Setelah Setengah Abad, Akhirnya Putra Painan Kembali Pimpin Pesisir Selatan

Rabu, 30 Desember 2020 - 11:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hampir setengah abad menunggu, akhirnya putra Painan kembali menjadi orang nomor satu di Pesisir Selatan (Pessel).

Terakhir kali putra Painan yang menjabat sebagai bupati di negeri sejuta pesona tersebut adalah Moh. Zaini Zen. Berdasarkan data dari Bagian Pemerintahan Sekretariat Kabupaten Pesisir Selatan, Zaini Zen menjabat dari tahun 1967 hingga 1972.

Zaini Zen lahir di Bangko, pada 21 Desember 1923. Merupakan anak ke-3 dari pasangan Moh. Zen dan Siti Darsiah. Moh. Zen sendiri merupakan putra Pesisir Selatan pertama yang menjadi dokter dan namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit didaerah tersebut yakni; RSUD Dr. M. Zein.

ADVERTISEMENT

space kosong

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meskipun nama RSUD tersebut sebenarnya salah dan tak sesuai dengan tokoh yang dimaksud. Bahkan hingga hari ini, kesalahan tersebut belum jua kunjung di perbaiki.

Zaini Zen merupakan seorang tentara dan juga pejuang kemerdekaan republik Indonesia. Pangkat terakhirnya dalam dunia kemiliteran adalah Letnan Kolonel (Letkol).

Karir militernya dimulai di zaman kependudukan Jepang. Kala itu Jepang membuka pendaftaran untuk menjadi tentara giguyun atau PETA. Zaini Zen muda yang merupakan tamatan MULO mendaftarkan diri. Ia diterima dengan pangkat Letnan.

Baca Juga :  Penipu Modus Masuk Polisi Ditangkap Polres Pessel, Korban Ditipu Rp120 Juta

Setelah Indonesia Merdeka, ia ditugaskan menjadi Komandan Tentara Divisi Banteng Sektor Selatan daerah Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci.

Ketika Agresi Militer Belanda II, Zaini Zen merupakan target utama yang harus dibunuh. Sehingga, ia terpaksa harus bergerilya di hutan Pesisir Selatan dan Kerinci. Selama bergerilya, ia harus berpisah dengan istri dan anak-anaknya.

Pada tahun 1950 atau setelah Agresi Militer Belanda II, Zaini Zen naik pangkat menjadi kapten dan ditarik ke Kota Padang menjadi perwira penghubung di Divisi Banteng atau juru runding dengan Belanda. Selain itu, ia juga dipercaya sebagai Kepala Bagian Perlengkapan di Divisi Banteng.

Ia juga pernah ditugaskan sebagai Komandan Militer Kota Padang dengan pangkat Mayor pada tahun 1955. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Inspektorat Kehakiman Angkatan Darat di Jakarta. Jabatan terakhirnya di dunia militer adalah sebagai Hakim Militer atau Kepala Inspektorat Kehakiman KODAM IV Sriwijaya.

Mencius Zen, putra Zaini Zen menyebut sebelum menjadi bupati, Zaini Zen sebenarnya memiliki kesempatan karir militer yang bagus.

“Saat menjabat sebagai Kepala Inspektorat Kehakiman Kodam IV Sriwijaya, sebenarnya bapak memiliki kesempatan untuk meningkatkan karirnya. Yakni Mengikuti Pendidikan di West Point Amerika Serikat atau menjadi Kepala Wilayah Perusahaan Pertamina (daerah Sumatera) yang berkedudukan di Palembang,” terang Mencius kepada bandasapuluah.com.

Baca Juga :  Polisi Usut Kasus Perundungan Perempuan yang Diarak ke Laut dan Ditelanjangi di Pessel

Akan tetapi takdir berkata lain. Tenyata ada beberapa orang Ninik Mamak, Cerdik pandai yang mewakili Rakyat Pesisir Selatan datang ke Palembang untuk meminta Zaini Zen menjadi Bupati Pesisir Selatan.

“Akhirnya, bapak memilih membangun kampung halamannya ketimbang karirnya di kemiliteran. Jadi beliau tidak ditunjuk oleh Pemerintah Pusat untuk jadi Bupati tetapi rakyat Pessel yang meminta beliau untuk memimpin mereka,” Mencius menambahkan.

Selama menjabat sebagai bupati, sebut Mencius, banyak tokoh pusat yang berkunjung ke Pesisir Selatan apalagi tokoh militer. Hal ini karena kedekatannya yang baik dengan pusat.

Setidaknya, Letjen (Purn.) Ali Martopo sudah tiga kali menginjakkan kakinya di Pessel. Bahkan mantan wakil presiden Indonesia pun juga pernah berkunjung ke Pessel yakni Jenderal (Purn.) Umar Wirahadikusumah. Selain itu ada pula Letjen (Purn.) Ahmad Yunus Mokoginta dan beberapa tokoh militer lainnya.

Berita Terkait

Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit
Ayah Buya Hamka, Abdul Karim Amrullah Ternyata Pernah Menuntut Ilmu Agama di Pesisir Selatan
Basurah Asal Usul Kaum Kampai ASSP – Bandasapuluah
Banjir Besar Pesisir Selatan 1915, Ketinggian Air Capai 3 Meter dan Puluhan Orang Meninggal
Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang Wajib Tahu, Inilah Asal Usul Nama Parak Jigarang
M Zen, Dokter Pertama Pessel yang Obati Masyarakat dari Rumah ke Rumah
Kala Bupati Pesisir Selatan Harus Keluar Masuk Hutan Demi Hadapi Penjajah
Sejarah Cina di Banda Sapuluah, Pesisir Selatan
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 17 September 2023 - 11:20 WIB

Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit

Rabu, 2 Agustus 2023 - 08:05 WIB

Ayah Buya Hamka, Abdul Karim Amrullah Ternyata Pernah Menuntut Ilmu Agama di Pesisir Selatan

Minggu, 12 Maret 2023 - 21:42 WIB

Basurah Asal Usul Kaum Kampai ASSP – Bandasapuluah

Kamis, 17 November 2022 - 12:41 WIB

Banjir Besar Pesisir Selatan 1915, Ketinggian Air Capai 3 Meter dan Puluhan Orang Meninggal

Kamis, 6 Oktober 2022 - 16:02 WIB

Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang Wajib Tahu, Inilah Asal Usul Nama Parak Jigarang

Jumat, 26 Agustus 2022 - 14:14 WIB

M Zen, Dokter Pertama Pessel yang Obati Masyarakat dari Rumah ke Rumah

Rabu, 17 Agustus 2022 - 12:32 WIB

Kala Bupati Pesisir Selatan Harus Keluar Masuk Hutan Demi Hadapi Penjajah

Selasa, 1 Februari 2022 - 21:04 WIB

Sejarah Cina di Banda Sapuluah, Pesisir Selatan

Berita Terbaru