BANDASAPULUAH.COM – Dalam rangka menjawab tantangan pendidikan yang semakin kompleks, Minang Diaspora Network Global menggelar Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Minang Sedunia. Salah satu agenda penting dalam rangkaian kegiatan tersebut adalah forum diskusi pendidikan yang berlangsung di Hotel Pangeran Beach, Kota Padang, Selasa (5/12/2023).
Forum ini merupakan bagian dari rangkaian acara maraton yang digelar pada 3 hingga 13 Desember 2023 di empat kota di Sumatera Barat: Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh. Mengangkat tema “Tantangan Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan berbasis Akhlak Mulia di Sumatera Barat”, kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh pendidikan Minangkabau dari dalam dan luar negeri.
Salah satu narasumber yang hadir dalam forum tersebut adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda, H.E Mayerfas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pemaparannya, ia membagikan wawasan mengenai sistem pendidikan di Belanda yang dinilai berhasil mencetak sumber daya manusia berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja global.
“Belanda menempati posisi ke-8 dalam daftar sistem pendidikan terbaik di dunia. Di negara itu, terdapat sekitar 300 diaspora Minang yang banyak di antaranya sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas ternama seperti Wageningen University & Research dan Delft University of Technology,” ujar Mayerfas.
Wageningen University dikenal sebagai universitas terbaik dunia di bidang pertanian, sementara Delft masuk dalam 15 besar dunia di bidang teknik dan teknologi. Menurut Mayerfas, mutu tinggi pendidikan di Belanda disokong oleh sistem yang matang, mulai dari penjurusan berdasarkan psikotes hingga integrasi antara riset, industri, dan kebutuhan masyarakat.
“Sebelum lulus sekolah menengah, siswa di Belanda mengikuti psikotes untuk menentukan jalur pendidikan yang paling sesuai dengan potensi mereka. Mereka diarahkan ke tiga jalur utama: universitas riset (WO), universitas ilmu terapan (HBO), dan pendidikan vokasi atau spesialis (MBO),” jelasnya.
Ia menambahkan, sejak usia dini anak-anak di Belanda sudah dikenalkan dengan pendidikan bahasa asing, bahkan dimulai pada usia empat tahun. Mereka juga belajar dalam suasana positif tanpa pekerjaan rumah (PR) yang membebani, namun tetap mengedepankan pembelajaran yang berbasis masalah (problem-based learning).
“Pendekatan ini melatih siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah secara mandiri, serta mengembangkan kemampuan kerja sama melalui penulisan makalah kelompok dan program magang. Riset dan praktik di dunia nyata menjadi bagian integral dari proses pendidikan,” lanjutnya.
Mayerfas berharap sistem pendidikan Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, dapat mulai mengadopsi prinsip-prinsip serupa. Pendidikan, menurutnya, harus memberi ruang bagi peserta didik untuk memilih jalur studi yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing, sekaligus selaras dengan perkembangan dunia industri.
“Diversifikasi pendidikan penting agar kita mampu menghasilkan tenaga kerja terampil yang relevan dan riset-riset yang aplikatif. Namun, tentu saja sistem tersebut harus disesuaikan dengan norma dan nilai masyarakat Indonesia,” tutupnya.
Forum pendidikan ini menjadi momen reflektif dan strategis bagi masyarakat Minangkabau di ranah dan rantau untuk saling berbagi pengalaman dan membangun gagasan bersama demi kemajuan pendidikan di Sumatera Barat.
Selain Mayerfas, forum diskusi yang dipandu oleh Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D ini menghadirkan sejumlah narasumber penting dari dalam dan luar negeri.
Di antaranya Prof. Dr. Jurnalis Uddin (Ketua Yayasan YARSI), Prof. Firdaus Abdullah (mantan Senator Malaysia), Prof. Zulfan Tadjoedin (University of Western Sydney).
Turut hadir pula Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd, Ph.D (Rektor Universitas Negeri Padang), Prof Yuliandri (Rektor Universitas Andalas), Prof. Musliar Kasim (Rektor Universitas Baiturrahmah Padang dan Wamen Pendidikan RI 2011-2014) serta diplomat senior yakni Al Busyra Basnur, SH., LL.M (Duta Besar RI untuk Ethiopia, Jibouti, dan Uni Afrika).
Narasumber lainnya yaitu Fauziah Fauzan, EM., MM (Pimpinan Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang).






