BANDASAPULUAH.COM – Dalam rangka menjawab tantangan pendidikan yang semakin kompleks, Minang Diaspora Network Global menyelenggarakan Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Minang Sedunia. Salah satu agenda pentingnya adalah forum diskusi pendidikan yang digelar di Hotel Pangeran Beach Padang, Selasa (5/12/2023).
Pertemuan ini merupakan bagian dari rangkaian acara maraton yang berlangsung dari tanggal 3 hingga 13 Desember 2023 di empat kota di Sumatera Barat: Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh.
Kegiatan tersebut menghadirkan tokoh-tokoh pendidikan Minangkabau dari dalam dan luar negeri dalam sebuah dialog interaktif bertema “Tantangan Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan berbasis Akhlak Mulia di Sumatra Barat.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu narasumber yang menjadi sorotan adalah Prof. Dr. Musliar Kasim, Rektor Universitas Baiturrahmah Padang sekaligus mantan Wakil Menteri Pendidikan RI periode 2011–2014.
Dalam pemaparannya, Prof. Musliar mengajak peserta untuk merenungkan potensi Sumatra Barat dalam melahirkan kembali tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Muhammad Yamin, dan Tan Malaka.
“Pertanyaannya, bisakah Sumatera Barat kembali melahirkan tokoh-tokoh besar seperti mereka di masa mendatang?” ujar Prof. Musliar di hadapan peserta forum.
Ia menilai bahwa salah satu kelemahan utama generasi Minangkabau saat ini adalah hilangnya fighting spirit — semangat juang dan daya tahan yang dulunya menjadi ciri khas orang Minang.
Menurutnya, karakter itu harus kembali dibangkitkan melalui sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada angka dan prestasi akademik, tetapi juga pada pembentukan watak dan akhlak mulia.
Dalam forum tersebut, Prof. Musliar juga melontarkan kritik terhadap sistem pendidikan di Sumbar. Ia mengangkat contoh konkret seorang pemuda Minang lulusan SMA 10 Padang yang kemudian melanjutkan studi ke Universitas Indonesia hingga meraih gelar Ph.D di Belanda. Namun, capaian itu lebih banyak diraih lewat usaha mandiri dan kursus di luar sekolah, bukan karena dukungan sistem pendidikan formal.
“Ini menjadi refleksi serius. Jangan sampai kita hanya bangga dengan hasil, tapi lupa memperbaiki prosesnya,” tegasnya.
Isu kemampuan berbahasa Inggris pun tak luput dari sorotan. Prof. Musliar menyebut bahwa masih banyak siswa dan bahkan pengajar di Sumbar yang kurang percaya diri dalam berbahasa Inggris. Padahal, penguasaan bahasa asing merupakan kunci untuk berkompetisi di tingkat global.
“Pak Duta Besar kita bahkan menegaskan, tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasa Inggris. Tapi jangan hanya teori, harus ada praktik nyata, terutama oleh guru di sekolah,” ujarnya.
Pertemuan ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, karena menjadi forum strategis untuk menyatukan pemikiran tokoh diaspora dan pendidikan dalam upaya membangun kualitas pendidikan Minangkabau yang unggul secara intelektual dan berbudi pekerti.
Selain Prof. Musliar Kasim, forum diskusi yang dipandu oleh Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D ini menghadirkan sejumlah narasumber penting dari dalam dan luar negeri.
Di antaranya Prof. Dr. Jurnalis Uddin (Ketua Yayasan YARSI), Prof. Firdaus Abdullah (mantan Senator Malaysia), Prof. Zulfan Tadjoedin (University of Western Sydney).
Turut hadir pula Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd, Ph.D (Rektor Universitas Negeri Padang), Prof Yuliandri (Rektor Universitas Andalas) serta dua diplomat senior yakni H.E. Mayerfas (Duta Besar RI untuk Belanda) dan Al Busyra Basnur, SH., LL.M (Duta Besar RI untuk Ethiopia, Jibouti, dan Uni Afrika).
Narasumber lainnya yaitu Fauziah Fauzan, EM., MM (Pimpinan Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang).