Bayang ke Arah Serambi Mekkah : Jadi Sentra Pendidikan Islam di Pessel

Redaksi
29 Mar 2021 02:15
Sejarah 0 36
22 menit membaca

Pelaksanaan otonomi daerah seperti juga di Bayang sama dengan nagari-nagari lain di Sumbar menggunakan sistem kembali ke nagari dan mengambil basis surau.

Secara historis, keotonomian Bayang pernah menjadikan surau sebagai basis perjuangan mengusir penjajah, sekaligus basis menigkatkan kesejahteraan dan keamanan masyarakat melalui motivasi agama yakni membangun ekonomi berbasis surau serta membangun pendidikan umat.

Secara kategoris paradigma lama secara empiris telah teruji, bahwa surau efektif dijadikan basis dalam mebangun masyarakat nagari. Surau dijadikan pusat gerakan peningkatan kesejahteraan dan keamanan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kenapa tidak paradigma surau perlu dibangkit lagi?.

Paradigma ini pun sejalan dengan renstra dearah bersumber dari master/ action plan Pesisir Selatan 2005 – 2010 yang salah satu konsentrasi pembangunannya ada pilar agama yang memberikan perhatian kepada surau di samping pilar budaya dan ekonomi.

3. Lingkungan strategis Bayang

Lingkungan strategis (Lingstra) Bayang sejak dahulu sampai sekarang amat luas, mencapai lingkung tatanan kehidupan internasional yang sekarang penuh dengan pengaruh global sekaligus perkemangan regional dengan Asean + 3 (plus there: Cina, Jepang dan Korea Selatan), perkembangan nasional sekaligus daerah. Pengaruh lingstra itu memberikan tantangan hebat tetapi justru menciptakan peluang, asal saja tidak digerogoti buta fungsional (buta perkembangan).

Secara internasional, misalnya perkembangan di Timur Tengah, sejak abad ke-17 sampai awal abad ke-20 Bayang sudah bisa memetik peluang pasca mencermati berbagai tantangan internasional. Para pelopornya ialah para tokoh misalnya Syeikh Buyung Muda dari Puluikpuluik, Syeikh Muhammad Dalil sesudah ayahnya dari Pancuang Taba, H. Ilyas Yacub pada awal mula pemimpin pemuda Islam Indonesia di Timur Tengah.

Sekarang tokoh kontemporer Afdhil tokoh fungsional Dewan Dakwah Nasional misalnya berhasil pula meraih peluang dari Kuwait membangun sarana pendidikan agama di Bayang yakni sekolah Al-Madrasah Al-`Arabiyah yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan serta pusat Islam di Daerah ini.

Pengambilan peluang sperti ini, perlu ditiru Gebu Pessel dalam melanjutkan membangun Islamic Centre. Lingkungan Regional ada peluang Bayang memperkuat ekonomi umat dengan menciptakan strategi produk unggul pertanian, sepeti kembali Bayang menjadi kawasan penembangan perkebunan lada rakyat sekaligus menjadi pusat perdagangan lada itu.

Produk kebun andalan lada itu dapat bersaing di pasar bebas, akan memikat segi tiga pertumbuhan sub regional Asean IMS-GT dan IMT-GT bahkan Asean+3. Bahkan berpeluang secara historis kembali meraih investasi Belanda yang pernah bersejarah dengan lada Bayang.

Di samping itu merebut kesempatan dalam memanfa’atkan peluang triple-T (3-T) globalisasi, yakni (T)ourism/ travel seperti telah ada upaya mengembangkan aset wisata Bayang seperti jembatan aka, welkun, air terjun ekor kuda, pengembangan kawasan batu puti dan gadih basanai dsb., (T)ransportasi, seperti Afdhil telah memulainya dengan membeli dan mengoperasikan Bus Wisata yang hasilnya untuk meringankan beban biaya Al-Madrasah Al-`Arabiyah yang didirikannya itu atas bantuan negara Arab; dan (T)elekomunikasi, seperti telah dimulai di Bayang berdirinya Wartel sebagai jendela dunia merebut kesempatan melalui informasi yang diraih dari hasil telekomunikasi itu.

Dari perkembangan kehidupan nasional dan daerah terutama daerah tetangga, banyak peluang yang dapat diraih, belajar dari perkembangannya. Dari perkembangan nagari di daerah tetangga, dapat menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mewujudkan nagari yang utuh di Bayang.

Tahap awal telah dimulai kerelaan seorang putra Bayang eksekutif di rantau mengabdi sebagai pjs. Walinagari di Pasar Baru, dikukuhkan dalam perayaan nagari yang dihadiri Bupati Darizal Basir dan Gubernur Sumbar Zainal Bakar. Perhatian yang demikian besar dari daerah, juga merupakan peluang Bayang ke arah nagari sarambi Makkah.

