Para penguasa baru kemudian ditunjuk untuk memimpin daerah-daerah itu, sementara Radja Kambang ditangkap pada tahun berikutnya dan diasingkan ke Batavia.
Sepuluh tahun sebelumnya, Kambang juga pernah mengalami luka pahit akibat kekerasan Belanda.
Tepatnya di daerah Tampunik, lebih dari 200 rumah dibakar oleh pasukan yang dipimpin Jacob van Axele, seorang komandan Belanda di Pulau Cingkuk.
Aksi brutal ini dilakukan sebagai hukuman atas pembangkangan masyarakat setempat.