Di Pertemuan Diaspora Minang Sedunia, Jurnalis Uddin Tekankan Peran SDM dan Akhlak Mulia Hadapi Disrupsi Industri 4.0

Selasa, 5 Desember 2023 - 14:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDASAPULUAH.COM – Dalam menjawab tantangan pendidikan yang semakin kompleks di era global dan digital, Minang Diaspora Network Global menyelenggarakan Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Minang Sedunia, dengan salah satu agenda utamanya yakni Forum Diskusi Pendidikan yang berlangsung di Hotel Pangeran Beach Padang, Selasa (5/12/2023).

Forum ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan maraton yang digelar sejak 3 hingga 13 Desember 2023, dan berlangsung di empat kota besar di Sumatera Barat: Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh.

Kegiatan ini mempertemukan para tokoh pendidikan Minangkabau dari dalam maupun luar negeri dalam dialog interaktif bertema “Tantangan Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan Berbasis Akhlak Mulia di Sumatra Barat.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu tokoh sentral dalam diskusi tersebut adalah Prof. dr. Jurnalis Uddin, Pembina Minang Diaspora dan Ketua Yayasan YARSI.

Dalam paparannya, Prof. Jurnalis mengangkat pentingnya memaksimalkan potensi sumber daya di Indonesia sebagai penopang pertumbuhan ekonomi, sekaligus menyoroti peran strategis sektor pendidikan dalam menghadapinya.

“McKinsey meramalkan bahwa kekuatan ekonomi Indonesia akan menempati posisi ke-7 di dunia dan bahkan berada di posisi ke-4 pada 2050,” ujar Prof. Jurnalis membuka materinya.

Namun, ia menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini berada di angka 5% masih tergolong rendah, mengingat tantangan global yang membutuhkan pertumbuhan ideal sebesar 20%.

Indonesia sejatinya memiliki keunggulan besar di sektor sumber daya alam (SDA): timah terbesar nomor dua dunia, nikel nomor tiga, batu bara nomor enam, sawit nomor satu, dan beras nomor tiga dunia.

Menurut Prof. Jurnalis, tantangan besar Indonesia saat ini bukan hanya pada SDA, tapi pada kualitas sumber daya manusianya (SDM).

Ia mencontohkan, bagaimana bahan mentah seperti kakao bisa memiliki nilai jual tiga kali lipat jika diolah menjadi koko butter. Hal ini, kata dia, membutuhkan dukungan inovasi dan pendidikan berbasis akhlak mulia agar tidak hanya mencetak ilmuwan, tetapi juga wirausahawan visioner.

Dalam konteks pendidikan, Prof. Jurnalis mengingatkan bahwa disrupsi industri 4.0 sudah terjadi di berbagai sektor. Sejumlah bank menutup cabangnya karena digitalisasi, dan munculnya start-up seperti Gojek menjadi bukti transformasi ekonomi digital. Bahkan, di masa depan, katanya, guru bisa digantikan oleh robot, dan sopir taksi oleh kendaraan tanpa pengemudi (driverless car).

“Ini bukan sekadar perubahan teknologi, tapi perubahan paradigma. Maka pendidikan kita harus relevan, berakhlak, dan adaptif,” tegas Prof. Jurnalis.

Ia juga menyoroti realita kelam dunia pendidikan saat ini: angka pengangguran sarjana di Indonesia mencapai 6,4%, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2018 menempati peringkat 116 dari 150 negara. Meski memiliki 4.700 perguruan tinggi dan 28.000 program studi, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi nasional masih di kisaran 34%.

Prof. Jurnalis menutup paparannya dengan harapan bahwa mahasiswa tidak hanya menjadi sarjana pencari kerja, tetapi pencipta kerja yang membawa perubahan sosial dan ekonomi.

Forum diskusi ini tidak hanya memberikan pencerahan tentang arah pendidikan Minangkabau, tapi juga menegaskan urgensi membangun generasi muda yang berakhlak, inovatif, dan siap menghadapi dunia yang terus berubah.

Selain Prof Jurnalis Uddin, forum diskusi yang dipandu oleh Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D ini menghadirkan sejumlah narasumber penting dari dalam dan luar negeri.

Di antaranya Prof. Firdaus Abdullah (mantan Senator Malaysia), Prof. Zulfan Tadjoedin (University of Western Sydney).

Turut hadir pula Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd, Ph.D (Rektor Universitas Negeri Padang), Prof Yuliandri (Rektor Universitas Andalas), Prof Musliar Kasim (Rektor Universitas Baiturrahmah Padang sekaligus mantan Wakil Menteri Pendidikan RI periode 2011–2014) serta dua diplomat senior yakni H.E. Mayerfas (Duta Besar RI untuk Belanda) dan Al Busyra Basnur, SH., LL.M (Duta Besar RI untuk Ethiopia, Jibouti, dan Uni Afrika).

Narasumber lainnya yaitu Fauziah Fauzan, EM., MM (Pimpinan Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang).

Follow WhatsApp Channel m.bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sri Kumala Dewi: Siswa Dekat Sekolah Tak Diterima di SMAN 1 Sutera, Pemerintah Harus Bertindak Cepat
Ketua KAN Surantih: Jangan Sampai Anak Kemenakan Tak Bisa Sekolah di Kampung Sendiri
Tak Diterima di SMAN 1 Sutera, Warga Surantih: Lebih Baik Berkalang Tanah daripada Berputih Mata
Ancaman Abrasi Kian Serius, SDN 28 Pasar Surantih Segera Direhabilitasi
Ketua TP PKK Pessel Lisda Hendrajoni Dorong Sekolah Rakyat sebagai Solusi untuk Siswa Kurang Mampu
Diduga Pungut Rp100 Ribu untuk Pengambilan Ijazah, Alumni Akan Gelar Aksi di SMPN 1 Pancung Soal
Ramai di Media Sosial soal Perpisahan SMAN 2 Painan yang Dinilai Cacat, Ini Kata Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Pesisir Selatan Cuma Setara Kelas 9 SMP

Berita Terkait

Jumat, 25 Juli 2025 - 14:57 WIB

Sri Kumala Dewi: Siswa Dekat Sekolah Tak Diterima di SMAN 1 Sutera, Pemerintah Harus Bertindak Cepat

Rabu, 16 Juli 2025 - 15:31 WIB

Ketua KAN Surantih: Jangan Sampai Anak Kemenakan Tak Bisa Sekolah di Kampung Sendiri

Sabtu, 12 Juli 2025 - 15:27 WIB

Tak Diterima di SMAN 1 Sutera, Warga Surantih: Lebih Baik Berkalang Tanah daripada Berputih Mata

Jumat, 11 Juli 2025 - 10:12 WIB

Ancaman Abrasi Kian Serius, SDN 28 Pasar Surantih Segera Direhabilitasi

Kamis, 15 Mei 2025 - 18:34 WIB

Ketua TP PKK Pessel Lisda Hendrajoni Dorong Sekolah Rakyat sebagai Solusi untuk Siswa Kurang Mampu

Berita Terbaru

Adat

Hendrajoni Hadiri Pengukuhan 13 Datuak di Surantih

Sabtu, 26 Jul 2025 - 21:43 WIB