4. Proses Bayang ke Arah Sarambi Makkah

Bayang ke arah Sarambi Makkah, altenatif terkuat bisa berwujud SPI “Sentra Pendidikan Islam” di Pesisir Selatan. Memproses kebijakan ini, secara sistematis diperlukan tiga komponen, yakni komponen subjek (pelaksana), komponen okjek (unit program) dan komponen methode (strategi dan upaya).

a. Subjek pembangunan

 Komponen subjek setidaknya tiga unsur yakni unsur pemerintah dan masyarakat Bayang serta unsur swasta dalam/luar Bayang. Pemerintah (nagari) dan jaringan pemerintahan antar nagari sebagai pelaksana (berfungsi simbol fungsi rajo tigo selo Minangkabau: undang/ rajo alam, adat/ rajo adat, syara’/ rajo ibadat) mengambil kebijakan dan menuangkannya dalam rencana strategi (renstra) nagari, agar dapat memfasilitasi terwujudnya Bayang sebagai pusat (sentra) pendidikan Islam, dan adat basandi syarak tesosialisasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dalam bentuk kehidupan penuh dengan nuansa Islami, dipraktekan syara’ mangato adat mamakai.

Demikian pula, unsur masyarakat sebagai unsur pelaksana nagari dapat lebih banyak berkifrah secara mandiri mebangun nagari sendiri. Artinya tidak terlalu banyak tergantung dengan pemerintah untuk membangun nagari sendiri, dengan sendirinya meringankan beban pemerintah, hanya tugas pemerintah memfasilitasi.

Demikian pula unsur swasta dapat dirangkul oleh pemerintah serta unsur masyarakat, sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan aturan yang berlaku. Unsur swasta ini dengan kemampuan investasinya amat berpotensi membantu terlaksananya kebijakan yang ditetapkan “Bayang ke arah Sarambi Makkah”.

b. Objek pembangunan

Objek yang akan dibangun dalam kebijakan “Bayang ke arah Sarambi Makkah”, diarahkan perwujudan Bayang sebagai Sentra Pendidikan Islam.

Sentranya itu kembali mendirikan surau model, setidaknya mengidentifikasi surau Buyung Muda abad ke-17 dulu yang penuh dengan nilai sejarah perjuangan agama dan bangsa serta kesejahteraan rakyat melalui motivasi agama.

Pelaksanaan arah kebijakan ini diperlukan sebuah metode yang secara substansi meliputi strategi dan upaya-upaya pelaksanaannya.

c. Metode pengembangan

Mewujudkan satu kebijakan ”Bayang ke arah Sarambi Makkah” diperlukan setidaknya dua strategi dan lima upaya-upaya.

1). Strategi Diperlukan dua strategi yakni

 (a) Cara Surau model alternatif sebagai sarana sentra pendidikan Islam dan

(b) Kiat sejahterakan masyarakat lewat motivasi agama, dalam bentuk wujud pengembangan kawasan perkebunan lada nagari meraih investasi dalam/ luar negeri.

2). Upaya Dibutuhkan setidaknya lima upaya dalam bentuk misi yakni

(a) membangun surau percontohan di nagari sebagai sarana pusat pendidikan Islam dan adat,

(b) memberdayakan SDM pelaksana (pemerintah, masyarakat, swasta) termasuk pendidik muslim yang akan bertugas di pusat pendidikan.

Pemberdayaan itu dengan tiga cara yakni memberi pendidikan, pendampingan dengan tenaga ahli dan advokasi,

(c) menetapkan arah dan program jaringan pusat pendidikan Islam dan adat,

(d) menjadikan surau model sebagai pusat pembinaan kelompok ekonomi rakyat,

(e) mengadakan kawasan kebun lada nagari sebagai aset penting ekonomi pembiayaan pusat pendidikan Islam dan adat.

5. Kondisi Ideal Sentra Pendidikan Islam Bayang

Secara ideal tujuan akhir (visi) menjadikan Bayang Sarambi Makkah, adalah terwujudnya sentra pendidikan Islam dan adat yang mantap di Bayang, tersedia sarana dan prasarana dan tersosialisasinya Islam dan adat menjadi/ sebagai prilaku dalam kehidupan bernagari masyarakat.

Kalau Bayang dalam sejarah lama pernah menjadi sentra pendidikan dan pusat pengembangan Islam serta konsentrasi para pejuang yang berbasis pada jaringan suraunya di Puluikpuluik, maka dalam upaya ke depan Bayang dalam perspektif nagari masa depan, amat diperlukan, Bayang menggali nilai sejarah lama, nilai dari kondisi objektif dan paradigma daerah.

Nilai-nilai itu kemudian dikristalisasikan dan disosialisasikan dengan mencari event penting dalam momentum (kesempatan baik atau peluang) dan kendala lingkungan stategis Bayang sekarang, sehingga dalam perjalanannya sekarang diharapkan punya arah yang jelas menuju kehidupan bernagari yang penuh dengan dimensi agamis dan beradat bersumber dari undang, syarak dan adat.

Dalam upaya proses ke arah itu pada tahap awal, amat dihargai forum seminar “Bayang ke arah Sarambi Makkah” ini, karena forum ini praktis dijadikan sebagai event untuk mendialogkan secara kritis kristalisasi dan sosialisasi nilai sejarah budaya, agama dan pilar ekonomi rakyat Bayang.

Bayang, 20 Desember 2001 Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo Halaman:

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *