Tindakan brutal ini menimbulkan ketakutan besar di kalangan masyarakat Sumatera.
Akibatnya, wilayah selatan, termasuk Indrapura, kembali tunduk pada kekuasaan Belanda. Beberapa dari mereka dihukum dengan denda uang.
Namun, setelah situasi tampak mereda, muncul lagi pemberontakan di daerah lain. Pada tahun 1745, perlawanan kembali terjadi, kali ini di Kambang, Surantih, dan Amping Parak.
Perlawanan ini dipicu oleh hasutan seorang raja dari Minangkabau yang dikenal sebagai Radja Maningkabo.
Belanda menganggap pemberontakan ini sebagai “gangguan kecil,” namun aksi tersebut tetap mengguncang stabilitas kekuasaan mereka.
Rakyat di Kambang, Surantih, dan Amping Parak berjuang melawan dominasi kolonial dengan penuh keberanian.
Sayangnya, kekuatan militer Belanda yang lebih besar dan lebih terorganisir berhasil meredam perlawanan tersebut.
Klik selanjutnya untuk melanjutkan membaca…
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya