik Letnan Zaini Zen, perwira TNI yang menjadi buruan utama penjajah di Pesisir Selatan. Meski diburu dengan segala cara, Zaini Zen berhasil bertahan dan terus melakukan perlawanan, sementara daerah Lumpo dibombardir sebagai bentuk kekejaman Belanda.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda kembali berusaha menguasai bekas jajahannya dengan melancarkan Agresi Militer II pada tahun 1948.
Pada saat itu, Pemerintah Indonesia terpaksa memindahkan pusat kekuasaan ke Bukittinggi, Sumatera Tengah, dan membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di bawah pimpinan Syafruddin Prawiranegara.
Di tengah situasi genting itu, Letnan Zaini Zen menjadi salah satu target utama Belanda. Sebagai Komandan Tentara Divisi Banteng Sektor Selatan yang meliputi Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci, ia dianggap ancaman besar bagi kolonial.
Pemimpin agresi militer Belanda bahkan menginstruksikan pembunuhan terhadap seluruh prajurit TNI di Sumatera, termasuk Zaini Zen.
Untuk menghindari perburuan, Zaini Zen bersama istri, anak, dan pasukannya harus bergerilya dari hutan ke hutan di Pesisir Selatan hingga Kerinci.
Perjuangan bertahan hidup begitu berat, terutama saat ia terpaksa berpisah dengan istrinya, Syamsinur, dan anaknya yang baru berusia sekitar satu tahun.
Dengan pengawalan beberapa orang saja, Syamsinur berlindung di hutan-hutan Batangkapas hingga Surantih.
Klik selanjutnya untuk melanjutkan membaca…
Halaman : 1 2 Selanjutnya