Sementara Ogak merupakan alat pembawa barang yang berbentuk bakul pajang yang diletakan dipunggung dengan kepala sebagai penyangga tali beban barang yang dibawa oleh seorang tukang ogak.
Pada tahun 1903, seiring dengan pembangunan jalan oleh VOC dari Padang menuju Sungai Penuh, aktivitas perdagangan di Pasar Lamo dipindahkan ke lokasi yang kini dikenal sebagai Pasar Surantih sekarang.
Pemindahan ini bertujuan untuk memudahkan akses transportasi dan distribusi barang. Namun, pada awalnya, masyarakat menjalankan aktivitas pasar di Pasar Surantih masih berjualan di bawah pohon-pohon kayu besar. Lokasi Pasar Surantih saat itu masih berupa hutan rimba.
Pasar Surantih baru resmi dibuka sebagai pasar pada tahun 1933, setelah los besi dari Pasar Padang Api-api dipindahkan.
Kayu-kayu besar di area tersebut kemudian ditebangi, sehingga Pasar Surantih mulai memiliki sarana pasar yang layak meski sekitarnya masih berupa hutan belantara.
Selain Pasar Lamo dan Pasar Surantih, Nagari Surantih juga memiliki beberapa pasar pendamping yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi bagi masyarakat di pedalaman.
Pasar pendamping pertama adalah Pasar Lubuk Angik, yang terletak di pinggiran Batang Surantih, tepatnya di balik Bukit Simpudiang, Kampung Gunung Malelo.
Pasar ini melayani masyarakat sekitar yang membawa hasil bumi mereka ke pasar menggunakan rakit bambu.
Pasar pendamping kedua adalah Pasar Balai Selasa, yang hari pasarnya dilaksanakan setiap hari Selasa. Pasar ini berada di Kampung Koto Panjang di pinggiran Batang Surantih.
Namun, pada tahun 1949, kegiatan pasar di Balai Selasa dihentikan akibat Agresi Militer II Belanda yang menyerang Nagari Surantih.
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya